skip to main content

Keterkaitan Alih Fungsi Lahan dengan Perubahan Aktivitas di Tembalang (Kelurahan Tembalang,Bulusan, dan Mangunharjo) Semarang

*Alif Firdaus Rison Waskito  -  Departemen Perencanaan Wilayah Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Indonesia
Bitta Pigawati  -  Departemen Perencanaan Wilayah Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Indonesia

Citation Format:
Abstract

Semarang is the capital of Central Java province with a population in 2016 has reached 1,694,412 inhabitants. Especially in District Tembalang the population in 2016 has reached 172 525 inhabitants a lot of changes and developments that have occurre. With a dense population causes a lot of activity going, so that the rapid population growth and the increasing number of activities that exist in the Village Tembalang, Bulusan and Mangunharjo, resulting in a lot of land conversion happens. The purpose of this study is to assess the linkage of land conversion to changes in activity in Tembalang (Tembalang, Bulusan, and Mangunharjo village) Semarang. The method used in this research is using descriptive quantitative method. Results of this study are Tembalang village has a population of 5,519 inhabitants in 2015. Topography and soil type 2.5% - 40% with dark brown soil types mediterranean. Bulusan village has a population of 5,125 inhabitants in 2015. Topography and soil type 0% - 40% with dark brown soil types mediterranean. Mangunharjo village has a population of 8,468 inhabitants in 2015. Topography and soil type 0% - 40% with dark brown soil types mediterranean. Land conversion in the Tembalang, Bulusan, and Mangunharjo village with a total percentage of 39.7% is comprised of 16.1% in the Mangunharjo village, 12.8% in the Bulusan village, and 10.1% in Tembalang village. Changes in activity in Tembalang, Bulusan, and

Mangunharjo village, are educational activities for 4697 activities, the activities of some 126 trade and service activities, and human settlement activity as much as 351 activities. Occurred linkages between land use change with changes in the activity of trade in services and settlement activity in Tembalang, Bulusan and Mangunharjo village. The significant value of trade and services activity is 0.027 < 0.05 which means there is influence and linkage, then the settlement activity is 0.018 < 0.05 which also means has influence and linkage.

Fulltext View|Download
Keywords: pertambahan penduduk, peri-urban, perubahan aktivitas, alih fungsi lahan.

Article Metrics:

  1. Abdurrahman, H & Soerjono. (1999). Metode Penelitian Deskriptif. Jakarta: PT Rineka Cipta
  2. Andriani, W & Handayani, W. (2014). Kajian Perubahan Pemanfaatan Ruang Berdasarkan Karakteritik imigran di Wilayah Periurban Tembalang, Semarang. Riptek Vol.8.2,pp. 51-60
  3. Anton, M. M. (2001). Aktivitas Belajar. Bandung: Yrama
  4. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Semarang. dispendukcapil.semarangkota.go.id
  5. Harani, A.R.dkk. (2015). “Kajian Keaktifan Kawasan Kota Lama Semarang Berdasarkan Aktifitas Pengguna.” MODUL, Vol.15.2,pp. 157-161
  6. Juhadi. (2007). Pola-Pola Pemanfaatan Lahan dan Degradasi Lingkungan pada Kawasan Perbukitan. Jurnal Geografi, Vol.4.1,pp. 11-24
  7. Kalesaran, R.C.E., R.J.M, Madangi, & E. Waney.(2013). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen dalam Pemilihan Lokasi Perumahan di Kota Manado. Jurnal Ilmiah Media Engineering, Vol.3.3,pp. 170-84
  8. Muiyati, A. (2008). Kajian Luas Rumah Tinggal Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kawasan Pusat Kota. Jurnal SMARTek, Vol.3.1,pp. 184-192
  9. Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perlikau Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
  10. Panduri, R & Suwandono,D. (2015). Perilaku Masyarakat dalam Menggunakan Jalur Pedestrian di Koridor Jalan Prof.H.Soedarto, S.H. Jurnal Teknik PWK, Vol.4.2,pp. 240-252
  11. PEMKOT Semarang. (2011). Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun 2011-2031. Pemerintah Kota Semarang
  12. PEMKOT Semarang. (2000). Rencana Detail Tata Ruang Kota Bagian Wilayah Kota VI (Kecamatan Tembalang) Tahun 2000-2010. Pemerintah Kota Semarang
  13. Sari, M. K., & Winarso, H. (2007). Transformasi sosial ekonomi masyarakat peri-urban di sekitar pengembangan lahan skala besar: kasus Bumi Serpong Damai. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 18(1), 1-30
  14. Sitepu, A.M. (2015). “Alih Fungsi Tanah Pertanian ke Non Pertanian untuk Tempat Tinggal Setelah Berlakunya Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2015 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Simalunggun. Tugas Akhir tidak diterbitkan, Program Studi Ilmu Hukum, Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup, Fakultas Hukum, Universitas Atmajaya Yogyakarta, Yogyakarta
  15. Sihaloho, M. (2004). “Konversi Lahan Pertanian dan Perubahan Struktur Agraria (Kasus di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor Jawa Barat.” Tesis tidak diterbitkan , Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor
  16. S. Nasution. (2010). Didatik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
  17. Sulistiawan, U. H. (2014). Pengaruh Kawasan Pendidikan Tinggi UNDIP Terhadap Perkembangan Aktivitas Perdagangan dan Jasa di Koridor Jalan Banjarsari Selatan-Mulawarman Raya Kecamatan Tembalang. Jurnal Ruang, Vol.2.1,pp. 311-320
  18. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta
  19. Undang-Undang Nomor 1 Tahun (2011) tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
  20. Yasin, H., & Saputra, R. (2013). Pemetaan Penyakit Demam Berdarah Dengue dengan Analisis Pola Spasial di Kabupaten Pekalongan. Media Statistika, 6(1), 27-36
  21. Yunus, M. (2015). Challenges and Alternative of Creativity Development in Higher Education. Journal Of Humanity, Vol.3.2,pp. 66-77

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.