BibTex Citation Data :
@article{JTP9784, author = {Gozal Prayuda and Ari Wibawa Santosa and Untung Budiarto}, title = {ANALISA KEKUATAN BENTUK SAMBUNGAN KAYU BALAU KUNING DAN DIAMETER BAUT PADA KONSTRUKSI LINGGI HALUAN KAPAL TRADISIONAL}, journal = {Jurnal Teknik Perkapalan}, volume = {3}, number = {3}, year = {2015}, keywords = {}, abstract = { Pembuatan suatu kapal berkonstruksi kayu kebanyakan dibangun oleh pengrajin kapal di galangan tradisional. Keahlian ini didapat dari warisan turun temurun termasuk dalam hal proses penyambungan kayu, konstruksi kapal maupun spesifikasi teknis, sehingga dari segi kekuatan konstruksi tidak diketahui pasti tingkat pemenuhan persyaratan. Material yang digunakan adalah kayu berjenis balau kuning ( Shorea Laevis Ridl ) di umpamakan sebagai linggi haluan kapal pada kapal tradisional, untuk memulai penelitian terlebih dahulu harus mendapatkan syarat kapal kayu dengan mengacu BKI Kapal Kayu 1996. Dalam penelitian ini dilakukan uji lentur, dimana uji lentur dilakukan dengan pembebanan terpusat dengan variasi sambungan dan variasi diameter baut. Berdasarkan hasil pengujian, yang menggunakan baut 6 mm memiliki nilai uji kuat lentur sambungan Plain Scraf MOE rata-rata 20.325,20 Mpa dan MOR rata-rata 82,56 MPa, Uji kuat lentur sambungan Hook Scraf MOE rata-rata 23.995,60 Mpa dan MOR rata-rata 86,74 MPa, Uji kuat lentur sambungan Key Scraf MOE rata-rata 22.514,39 Mpa dan MOR rata-rata 85,46 MPa. Sedangkan hasil pengujian dengan diameter baut 8mm memiliki nilai Plain Scraf MOE rata-rata 19.196,87 Mpa dan MOR rata-rata 81,05 MPa, Uji kuat lentur sambungan Hook Scraf MOE rata-rata 22.182,52 Mpa dan MOR rata-rata 85,54 MPa, Uji kuat lentur sambungan Key Scraf MOE rata-rata 19.768,75 Mpa dan MOR rata-rata 83,89 MPa. }, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/naval/article/view/9784} }
Refworks Citation Data :
Pembuatan suatu kapal berkonstruksi kayu kebanyakan dibangun oleh pengrajin kapal di galangan tradisional. Keahlian ini didapat dari warisan turun temurun termasuk dalam hal proses penyambungan kayu, konstruksi kapal maupun spesifikasi teknis, sehingga dari segi kekuatan konstruksi tidak diketahui pasti tingkat pemenuhan persyaratan. Material yang digunakan adalah kayu berjenis balau kuning (Shorea Laevis Ridl) di umpamakan sebagai linggi haluan kapal pada kapal tradisional, untuk memulai penelitian terlebih dahulu harus mendapatkan syarat kapal kayu dengan mengacu BKI Kapal Kayu 1996. Dalam penelitian ini dilakukan uji lentur, dimana uji lentur dilakukan dengan pembebanan terpusat dengan variasi sambungan dan variasi diameter baut. Berdasarkan hasil pengujian, yang menggunakan baut 6 mm memiliki nilai uji kuat lentur sambungan Plain Scraf MOE rata-rata 20.325,20 Mpa dan MOR rata-rata 82,56 MPa, Uji kuat lentur sambungan Hook Scraf MOE rata-rata 23.995,60 Mpa dan MOR rata-rata 86,74 MPa, Uji kuat lentur sambungan Key Scraf MOE rata-rata 22.514,39 Mpa dan MOR rata-rata 85,46 MPa. Sedangkan hasil pengujian dengan diameter baut 8mm memiliki nilai Plain Scraf MOE rata-rata 19.196,87 Mpa dan MOR rata-rata 81,05 MPa, Uji kuat lentur sambungan Hook Scraf MOE rata-rata 22.182,52 Mpa dan MOR rata-rata 85,54 MPa, Uji kuat lentur sambungan Key Scraf MOE rata-rata 19.768,75 Mpa dan MOR rata-rata 83,89 MPa.
Last update:
Jurnal Teknik Perkapalan oleh http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/naval disebarluaskan di bawah Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License