skip to main content

SEBARAN SPASIAL TERIPANG TANGKAPAN NELAYAN BERDASARKAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK SEDIMEN DI PULAU GELEANG KARIMUNJAWA

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Departemen Sumberdaya Akuatik, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Indonesia

Received: 19 Dec 2018; Published: 19 Dec 2018.
Open Access Copyright (c) 2018 Management of Aquatic Resources Journal under http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0.

Citation Format:
Abstract

Teripang merupakan salah satu biota yang keberadaanya mulai terancam akibat tingginya aktifitas penangkapan. Tingginya aktifitas penangkapan tersebut menyebabkan jumlah populasi teripang terus menurun dengan tajam. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian untuk mengetahui bagaimana kondisi teripang tersebut. Penelitian dilakukan pada bulan November-Desember 2016 dengan 4 titik lokasi dimana titik 1 pada 5⁰87'05,38'' LS dan 110⁰36'33,25'' BT, titik 2 pada 5⁰88'45,90'' LS dan 110⁰35'81,89'' BT, titik 3 pada 5⁰88'18,65'' LS dan 110⁰34'82,57'' BT dan titik 4 pada 5⁰86'79,84'' LS dan 110⁰35'37,36'' BT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan kelimpahan teripang, mengetahui jumlah kandungan bahan organik sedimen perairan, sebaran spasial teripang tangkapan, dan hubungan bahan organik sedimen terhadap sebaran spasial teripang. Metode yang digunakan yaitu Random Purposive Sampling. Hasil penelitian menunjukan terdapat 4 spesies yang teridentifikasi yaitu Actinopyga echinites, Holothuria edulis, H. nobilis, dan Stichopus variegatus. Kelimpahan Teripang tertinggi pada titik 2 dengan 7 ind/m2. Sebaran spasial teripang tertinggi terdapat pada titik 2 yang memiliki kandungan bahan organik sedimen (5.7 %). Berdasarkan hasil uji regresi, bahan organik sedimen berhubungan dengan sebaran teripang. Hasil perhitungan uji regresi, angka koefisien determinasi (R2) adalah 0,603. Koefisien determinasi (R2) tersebut menunjukan bahwa kandungan bahan organik pada sedimen berpengaruh sebesar 60,3% terhadap sebaran Teripang di perairan tersebut. Hal tersebut juga menunjukan bahwa variabel lain memiliki pengaruh sebesar 39,7% terhadap sebaran Teripang. Uji korelasi menunjukkan kategori korelasi kuat dengan (r) adalah 0,778. Angka koefisien korelasi (r) = 0,778 dapat diartikan bahwa hubungan kedua variabel yang diuji adalah sangat kuat. Nilai F signifikan 4,33% artinya variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.

 

Sea cucumber is one of the biota that its existence began to be threatened due to high catching activity. The high catching activity has caused the population of sea cucumbers to continue to decline sharply. Therefore, it is necessary to conduct research to find out how the condition of the sea cucumber. The study was conducted in November-December 2016 with 4 point locations where point 1 was at 587'05,38''LS and 11036'33,25 '' BT, point 2 at 588'45,90 '' LS and 11035'81, 89 '' BT, point 3 at 588'18,65 '' LS and 11034'82,57 '' BT and point 4 at 586'79,84 '' LS and 11035'37,36 '' BT. This study aims to determine the type and abundance of sea cucumbers, to know the amount of organic sedimentary water content, the spatial distribution of sea cucumbers, and the relationship of organic matter of sediment to the spatial distribution of sea cucumbers. The method used is Random Purposive Sampling. The results showed there were 4 species identified namely Actinopyga echinites, Holothuria edulis, H. nobilis, and Stichopus variegatus. Abundance of Sea Cucumber highest at point 2 with 7 ind/m2. The highest spatial distribution of sea cucumber is found at point 2 which has the content of organic sediment material (5.7%). Based on regression test result, organic sediment material is related to the distribution of sea cucumber. Result of calculation of regression test, coefficient of determination (R2) is 0,603. Coefficient of determination (R2) shows that the content of organic matter in sediment has an effect of 60.3% on the distribution of Sea Cucumber in these waters. It also shows that other variables have an effect of 39.7% on the distribution of Sea Cucumber. The correlation test indicates strong correlation category with (r) is 0.778. Correlation coefficient (r) = 0.778 can be interpreted that the relationship between the two variables tested is very strong. The value of F significant 4.33% means that independent variables significantly influence the dependent variable.

Fulltext View|Download
Keywords: Bahan Organik Sedimen; Pulau Geleang; Sebaran Spasial; Teripang

Article Metrics:

  1. Arisa, R.P., W. K. Edi, dan W. Atmodjo. 2014. Sebaran Sedimen dan Kandungan Bahan Organik pada Sedimen Dasar Perairan Pantai Slamaran Pekalongan. Journal of Marine Research. Semarang. 3 (3): 324 -350
  2. Aziz, A. 1997. Status Penelitian Teripang Komersial di Indonesia. Oceana. 22 (1): 9-19
  3. Azwar, S. 2005. Analisis Regresi. Buletin Psikologi UGM. Yogyakarta. 13 (1): 38-44
  4. BTNK. 2008. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Habitat Teripang TNKJ. Semarang
  5. Darsono, P. 2003. Teripang Berhasil Dibudidayakan. Majalah trubus seri No.403 edisi Juni 2003. Jakarta
  6. _________. 2005. Teripang (Holothurians) Perlu Dilindungi. Makalah. Bidang Sumberdaya Laut. Puslit Oseanografi- LIPI Jakarta
  7. Dewanata, D. E. 2011. Kelimpahan dan Distribusi Teripang (Holothurians) Berdasarkan Kedalaman di Perairan Sekitar Taman Nasional Karimunjawa Kabupaten Jepara. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Semarang
  8. Elfidasari, D., N. Noriko, N. Wulandari, dan A. Tiara. 2012. Identifikasi Jenis Teripang Genus Holothuria Asal Perairan Sekitar Kepulauan Seribu Berdasarkan Perbedaan Morfologi. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi. Jakarta. 1 (3): 15-16
  9. Hadi, S. 2004. Metodologi Research. Andi. Yogyakarta. hlm 300 – 303
  10. Hadiq. 2012. Segmentasi Citra Satelit Menggunakan Metode Splitting and Merging Untuk Identifikasi Batas dan Luas Wilayah Dampak Bencana Tsunami dengan Gui Matlab. Jikom. 2 (3): 8 - 12
  11. Hartoko, A. 2010. Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan - Kelautan Indonesia. Badan Penerbit Undip. Semarang
  12. Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Press Malang. Malang
  13. Heryanto, S., K. Soedharma, D. Wardianto, Y. Wahab, dan Setiabudiningsih. 2004. Pedoman Monitoring Teripang. Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut Direktorat Jenderal Pesisir dan PPK Departemen Kelautan dan Perikanan RL Jakarta. Kordi, K.M.G.H. 2010. Ekosistem Terumbu Karang. Rineka Cipta. Jakarta
  14. Husain, I. 2014. Struktur Komunitas Teripang (Holothuroidea) Dikawasan Pesisir Desa Pasokan Kecamatan Walea Besar Sulawesi Tengah. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Universitas Negeri Gorontalo
  15. Ismara, D. D. 2006. Pengaruh Manipulasi Suhu Media Terhadap Penampilan Reproduksi Ikan Zebra (Brachydanio rerio). Skripsi. Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Fakultas Pertanian dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor
  16. Junianto, D. 2013. Studi Ekologi Teripang (Holothuroidea) di Perairan Desa Pengudang Kabupaten Binta. Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji
  17. KKP. 2005. Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Hlm 1 – 9
  18. Kordi, M. G. 2010. A to Z Budi Daya Biota Akuatik Untuk Pangan, Kosmetik, dan Obat-obatan. Andi Offset. Yogyakarta
  19. Komala, R. 2015. Keanekaragaman Teripang pada Ekosistem Lamun dan Terumbu Karang di Pulau Bira Besar Kepulauan Seribu Jakarta. Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta. 1 (2): 222-226
  20. Lasabuda, R. Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan dalam Perspektif Negara Kepulauan Republik Indonesia. Jurnal Ilmiah Platax. Jakarta. 1 (2): 92 - 93
  21. Martoyo, J., N. Aji, T. Winanto. 2008. Budidaya Teripang. Penebar Swadaya. Jakarta
  22. Masruroh, N. 2014. Pengaruh Stimulasi Suhu Terhadap Kematangan Gonad Teripang. Universitas Airlangga. Malang
  23. Misbahudin, dan H. Iqbal. 2013, Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Bumi Aksara. Jakarta
  24. Narayaman, Adolof S., 2014. Perilaku Pemijahan Teripang Pasir (Holothuria Scabra) Berdasarkan Faktor Lingkungan (Suhu) di Desa Ohoi Letman Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara. Biopendix, 1 (1): 78 – 79
  25. Nasjono, Judi K. 2010. Pola Penyebaran Salinitas pada Akuifer Pantai Pasir Panjang, Kota Kupang, Ntt. Jurnal Bumi Lestari, 10 (2): 263 – 269
  26. Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. Hlm 101 – 103
  27. ________. 2007. Laut Nusantara. Ed revisi. Djambatan. Jakarta. Hlm 110 – 111
  28. Notowinarto dan D.H. Putro. 1992. Pemijahan Teripang Putih (Holothuria scabra) dengan Metode Manipulasi Lingkungan. Buletin BBL. Lampung
  29. Nurhadi, dan Y. Febri. 2016. Buku Ajar Taksonomi Invertebrate. Deepublish. Yogyakarta
  30. Odum, E.P. 1998. Dasar – Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
  31. Panggabean, A. S., R. Tohomas, J. Prescott. 2012. The Catch of Sea Cucumber in Scott Reef Around of Datu Island Australia. Balai Penelitian Perikanan Laut. BAWAL. 4 (1): 19-26
  32. Pijar. 2012. Evaluasi Kegitan Program 2011 dan Rencana Kinerja Tahun 2012. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat
  33. Putra, E.H. 2011. Penginderaan Jauh dengan Ermapper. Graha Ilmu. Yogyakarta
  34. Purwadhi, S. H., dan T. B. Sanjoto, 2010. Pengantar Intepretasi Citra Penginderaan Jauh. Pusdata – LAPAN dan UNNES-Semarang
  35. Purwati, P. 2005. Studi Tentang Distribusi Teripang (Holothuridea). Universitas Diponegoro, Semarang
  36. Prasetya, B.H., B.M. Sukojo, dan L.M. Jaelani, 2011. Modifikasi Alogaritma Avhrr untuk Estimasi Suhu Permukaan Laut (Spl) Citra Aqua Modis
  37. Regina, E., W. Eko, V. Rahmat, dan T. Christy. 2013. Penentuan Kedalaman Perairan Dangkal Menggunakan Citra Landsat-7 Etm. Fakultas Teknk Universitas Diponegoro. Semarang
  38. Richayasa, A. 2015. Karakteristik Habitat Peneluran Penyu Sisik (Eretmachelys Imbricata) di Pulau Geleang, Karimunjawa. Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang
  39. Sulardiono, B. 2016. Potensi Pemanfaatan Teripang (Holothurians) di Perairan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa. Buletin Oseanografi. Semarang. 5 (1): 64 – 72
  40. Sulardiono, B., dan B. Hendarto. 2014. Analisis Densitas Teripang (Holothurians) Berdasarkan Jenis Tutupan Karang di Perairan Karimun Jawa, Jawa Tengah. Jurnal Saintek Perikanan. Semarang. 10 (1): 7-12
  41. Sunarto. 2006. Keanekaragaman Hayati dan Degradasi Ekosistem Terumbu Karang. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Bandung
  42. Sunyoto. 2008. Teripang di Karimunjawa. Penebar Swadaya. Jakarta
  43. Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Gramedia, Jakarta
  44. Sutaman. 1993. Petunjuk Praktis Budidaya Teripang. Penebar Swadaya. Jakarta. 34 hlm
  45. Suwargana, N. 2013. Resolusi Spasial, Temporal dan Spektral pada Citra Satelit Landsat, Spot Dan Ikonos. Jurnal Ilmiah Widya. 1 (2): 2 – 6
  46. Ubaidillah, R. 2013. Biota Perairan Terancam Punah di Indonesia - Prioritas Perlindungan. Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan. Ditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau – Pulau Kecil. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta
  47. Yurisma, Enta H., N. Abdulgani, G. Mahasri. 2013. Pengaruh Salinitas yang Berbeda Terhadap Laju Konsumsi Oksigen Ikan Gurame Skala Laboratorium. Jurnal Sains Dan Seni. 1 (1): 1- 4
  48. Yusron E. 2001. Sumber Daya Teripang (Holothuroidea) di Perairan Teluk Kotania, Seram Barat, Maluku Tengah. LIPI. Jakarta
  49. _________. 2004. Teknologi Pemijahan Teripang Pasir dengan Cara Manipulasi Lingkungan. Oseana Volume Xxix, 1 (4): 17-23

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.