BibTex Citation Data :
@article{JTM41051, author = {Purwadi Purwadi and MSK Tony Utomo and Muchammad Muchammad}, title = {ANALISIS EKPERIMENTAL CO-FIRING BIOMASSA BONGGOL JAGUNG DENGAN BATUBARA}, journal = {JURNAL TEKNIK MESIN}, volume = {11}, number = {3}, year = {2023}, keywords = {biomassa; co-firing; suhu pembakaran}, abstract = { Pemenuhan sumber energi primer berbahan fosil untuk dimanfaatkan sebagai energi final, seringkali mempunyai dampak buruk bagi lingkungan seperti meningkatnya emisi gas buang karbondioksida, menyebabkan hujan asam, mengurangi jumlah ozon dan meningkatkan efek gas rumah kaca. Pada tahun 2000 tercatat pencemaran emisi karbondioksida sebesar 60,1 juta ton dan terus meningkat pada tahun 2016 sebesar 97,9 juta ton emisi karbondioksida. Dalam usaha meningkatkan penyediaan energi primer dengan memanfaatkan penggunaan sumber energi baru dan terbarukan, pemerintah menetapkan Kebijakan Energi Nasional (KEN) melalui peraturan presiden yaitu Perpres No 79/2014 yang menetapkan penggunaan energi baru dan terbarukan untuk mencapai bauran Energi primer sebesar 23% di tahun 2025. Co-firing sendiri merupakan merupakan metode pembakaran dengan melakukan pencampuran dua jenis bahan bakar ke satu tempat pembakaran untuk meminimalisir kandungan gas buang yang terjadi selama pembakaran batubara pada boiler . Jenis boiler yang akan digunakan pada penelitian ini berjenis stoker boiler dengan mengambil bagian tungku pembakarannya untuk melakukan proses co-firing . Stoker boiler sendiri merupakan jenis boiler tertua yang digunakan untuk melakukan pembakaran langsung dari bahan bakar padat seperti batubara. Dengan keuntungan menggunakan boiler jenis ini berupa dapat membakar berbabagai macam bahan bakar dengan sedikit instalasi awal, dan perawatannya yang sederhana. Penelitian ini dilakukan menggunakan biomassa bonggol jagung dicampurkan dengan batubara. Peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan bonggol jagung sebanyak 20% atau 6 kg dicampurkan dengan batubara sebanyak 80% atau 24 kg dan akan dibandingkan hasilnya dengan pembakaran batubara 100%. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode eksperimen dengan mengambil data suhu pembakaran yang terjadi selama 90 menit setiap 5 menit dimulai dari menit ke-0. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini yaitu pada suhu pembakaran tertinggi batubara 100% mencapai suhu 546,9℃. Sedangkan suhu pembakaran tertinggi co-firing biomassa bonggol jagung sebanyak 6 kg atau 20% mencapai suhu 637,1℃. Hal ini menunjukkan penggunaan biomassa bonggol jagung mempengaruhi suhu pembakaran. }, issn = {2303-1972}, pages = {506--511} url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jtm/article/view/41051} }
Refworks Citation Data :
Pemenuhan sumber energi primer berbahan fosil untuk dimanfaatkan sebagai energi final, seringkali mempunyai dampak buruk bagi lingkungan seperti meningkatnya emisi gas buang karbondioksida, menyebabkan hujan asam, mengurangi jumlah ozon dan meningkatkan efek gas rumah kaca. Pada tahun 2000 tercatat pencemaran emisi karbondioksida sebesar 60,1 juta ton dan terus meningkat pada tahun 2016 sebesar 97,9 juta ton emisi karbondioksida. Dalam usaha meningkatkan penyediaan energi primer dengan memanfaatkan penggunaan sumber energi baru dan terbarukan, pemerintah menetapkan Kebijakan Energi Nasional (KEN) melalui peraturan presiden yaitu Perpres No 79/2014 yang menetapkan penggunaan energi baru dan terbarukan untuk mencapai bauran Energi primer sebesar 23% di tahun 2025. Co-firing sendiri merupakan merupakan metode pembakaran dengan melakukan pencampuran dua jenis bahan bakar ke satu tempat pembakaran untuk meminimalisir kandungan gas buang yang terjadi selama pembakaran batubara pada boiler. Jenis boiler yang akan digunakan pada penelitian ini berjenis stoker boiler dengan mengambil bagian tungku pembakarannya untuk melakukan proses co-firing. Stoker boiler sendiri merupakan jenis boiler tertua yang digunakan untuk melakukan pembakaran langsung dari bahan bakar padat seperti batubara. Dengan keuntungan menggunakan boiler jenis ini berupa dapat membakar berbabagai macam bahan bakar dengan sedikit instalasi awal, dan perawatannya yang sederhana. Penelitian ini dilakukan menggunakan biomassa bonggol jagung dicampurkan dengan batubara. Peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan bonggol jagung sebanyak 20% atau 6 kg dicampurkan dengan batubara sebanyak 80% atau 24 kg dan akan dibandingkan hasilnya dengan pembakaran batubara 100%. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode eksperimen dengan mengambil data suhu pembakaran yang terjadi selama 90 menit setiap 5 menit dimulai dari menit ke-0. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini yaitu pada suhu pembakaran tertinggi batubara 100% mencapai suhu 546,9℃. Sedangkan suhu pembakaran tertinggi co-firing biomassa bonggol jagung sebanyak 6 kg atau 20% mencapai suhu 637,1℃. Hal ini menunjukkan penggunaan biomassa bonggol jagung mempengaruhi suhu pembakaran.
Last update: