BibTex Citation Data :
@article{JPGS25062, author = {Bob Samuel and Laila Alfirdaus}, title = {KETIKA OLIGARKI MENYANDERA PARTAI POLITIK: STUDI KASUS MUSYAWARAH NASIONAL LUAR BIASA PARTAI GOLONGAN KARYA (GOLKAR) TAHUN 2016}, journal = {Journal of Politic and Government Studies}, volume = {8}, number = {04}, year = {2019}, keywords = {}, abstract = { Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Golkar 2016 merupakan upaya mendemokratisasikan Partai Golkar. Kecenderungan pragmatis politik di masyarakat terutama di negara berkembang utamanya di Indonesia adalah alasan terhambatnya Partai Golkar untuk mendemokratisasikan partainya. Peneliteian ini menggunakan metode peneliteian kualitatif. Subjek data yaitu pemilih dalam Munaslub, panitia Munaslub, dan penelitei politik. Munaslub Partai Golkar 2016 dihelat atas dasar penyelesaian konflik diantara Aburizal Bakrie dan Agung Laksono pada masa Pemilu Presiden 2014. Konflik tersebut memaksa diadakannya penyelesaian karena adanya konflik tersebut menghambat aktivitas partai. Sejak adanya konflik tersebut, tujuan utama dari konflik tersebut adalah konsensi dari elite partai. Begitupula konflik tersebut adalah proses transaksi politik yang bertujuan menguntungkan kepentingan elite partai tersebut. Pola penyelesaian konflik tersebut menyatakan bahwa ada oligarki yang menguasai Partai Golkar. Sebagai partai besar, Partai Golkar masih kesulitan menghadapi tantangan oligarki di internal partainya. Kecenderungan tersebut dalam kasus Munaslub Partai 2016 dikarenakan biaya politik yang besar untuk dapat jadi Calon Ketua Umum. Dari segi pemilih –pun menyadari bahwa Calon Ketua Umum harus memiliki kemampuan finansial yang berlebih. Alasan tersebut relevan dengan fakta di Indonesia pembiayaan partai kurang dialokasikan oleh negara. Setya Novanto “saudagar kaya” sebagai Ketua Umum terpilih adalah representasi dari praktik paradoks demokrasi di internal partai politik terutama Partai Golkar. }, pages = {331--340} url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jpgs/article/view/25062} }
Refworks Citation Data :
Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Golkar 2016 merupakan upaya mendemokratisasikan PartaiGolkar. Kecenderungan pragmatis politik di masyarakat terutama di negara berkembang utamanya diIndonesia adalah alasan terhambatnya Partai Golkar untuk mendemokratisasikan partainya.Peneliteian ini menggunakan metode peneliteian kualitatif. Subjek data yaitu pemilih dalamMunaslub, panitia Munaslub, dan penelitei politik. Munaslub Partai Golkar 2016 dihelat atas dasarpenyelesaian konflik diantara Aburizal Bakrie dan Agung Laksono pada masa Pemilu Presiden 2014.Konflik tersebut memaksa diadakannya penyelesaian karena adanya konflik tersebut menghambataktivitas partai. Sejak adanya konflik tersebut, tujuan utama dari konflik tersebut adalah konsensi darielite partai. Begitupula konflik tersebut adalah proses transaksi politik yang bertujuanmenguntungkan kepentingan elite partai tersebut. Pola penyelesaian konflik tersebut menyatakanbahwa ada oligarki yang menguasai Partai Golkar. Sebagai partai besar, Partai Golkar masih kesulitanmenghadapi tantangan oligarki di internal partainya. Kecenderungan tersebut dalam kasus MunaslubPartai 2016 dikarenakan biaya politik yang besar untuk dapat jadi Calon Ketua Umum. Dari segipemilih –pun menyadari bahwa Calon Ketua Umum harus memiliki kemampuan finansial yangberlebih. Alasan tersebut relevan dengan fakta di Indonesia pembiayaan partai kurang dialokasikanoleh negara. Setya Novanto “saudagar kaya” sebagai Ketua Umum terpilih adalah representasi daripraktik paradoks demokrasi di internal partai politik terutama Partai Golkar.
Last update: