skip to main content

PENGARUH LAMA PEMASAKAN IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsk.) DURI LUNAK GORENG TERHADAP KANDUNGAN LISIN DAN PROTEIN TERLARUT

*Andi Ayu Irawati  -  Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Indonesia
Widodo Farid Ma'ruf  -  Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Indonesia
Apri Dwi Anggo  -  Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Indonesia

Citation Format:
Abstract

Bandeng duri lunak merupakan salah satu produk terkenal di Jawa Tengah. Tujuan proses bandeng duri lunak adalah untuk menghasilkan duri lunak sehingga mudah untuk dikonsumsi. Pada umumnya, masyarakat menyukai produk makanan siap saji. Namun, sebagian masyarakat masih belum mengetahui kandungan nutrisi setelah proses. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh lama pemasakan yang berbeda terhadap kandungan lisin dan protein terlarut bandeng duri lunak goreng. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan bandeng (Chanos chanos Forsk). Penelitian menggunakan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan lama pemasakan berbeda yaitu 90 menit, 105 menit, dan 120 menit dengan 3 kali pengulangan. Parameter pengujian adalah kandungan lisin, protein terlarut, kadar air, protein total, uji sensori, uji kekerasan tulang. Data dianalisis menggunakan analisa ragam (ANOVA). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan data diuji dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) untuk data parametrik. Hasil penelitian menunjukkan pemasakan bandeng duri lunak goreng berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan lisin, protein terlarut, kadar air, protein total. Bandeng duri lunak goreng dengan lama pemasakan terbaik selama 90 menit merupakan hasil yang terbaik dengan kriteria mutu: kandungan lisin 1,73 mg/g; protein terlarut 15,96%; kadar air 37,42%; protein total 32,36% dan sensori meliputi kenampakan (8,0), bau (7,5), rasa (7,2), tekstur (7,9) dan lendir (9,0).

 

Soft-boned milkfish is one of well known products from Central Java. The purpose soft-boned milkfish process is to produce soft-bone which is easy to eat. Commonly, people prefer a product which is ready to eat. However most people have not known the nutrition content after processing. The aimed of this study was to know the effect of different cooking duration time into lysine and dissolved protein content in fried  soft-boned milkfish. The materials used in this research was milkfish (Chanos chanos Forsk). This research using Completely Randomized Design which 3 different treatments such as cooking duration on 90 minutes, 105 minutes, and 120 minutes in triplicates. All samples were analyzed for lysine content, dissolved protein content, moisture content, total protein, sensory value and fish bone hardness. The data was analized using analysis of variant (ANOVA). Honestly Significant Difference test was used to know the differences between treatment for parametric data. This result showed that the different fried soft-boned milkfish cooking gave significantly different (p<0.05) to lysine content, dissolved protein, moisture content and total protein. The best treatment was fried soft-boned milkfish which is cooked for 90 minutes with lysine content : 1,73 mg/g; dissolved protein 15,96%; moisture content : 37,42% and total protein : 32,36%; and sensory value of visibility (8,0); smell (7,5); taste (7,2); texture (7,9); and mucus (9,0).

Fulltext View|Download
Keywords: Kandungan Lisin; Protein Terlarut; Lama Pemasakan; Bandeng Duri Lunak Goreng

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.