skip to main content

Kondisi Ekosistem Lamun Di Pantai Blebak, Ujung Piring, dan Semat, Kabupaten Jepara

Sabna Suryaningtias  -  Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Indonesia
*Ita Riniatsih  -  Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Indonesia
Hadi Endrawati  -  Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Indonesia

Citation Format:
Abstract

Hubungan antara lamun dengan lingkungannya yang menggambarkan karakteristik biodiversitas lamun, vegetasi asosiasi, dan kondisi ekosistemnya disebut sebagai bioekologi lamun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekosistem lamun di Pantai Blebak, Ujung Piring, dan Semat, Kabupaten Jepara. Pengamatan dilakukan di 3 stasiun berbeda menggunakan metode line transect yang mengacu pada buku Panduan Monitoring Padang Lamun dari LIPI. Hasil penelitian ditemukan lamun sebanyak 5 jenis, yaitu Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, Oceana serrulata, dan Halodule uninervis. Persentase penutupan lamun berkisar antara 16,62 – 32,91% dengan persentase tertinggi di Pantai Semat kategori penutupan sedang dan terendah di Pantai Blebak kategori penutupan jarang. Kerapatan lamun berkisar antara 48,12 – 116,48 ind/m2. Thalassia hemprichii memiliki kerapatan jenis lamun tertinggi dan kerapatan jenis terendah Oceana serrulata. Substrat di ketiga stasiun didominasi oleh pasir. Berdasarkan perhitungan nilai indeks ekologi lamun, Pantai Blebak dan Pantai Ujung Piring memiliki keanekaragaman sedang, keseragaman tinggi, dan tidak mendominasi, sedangkan Pantai Semat memiliki keanekaragaman sedang, keseragaman sedang, dan mendominasi. Perhitungan Indeks Kesehatan Ekosistem Lamun (IKEL) yang meliputi variabel jumlah jenis lamun, persentase penutupan lamun, persentase penutupan makroalga, persentase penutupan epifit, dan kecerahan air menunjukkan bahwa di Pantai Blebak dan Pantai Ujung Piring berstatus buruk, sedangkan Pantai Semat berstatus sangat buruk. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Baku Mutu Air Laut untuk ekosistem lamun, secara keseluruhan nilai parameter perairan pada ekosistem lamun di ketiga stasiun penelitian masih tergolong baik bagi keberlangsungan ekosistem lamun.

 

The relationship between the seagrass and its environment that describes the characteristics of the seagrass’s biodiversity, the vegetation associated, and the conditions of the ecosystem is called the bioecology of seagrass. This research aims to find out the condition of the seagrass ecosystem in Blebak, Ujung Piring, and Semat Beach, Jepara Regency. The observation consists of 3 stations using the line transect method referring to the book Seagrass Monitoring Guide from LIPI. The results found 5 species of seagrass, that is Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, Oceana serrulata, and Halodule uninervis. The percentage of seagrass cover ranges between 16,62 – 32,91% with the highest in the Semat Beach of the medium category and the lowest in Blebak Beach of rare category. The density ranges from 48,12 – 116,48 ind/m2. Thalassia hemprichii has the highest species density and the lowest Oceana serrulata. The substrate in the 3 stations is dominated by the sand. The ecological index of Blebak Beach and Ujung Piring Beach has moderate diversity, high uniformity, and non-dominant, Semat Beach has moderate diversity, moderate uniformity, and dominant. According to Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 on quality standar of sea water for seagrass ecosystems, the overall value of the parameters of the water condition in seagrass ecosystem still belong to the ecological condition.

 

Fulltext View|Download
Keywords: Bioekologi Lamun; Indeks Ekologi; Indeks Kesehatan Ekosistem Lamun

Article Metrics:

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.