BibTex Citation Data :
@article{JKTS720, author = {adyan apriza and salman farizi and Bambang Riyanto and Supriyono supriyono}, title = {Evaluasi Kinerja Pelayanan BRT di Kota Semarang Studi Kasus : Koridor I, Trayek Mangkang-Penggaron}, journal = {Jurnal Karya Teknik Sipil}, volume = {1}, number = {1}, year = {2012}, keywords = {performance evaluation of service; BRT Mangkang -Penggaron; Semarang}, abstract = { Abstrak - Wilayah perkotaan di Semarang cenderung berkembang ke pinggiran kota, hal itu meningkatkan kebutuhan untuk bertransportasi karena pusat kegiatan berada di pusat kota. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan bertransportasi ikut meningkat pula kepemilikan kendaraan bermotor, tetapi hal ini tidak diikuti penambahan jaringan jalan dan pelebaran jalan yang memadai sehingga dikhawatirkan akan terjadi kemacetan lalulintas dibanyak ruas jalan di Kota Semarang. Adanya BRT (Bus Rapid Transit) sebagai angkutan umum massal diharapkan dapat mengurangi kemacetan yang timbul akibat perkembangan kota itu sendiri. Bus BRT Trayek Mangkang-Penggaron Koridor I adalah trayek bus besar dengan 33 seat dan dapat menampung ± 80 penumpang yang melayani daerah pem u kiman pinggiran kota . Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi persepsi atau pandangan terhadap kinerja atau pelayanan BRT dari segi pengguna maupun non penggunanya Trayek Mangkang – Penggaron, serta m engevaluasi kinerja pelayanan Koridor I berdasarkan parameter yang telah ditetapkan oleh Pemerintah SK.Dirjen 687 Tahun 2002 yang disebut Standar Pelayanan Minimum . Dari pengamatan yang dilakukan untuk Trayek Mangkang-Penggaron dengan panjang rute ± 30 km nilai Load Factor yang didapat pada hari Senin 45,46% ; Kamis 47,65% ; Minggu 41, 09 % dengan standard SK.Dirjen 687 Tahun 2002 ( 70 -110) % , maka dapat dikatakan bahwa BRT masih kurang optimal dalam melayani pergerakan penumpang. Sedangkan kategori pengguna BRT adalah kelompok pelajar yang belum berpenghasilan dan pegawai swasta, dengan tujuan terbanyak dari Terminal Mangkang sampai Terminal Penggaron. Selain itu headway yang terjadi secara keseluruhan sudah cukup baik memenuhi standard dari SK.Dirjen 687 Tahun 2002 . Hasil dari penelitian ini adalah perlu dilakukan perbaikan yaitu mengutamakan ketepatan waktu dan kedisiplinan pegawai untuk melayani kebutuhan masyarakat. Lalu u ntuk peningkatan kualitas pelayanan, sebaiknya di setiap shelter diberikan petunjuk kedatangan bus seperti Running text yang menunjukkan posisi bus agar pengguna mengerti waktu kedatangan dan Untuk menambah flexibilitas daya jelajah angkutan BRT , sebaiknya untuk pengembangan koridor selanjutnya armada yang digunakan diganti bus sedang, dikarenakan kondisi wilayah jaringan jalan kota Semarang yang ruas jalannya belum begitu besar. Sehingga peran BRT sebagai angkutan umum massal dapat dioperasikan dan digunakan lebih baik oleh pengguna maupun non pengguna yang akan beralih ke BRT nantinya. Kata kunci : evaluasi kinerja pelayanan, BRT Mangkang-Penggaron, Semarang Abstract - Urban areas in Semarang tends to evolve into the suburbs, it increases the need for transportation because the center is located in the center city. Along with the increasing needs transportation take ownership of motor vehicles also increased, but this is not followed by the addition of roads and widening of roads so that traffic congestion is feared will happen in many streets in the city of Semarang. The existence of BRT (Bus Rapid Transit) as a mass public transportation is expected to reduce congestion caused by the development of the city itself. BRT Bus Route Corridor I Mangkang- Penggaron is a major bus route with 33 seats and can accommodate ± 80 passengers serving suburban residential area. The purpose of this study is to identify the perceptions or views on the performance or BRT service in terms of users and non users Route Mangkang - Penggaron, and to evaluate the performance of the service corridor I based on parameters set by the Government SK.Dirjen 687 of 2002 called the Minimum Service Standards. From the observations made for the Route Mangkang-Penggaron with ± 30 km long route Load Factor values obtained on Monday: 45.46%, Thursday: 47.65%, Sunday : 41, 09% with a standard SK.Dirjen 687 of 2002 (70 - 110)%, it can be said that the BRT is still less than optimal in serving the movement of passengers. While BRT is a category of users who have income student groups and private employees, with the aim of most of the Terminal Mangkang to Terminal Penggaron. Besides the overall headway going well enough to meet the standard of SK.Dirjen 687 of 2002. The results of this study is necessary to give priority to improving the timeliness and discipline of employees to serve the needs of the community. Then to improve the quality of service, should be given instructions on each arrival of a bus shelter as Running text showing the position of bus arrival time so that users understand and to increase the flexibility of BRT transport cruising, it's best to further the development corridor bus fleet is being replaced is used, due to the condition of the Semarang city road network is not very large segment of the course. So the role of BRT as a mass public transport can be operated and used better by the users and non users who would later switch to BRT. Keyword : performance evaluation of service, BRT Mangkang -Penggaron, Semarang }, pages = {1--12} url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkts/article/view/720} }
Refworks Citation Data :
Abstrak - Wilayah perkotaan di Semarang cenderung berkembang ke pinggiran kota, hal itu meningkatkan kebutuhan untuk bertransportasi karena pusat kegiatan berada di pusat kota. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan bertransportasi ikut meningkat pula kepemilikan kendaraan bermotor, tetapi hal ini tidak diikuti penambahan jaringan jalan dan pelebaran jalan yang memadai sehingga dikhawatirkan akan terjadi kemacetan lalulintas dibanyak ruas jalan di Kota Semarang. Adanya BRT (Bus Rapid Transit) sebagai angkutan umum massal diharapkan dapat mengurangi kemacetan yang timbul akibat perkembangan kota itu sendiri. Bus BRT Trayek Mangkang-Penggaron Koridor I adalah trayek bus besar dengan 33 seat dan dapat menampung ± 80 penumpang yang melayani daerah pemukiman pinggiran kota.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi persepsi atau pandangan terhadap kinerja atau pelayanan BRT dari segi pengguna maupun non penggunanya Trayek Mangkang – Penggaron, serta mengevaluasi kinerja pelayanan Koridor I berdasarkan parameter yang telah ditetapkan oleh Pemerintah SK.Dirjen 687 Tahun 2002 yang disebut Standar Pelayanan Minimum.
Dari pengamatan yang dilakukan untuk Trayek Mangkang-Penggaron dengan panjang rute ± 30 km nilai Load Factor yang didapat pada hari Senin 45,46% ; Kamis 47,65% ; Minggu 41, 09 % dengan standard SK.Dirjen 687 Tahun 2002 (70-110) %, maka dapat dikatakan bahwa BRT masih kurang optimal dalam melayani pergerakan penumpang. Sedangkan kategori pengguna BRT adalah kelompok pelajar yang belum berpenghasilan dan pegawai swasta, dengan tujuan terbanyak dari Terminal Mangkang sampai Terminal Penggaron. Selain itu headway yang terjadi secara keseluruhan sudah cukup baik memenuhi standard dari SK.Dirjen 687 Tahun 2002.
Hasil dari penelitian ini adalah perlu dilakukan perbaikan yaitu mengutamakan ketepatan waktu dan kedisiplinan pegawai untuk melayani kebutuhan masyarakat. Lalu untuk peningkatan kualitas pelayanan, sebaiknya di setiap shelter diberikan petunjuk kedatangan bus seperti Running text yang menunjukkan posisi bus agar pengguna mengerti waktu kedatangan dan Untuk menambah flexibilitas daya jelajah angkutan BRT, sebaiknya untuk pengembangan koridor selanjutnya armada yang digunakan diganti bus sedang, dikarenakan kondisi wilayah jaringan jalan kota Semarang yang ruas jalannya belum begitu besar. Sehingga peran BRT sebagai angkutan umum massal dapat dioperasikan dan digunakan lebih baik oleh pengguna maupun non pengguna yang akan beralih ke BRT nantinya.
Kata kunci : evaluasi kinerja pelayanan, BRT Mangkang-Penggaron, Semarang
Abstract - Urban areas in Semarang tends to evolve into the suburbs, it increases the need for transportation because the center is located in the center city. Along with the increasing needs transportation take ownership of motor vehicles also increased, but this is not followed by the addition of roads and widening of roads so that traffic congestion is feared will happen in many streets in the city of Semarang. The existence of BRT (Bus Rapid Transit) as a mass public transportation is expected to reduce congestion caused by the development of the city itself. BRT Bus Route Corridor I Mangkang- Penggaron is a major bus route with 33 seats and can accommodate ± 80 passengers serving suburban residential area.
The purpose of this study is to identify the perceptions or views on the performance or BRT service in terms of users and non users Route Mangkang - Penggaron, and to evaluate the performance of the service corridor I based on parameters set by the Government SK.Dirjen 687 of 2002 called the Minimum Service Standards.
From the observations made for the Route Mangkang-Penggaron with ± 30 km long route Load Factor values obtained on Monday: 45.46%, Thursday: 47.65%, Sunday : 41, 09% with a standard SK.Dirjen 687 of 2002 (70 - 110)%, it can be said that the BRT is still less than optimal in serving the movement of passengers. While BRT is a category of users who have income student groups and private employees, with the aim of most of the Terminal Mangkang to Terminal Penggaron. Besides the overall headway going well enough to meet the standard of SK.Dirjen 687 of 2002.
The results of this study is necessary to give priority to improving the timeliness and discipline of employees to serve the needs of the community. Then to improve the quality of service, should be given instructions on each arrival of a bus shelter as Running text showing the position of bus arrival time so that users understand and to increase the flexibility of BRT transport cruising, it's best to further the development corridor bus fleet is being replaced is used, due to the condition of the Semarang city road network is not very large segment of the course. So the role of BRT as a mass public transport can be operated and used better by the users and non users who would later switch to BRT.
Last update: