skip to main content

BIONOMIK VEKTOR JAPANESE ENCEPHALITIS DI WILAYAH KERJA POS LINTAS BATAS DARAT NEGARA (PLBDN) MOTAAIN

*Kautsari Meitia Nurzaeni  -  Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Jl. Prof. H. Soedarto, S.H.,Tembalang, Semarang, Indonesia | Universitas Diponegoro, Indonesia
Retno Hestiningsih scopus  -  Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Jl. Prof. H. Soedarto, S.H.,Tembalang, Semarang, Indonesia | Universitas Diponegoro, Indonesia
Dwi Sutiningsih scopus  -  Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Jl. Prof. H. Soedarto, S.H.,Tembalang, Semarang, Indonesia | Universitas Diponegoro, Indonesia
Nissa Kusariana  -  Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Jl. Prof. H. Soedarto, S.H.,Tembalang, Semarang, Indonesia | Universitas Diponegoro, Indonesia
Received: 1 Oct 2020; Published: 4 Mar 2021.

Citation Format:
Abstract

Japanese encephalitis ini disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui vektor. Penyakit infeksi manusia dimulai dari kejadian kontak / gigitan vektor yang terinfeksi virus Japanese encephalitis virus (JEV). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan populasi hewan peliharaan, vektor, dan keberadaan reservoir dimana Wilker PLBDN Motaain hampir semua penduduk mempunyai hewan peliharaan. Babi adalah salah satu reservoir dari penyakit JE. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dan sampel penelitian yang dipilih yaitu 4 rumah yang berada di Wilayah Pos Lintas darat Negara Motaain. Penangkapan nyamuk menggunakan landing collection dan resting ratepada pukul 18.00 - 02.00 WITA. Pengamatan dilakukan pada saat melihat keadaan lingkungan tempat perkembangbiakan . Kepadatan nyamuk tertinggi adalah spesies Culex gelidus (88%) dengan nilai RR 5,6% dan nilai MHD 0,1% .Terdapat tempat berkembang biak dan tempat peristirahatan yaitu berupa sawah, sumur, genangan air, kandang babi keberadaan babi yang dipelihara dekat rumah ( dikandang atau tidak). Karena belum diketahuinya secara pasti apakah vektor tersebut terdapat virus Japanese encephalitis (VJE). Oleh sebab itu untuk menghindari infeksi virus JEV dilakukan PSN, tidur menggunakan kelambu dan tidak naik babi di dekat pemukiman / perumahan penduduk.

Note: This article has supplementary file(s).

Fulltext View|Download |  Research Instrument
BIONOMIK VEKTOR JAPANESE ENCEPHALITIS DI WILAYAH KERJA POS LINTAS BATAS DARAT NEGARA (PLBDN) MOTAAIN
Subject
Type Research Instrument
  Download (331KB)    Indexing metadata
 Research Instrument
BIONOMIK VEKTOR JAPANESE ENCEPHALITIS DI WILAYAH KERJA POS LINTAS BATAS DARAT NEGARA (PLBDN) MOTAAIN
Subject
Type Research Instrument
  Download (53KB)    Indexing metadata
Keywords: Japanese encephalitis; bionomik vektor; reservoir

Article Metrics:

  1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia DJP dan PP. Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Japanese Encephalitis. 2017
  2. RI KK. Japanese Enchepalitis Berkorelasi Dengan Banyaknya Area Persawahan , Peternakan Babi Dan Burung Rawa. 2017;20–1. Available from: www.depkes.go.id
  3. Lubis I, Suharyono D. Faktor Nyamuk Culex dan Babi dalam Penyebaran Virus Japanese Encephalitis (J.E.) di Pontianak dan Solo. Bul Penelit Kesehat [Internet]. 1986;14(1):8–15. Available from: https://e-resources.perpusnas.go.id:2218/media/publications/20439-ID-faktor-nyamuk-culex-dan-babi-dalam-penyebaran-virus-japanese-encephalitis-je-di.pdf
  4. Ompusunggu S, Sembiring Maha M, Marleta Dewi R. Infeksi Japanese Encephalitis Pada Babi Di Beberapa Provinsi Indonesia Tahun 2012 Japanese Encephalitis Infection in Pigs in Some Provinces, Indonesia in 2012. Infeksi Japanese Enceph pada Babi. (Sahat Ompusunggu. 2015;1–8
  5. Arbovirosis LTJ. Laporan Teknis S3 JE 2018.pdf
  6. Belu K, Angka D. Kabupaten belu dalam angka. 2009;
  7. Upik K Hadi., Soviana S. Ektoparasit Pengenalan, Identifikasi Dan Pengendaliannya. Bogor: IPB Press; 2010. 22–24 p
  8. Subangkit S, Sembiring MM, Heriyanto B, Setiawaty V. Uji ELISA untuk Deteksi Japanese Enchepalitis (JE) dari Kasus Ensefalitis di 5 Provinsi di Indonesia Tahun 2014. Media Penelit dan Pengemb Kesehat. 2017;26(3):157–62
  9. Dixon J, Karagiannidou M, Knapp M. The Effectiveness of Advance Care Planning in Improving End-of-Life Outcomes for People With Dementia and Their Carers: A Systematic Review and Critical Discussion [Internet]. Vol. 55, Journal of Pain and Symptom Management. Jakarta, RI; 2018. p. 132-150.e1. Available from: https://www.jstage.jst.go.jp/article/jjghp/25/4/25_384/_pdf%0Ahttp://ci.nii.ac.jp/naid/10031160330/%0Ahttp://search.jamas.or.jp/link/ui/2014211854%0Ahttp://search.jamas.or.jp/link/ui/2015037935%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.jpainsymman.2017.04.009%0Ahttp://
  10. Ayu K, Sari K, Cintya P, Yuliyatni D, Bagus Wirakusuma I, Ilmu B, et al. Evaluasi Sistem Surveilans Japanese Encephalitis Di Provinsi Bali. Semin Nas Sains dan Teknol [Internet]. 2015;1–7. Available from: https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/c3698621dd16d35c4d48ad18722915b9.pdf
  11. Prasetyowati litbangkes. Kehidupan Nyamuk Culex. Kehidup nyamuk Culex. 2007;
  12. Self LS, Shin HK, Kim KH, Lee KW, Chow CY, Hong HK. Ecological studies on Culex tritaeniorhynchus as a vector of Japanese encephalitis. Bull World Health Organ. 1973;49(1):41–7
  13. Rahmayanti A, Pinontoan O, Sondakh R. Survei Dan Pemetaan Nyamuk Culex Spp Di Kecamatan Malalayang Kota Manado Sulawesi Utara. Public Heal J. 2017;6(3):1–8
  14. Pramestuti N, Martini. Perbedaan Siklus Gonotropik dan peluang Hidup Aedes sp Di Wonosobo. Jumal Fkologi Kesehat. 2012;11(3):194–201

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.