BibTex Citation Data :
@article{JAMT10690, author = {Mita Umiliana and - Sarjito and - Desrina}, title = {PENGARUH SALINITAS TERHADAP INFEKSI Infectious myonecrosis virus (IMNV) PADA UDANG VANAME Litopenaeus vannamei (Boone,1931)}, journal = {Journal of Aquaculture Management and Technology}, volume = {5}, number = {1}, year = {2016}, keywords = {Infectious myonecrosis virus; Litopenaeus vannamei (Boone,1931); Salinitas}, abstract = { Udang vaname L. vannamei (Boone, 1931) merupakan salah satu produk perikanan yang diharapkan mampu menghasilkan devisa bagi negara. Produksi komoditas udang pada tahun 2014 mencapai 699.000 ton dan akan ditingkatkan menjadi 755.000 ton pada tahun 2015, dimana sekitar 70% dari target produksi tersebut adalah udang vaname. Akan tetapi, budidaya udang vanname secara intensif menimbulkan resiko terjangkit penyakit yang lebih tinggi. Sekitar 40% dari produksi udang hilang akibat infeksi penyakit, terutama penyakit yang disebabkan oleh serangan virus. Salah satu virus yang mengancam budidaya udang di dunia termasuk di Indonesia adalah Infectious myonecrosis virus (IMNV). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh salinitas terhadap infeksi IMNV pada udang vaname serta mengkaji salinitas terbaik untuk pemeliharaan udang vaname yang diinfeksi IMNV. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen mengunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Udang uji yang digunakan berukuran berat ±2 g. Udang dipelihara dalam media bervolume 30 L pada akuarium yang berukuran 60 cm x 30 cm x 30 cm dengan salinitas media A 15 ppt, B 20 ppt, C 25 ppt, D 30 ppt dan tanpa infeksi 30 ppt. Udang uji dipelihara selama 24 hari, yaitu 7 hari aklimatisasi, 3 hari proses infeksi dan 14 hari pascainfeksi. Proses infeksi IMNV pada udang uji dilakukan melalui karkas. Setiap perlakuan diberi pakan 10% dari total biomassa. Hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan salinitas memberikan pengaruh terhadap perkembangan infeksi IMNV pada udang vaname. Salinitas memperlambat kemunculan gejala klinis. Mortalitas tertinggi pada perlakuan A (46,67%), kemudian perlakuan B (40,00%), perlakuan C (33,33%) dan terendah perlakuan D (23,33%), sedangkan perlakuan tanpa infeksi tidak mengalami kematian. Salinitas optimum untuk pemeliharaan udang vaname adalah 30 ppt. White shrimp L. vannamei (Boone,1931) is the one of fishery products are expected to generate income for the country. Shrimp commodity production in 2014 reached 699,000 tons and will be increased to 755,000 tons in 2015, of which approximately 70% of the production target is white shrimp . However, intensive cultivation of vannamei shrimp pose a risk of disease is higher. Approximately 40% of the shrimp production is lost due to infectious diseases, especially diseases caused by virus attacks. One virus that threatens shrimp farming in the world, including in Indonesia is Infectious myonecrosis virus (IMNV). This research was aimed to know the effect of salinity on the clinical symptoms and mortality of white shrimp infected by Infectious myonecrosis virus (IMNV). The research was conducted with experimental method by using the completely randomized design with 5 treatments and 3 replications. Shrimp test used heavy sized ±2 g. Shrimp maintained in media volume 30 L at the aquarium measuring 60 cm x 30 cm x 30 cm with a medium salinity of 15 ppt, B 20 ppt, C 25 ppt, D 30 ppt and without infection 30 ppt. Test shrimp reared for 24 days, it was 7 days of acclimatization, 3 day process of infection and 14 days after infection. IMNV infection process on shrimp test performed carcass . Each treatment was fed 10% of the total biomass. The results showed that the difference in salinity influence on the development of infection IMNV in shrimp. Salinity slow the appearance of clinical symptoms. The highest mortality in treatment A (46.67%), then treatment B (40.00%), treatment C (33.33%) and the lowest was treatment D (23.33%), whereas no infection treatment did not experience death. The optimum salinity for shrimp vaname maintenance is 30 ppt. }, pages = {73--81} url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jamt/article/view/10690} }
Refworks Citation Data :
Udang vaname L. vannamei (Boone, 1931) merupakan salah satu produk perikanan yang diharapkan mampu menghasilkan devisa bagi negara. Produksi komoditas udang pada tahun 2014 mencapai 699.000 ton dan akan ditingkatkan menjadi 755.000 ton pada tahun 2015, dimana sekitar 70% dari target produksi tersebut adalah udang vaname. Akan tetapi, budidaya udang vanname secara intensif menimbulkan resiko terjangkit penyakit yang lebih tinggi. Sekitar 40% dari produksi udang hilang akibat infeksi penyakit, terutama penyakit yang disebabkan oleh serangan virus. Salah satu virus yang mengancam budidaya udang di dunia termasuk di Indonesia adalah Infectious myonecrosis virus (IMNV). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh salinitas terhadap infeksi IMNV pada udang vaname serta mengkaji salinitas terbaik untuk pemeliharaan udang vaname yang diinfeksi IMNV. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen mengunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Udang uji yang digunakan berukuran berat ±2 g. Udang dipelihara dalam media bervolume 30 L pada akuarium yang berukuran 60 cm x 30 cm x 30 cm dengan salinitas media A 15 ppt, B 20 ppt, C 25 ppt, D 30 ppt dan tanpa infeksi 30 ppt. Udang uji dipelihara selama 24 hari, yaitu 7 hari aklimatisasi, 3 hari proses infeksi dan 14 hari pascainfeksi. Proses infeksi IMNV pada udang uji dilakukan melalui karkas. Setiap perlakuan diberi pakan 10% dari total biomassa. Hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan salinitas memberikan pengaruh terhadap perkembangan infeksi IMNV pada udang vaname. Salinitas memperlambat kemunculan gejala klinis. Mortalitas tertinggi pada perlakuan A (46,67%), kemudian perlakuan B (40,00%), perlakuan C (33,33%) dan terendah perlakuan D (23,33%), sedangkan perlakuan tanpa infeksi tidak mengalami kematian. Salinitas optimum untuk pemeliharaan udang vaname adalah 30 ppt.
White shrimp L. vannamei (Boone,1931) is the one of fishery products are expected to generate income for the country. Shrimp commodity production in 2014 reached 699,000 tons and will be increased to 755,000 tons in 2015, of which approximately 70% of the production target is white shrimp. However, intensive cultivation of vannamei shrimp pose a risk of disease is higher. Approximately 40% of the shrimp production is lost due to infectious diseases, especially diseases caused by virus attacks. One virus that threatens shrimp farming in the world, including in Indonesia is Infectious myonecrosis virus (IMNV). This research was aimed to know the effect of salinity on the clinical symptoms and mortality of white shrimp infected by Infectious myonecrosis virus (IMNV). The research was conducted with experimental method by using the completely randomized design with 5 treatments and 3 replications. Shrimp test used heavy sized ±2 g. Shrimp maintained in media volume 30 L at the aquarium measuring 60 cm x 30 cm x 30 cm with a medium salinity of 15 ppt, B 20 ppt, C 25 ppt, D 30 ppt and without infection 30 ppt. Test shrimp reared for 24 days, it was 7 days of acclimatization, 3 day process of infection and 14 days after infection. IMNV infection process on shrimp test performed carcass. Each treatment was fed 10% of the total biomass. The results showed that the difference in salinity influence on the development of infection IMNV in shrimp. Salinity slow the appearance of clinical symptoms. The highest mortality in treatment A (46.67%), then treatment B (40.00%), treatment C (33.33%) and the lowest was treatment D (23.33%), whereas no infection treatment did not experience death. The optimum salinity for shrimp vaname maintenance is 30 ppt.
Last update: