BibTex Citation Data :
@article{IO6308, author = {Sefti Sari and Turnomo Rahardjo and Taufik Suprihartini and Hedi Santosa}, title = {Memahami Pengalaman Komunikasi Konselor dan Perempuan Korban KDRT Pada Proses Pendampingan di PPT Seruni Kota Semarang}, journal = {Interaksi Online}, volume = {2}, number = {4}, year = {2014}, keywords = {}, abstract = { Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena kekerasan dalam rumah tangga yang banyak dialami oleh para perempuan namun masih dianggap oleh masyarakat sebagai permasalahan domestik yang tidak layak untuk diketahui oleh umum. Anggapan bahwa hal tersebut sangat tabu dibicarakan karena berkaitan dengan urusan privat antara suami dan istri yang pada akhirnya membuat permasalahan KDRT ini jauh dari penyelesaian dan semakin berlarut dengan peningkatan jumlah kasus maupun korbannya. Kasus KDRT layaknya fenomena gunung es yang mana jumlah kasus yang sebenarnya terjadi jauh lebih banyak dibanding yang dilaporkan dan terungkap karena kurangnya pemahaman para perempuan bahwa kasus KDRT merupakan kasus publik yang hendaknya dilaporkan kepada pihak yang berwajib maupun pada lembaga-lembaga perlindungan perempuan dan anak. Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) Seruni sebagai lembaga perlindungan perempuan dan anak merupakan lembaga yang memberikan layanan penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kota Semarang. PPT Seruni memberikan pendampingan baik pendampingan hukum, medis, psikologis agar terpenuhinya hak-hak perempuan dan anak atas layanan pemulihan dan penguatan serta mendapat solusi yang tepat yang memungkinkan perempuan dan anak hidup layak. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memahami pengalaman komunikasi antara konselor dan perempuan korban KDRT pada proses pendampingan di PPT Seruni Kota Semarang. Teori yang digunakan adalah teori komunikasi antarpribadi, teori self disclosure, teori diri oleh Carl Rogers, teori hubungan Aku-Engkau dari Martin Buber, teori dialogis Mikhail Bakhtin. Untuk mendeskripsikan secara detail pengalaman komunikasi antara konselor dengan perempuan korban KDRT penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Subyek dalam penelitian ini adalah konselor (pendamping) dari PPT Seruni dan perempuan korban KDRT yang menjalani pendampingan di PPT Seruni. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pendampingan dimaksudkan untuk memberikan penguatan secara psikologis dan fisik kepada korban agar korban merasa aman dan mendapat perlindungan. Terdapat perbedaan cara berkomunikasi yang dilakukan oleh konselor saat melakukan pendampingan dengan korban KDRT. Dalam menghadapi korban yang tertutup, konselor berusaha untuk lebih berhati-hati dalam melakukan pendampingan berkaitan dengan tingkat sensitifitasnya yang lebih tinggi. Sedangkan dengan korban yang terbuka, konselor dapat lebih mudah dalam melakukan pendampingan. Proses dialog antara konselor dengan korban KDRT efektif dijalankan dengan adanya keterbukaan kedua belah pihak dalam menjalankan proses komunikasi. Keterbukaan diri para korban saat menjalani pendampingan sangat diperlukan oleh konselor berkaitan dengan langkah strategi yang harus dijalankan untuk membantu korban menyelesaikan masalahnya. Menyesuaikan diri dengan latar belakang dan kondisi korban dilakukan oleh para konselor dengan penggunaan bahasa yang mudah atau dapat dimengerti oleh korban yang sesuai dengan bahasa sehari-hari korban dapat membuat korban merasa nyaman saat proses pendampingan berlangsung. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT }, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/6308} }
Refworks Citation Data :
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena kekerasan dalam rumah tangga yangbanyak dialami oleh para perempuan namun masih dianggap oleh masyarakat sebagaipermasalahan domestik yang tidak layak untuk diketahui oleh umum. Anggapan bahwa haltersebut sangat tabu dibicarakan karena berkaitan dengan urusan privat antara suami dan istriyang pada akhirnya membuat permasalahan KDRT ini jauh dari penyelesaian dan semakinberlarut dengan peningkatan jumlah kasus maupun korbannya. Kasus KDRT layaknyafenomena gunung es yang mana jumlah kasus yang sebenarnya terjadi jauh lebih banyakdibanding yang dilaporkan dan terungkap karena kurangnya pemahaman para perempuanbahwa kasus KDRT merupakan kasus publik yang hendaknya dilaporkan kepada pihak yangberwajib maupun pada lembaga-lembaga perlindungan perempuan dan anak. Pusat PelayananTerpadu (PPT) Seruni sebagai lembaga perlindungan perempuan dan anak merupakanlembaga yang memberikan layanan penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak diKota Semarang. PPT Seruni memberikan pendampingan baik pendampingan hukum, medis,psikologis agar terpenuhinya hak-hak perempuan dan anak atas layanan pemulihan danpenguatan serta mendapat solusi yang tepat yang memungkinkan perempuan dan anak hiduplayak.Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memahami pengalaman komunikasi antarakonselor dan perempuan korban KDRT pada proses pendampingan di PPT Seruni KotaSemarang. Teori yang digunakan adalah teori komunikasi antarpribadi, teori self disclosure,teori diri oleh Carl Rogers, teori hubungan Aku-Engkau dari Martin Buber, teori dialogisMikhail Bakhtin. Untuk mendeskripsikan secara detail pengalaman komunikasi antarakonselor dengan perempuan korban KDRT penelitian ini menggunakan metodologi kualitatifdengan pendekatan fenomenologi. Subyek dalam penelitian ini adalah konselor (pendamping)dari PPT Seruni dan perempuan korban KDRT yang menjalani pendampingan di PPT Seruni.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pendampingan dimaksudkan untukmemberikan penguatan secara psikologis dan fisik kepada korban agar korban merasa amandan mendapat perlindungan. Terdapat perbedaan cara berkomunikasi yang dilakukan olehkonselor saat melakukan pendampingan dengan korban KDRT. Dalam menghadapi korbanyang tertutup, konselor berusaha untuk lebih berhati-hati dalam melakukan pendampinganberkaitan dengan tingkat sensitifitasnya yang lebih tinggi. Sedangkan dengan korban yangterbuka, konselor dapat lebih mudah dalam melakukan pendampingan. Proses dialog antarakonselor dengan korban KDRT efektif dijalankan dengan adanya keterbukaan kedua belahpihak dalam menjalankan proses komunikasi. Keterbukaan diri para korban saat menjalanipendampingan sangat diperlukan oleh konselor berkaitan dengan langkah strategi yang harusdijalankan untuk membantu korban menyelesaikan masalahnya. Menyesuaikan diri denganlatar belakang dan kondisi korban dilakukan oleh para konselor dengan penggunaan bahasayang mudah atau dapat dimengerti oleh korban yang sesuai dengan bahasa sehari-hari korbandapat membuat korban merasa nyaman saat proses pendampingan berlangsung.Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT
Last update:
Interaksi Online, is published by Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jln. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275; Telp. (024)7460056, Fax: (024)7460055
Interaksi Online by http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/interaksi-online is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.