skip to main content

Penerapan Konsep Pencitraan Politisi Di Media Twitter


Citation Format:
Abstract
PENDAHULUANLatar BelakangPenggunaan Twitter dinilai lebih simple, karena tampilannya yang sederhana,hanya ada satu halaman utama yang menyajikan menu-menu utama dalamTwitter. Sangat berbeda dengan Facebook, Friendster, atau jejaring sosial lainyang terkesan lebih menyulitkan dalam berkirim pesan, karena harus melihatprofil dari yang dituju terlebih dahulu. Selain itu, simple disini juga berartipemakaian 140 karakter yang dinilai efektif dan efisien dalam berkirim pesan,tidak bertele-tele dan tepat sasaran. Status dan pesan kepada orang lain beradadalam satu kontrol. Bila tanpa mention maka otomatis menjadi “status”, apabiladiberi mention (@username) maka otomatis menjadi pesan yang bisa dibaca olehsi penerima pesan.Tergabungnya para artis, politisi dan tokoh lain dalam Twitter tak pelakmenimbulkan dorongan baru bagi para onliners untuk membuat account Twitter.Hal tersebut tidak lepas dari aura trendsetter yang ada pada diri para tokohtersebut. Berbondong-bondong para penggemar membuat account Twitter untukdapat mengetahui keseharian dan kegiatan dari sang idola.(http://media.kompasiana.com/new-media/2011/05/25/)Untuk politisi sendiri, Twitter berguna sebagai ajang mencari citra dansimpati kepada masyarakat yang memfollow akun politisi tersebut. Aspek-aspekpencitraan tersebut dapat dilihat dari berbagai pendekatan, mulai dari kata-katayang terkesan meminta simpati secara langsung atau tidak langsung maupunpendekatan yang bersifat akrab dengan masyarakat. Penerapan konsep pencitraanyang digunakan adalah untuk menarik simpati masyarakat. Twitter dipilih politisisebagai alat untuk melakukan pencitraan, hal tersebut dikarenakan, media Twitteradalah media yang sedang populer saat ini, efektif dan mudah berhubungandengan masyarakat sebagai tujuananya.Melihat hal tersebut para politisi dengan cermat menerapkan konseppencitraan di media sosial seperti Twitter, penerapan konsep yang dimaksudadalah strategi pencitraan positif sbagai strategi yang ampuh untuk meraup5dukungan publik secara luas, pola kerjanya mengedepankan peranan media dankecanggihan teknologi sehingga terbuka pula kesempatan dan peluang bagipraktik kekuasaan yang mengedepankan penguasaan atas simbol dan jugakekerasan secara simbolik.Mengamati fenomena tersebut, hal inilah yang menarik untuk diteliti, penelitimerasa perlu untuk mengetahui aplikasi penerapan konsep pencitraan politisidalam media sosial Twitter.BATANG TUBUHPencitraan KinerjaDalam 4 unsur pencitraan yang penulis golongkan, diantaranya terdapat 1 unsuryang akan dibahas dalam sub bab ini, berdasarkan deskripsi di bab sebelumnya,terdapat 2 politisi yang menuliskan tentang pencitraan kinerja di akun mediajejaring sosial Twitter miliknya. Politisi tersebut adalah Denny Indrayana selakuWamenkumham dan Ruhut Sitompul selama periode 2 bulan terakhir. Sementara5 politisi lain tidak terindikasi menuliskan tweet pencitraan kinerja di akun mediajejaring sosial yang mereka miliki.BuchariAlma (2008:55) citra adalah serangkaian kepercayaan yangdihubungkan dengan sebuah gambaran yang dimiliki atau didapat daripengalaman. Untuk membentuk citra positif dari masyarakat khususnya followersDenny dan Ruhut menerapkan konsep pencitraan kinerja untuk memperolehkepercayaan masyarakat, dengan menunjukan hasil kinerjanya kepadamasyarakat. Herbert Blumer dan Elihu Katz ( Hafied Cangara, 2009 : 119)mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih danmenggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihakyang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumbermedia yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinyapengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya,Denny Indrayana adalah sosok fenomenal yang sempat menggemparkan publikdengan sepak terjangnya memerangi mafia – mafia hukum.6Pencitraan ReligiusDalam unsur pencitraan religius, terdapat 4 politisi yang menerapkan konseppencitraan ini didalam akun media jejaring sosial mereka, yaitu PrabowoSubianto, Ruhut Sitompul, Anas Urbaningrum dan Aburizal Bakrie. Jika melihatlatar belakang 4 politisi tersebut, politisi-politisi tersebut pernah tersandung kasus,diantaranya kasus pelanggaran HAM dan penculikan aktifis 98 oleh PrabowoSubianto, Pelanggaran kode etik DPR oleh Ruhut Sitompul, dugaan korupsi megaproyek Hambalang oleh Anas Urbaningrum dan lumpur lapindo oleh AburizalBakrie. Karena kasus-kasus tersebut pernah di beritakan secara terus menerus olehmedia nasional maupun lokal, secara otomatis kebanyakan masyarakat akanberfikiran bahwa ke 2 politisi tersebut mempunyai kepribadian yang buruk, danuntuk mengembalikan citra positif mereka dimata publik, maka para politisitersebut “merangkul kembali” masyarakat dengan tweet-tweet religius parapolitisi, paradigma dimasyarakat adalah, orang-orang yang baik adalah orangorangyang dekat dengan Tuhan.Freud (Alwisol, 2010 : 162 ), Seseorang akan bertahan dengan caramemblokir seluruh dorongan-dorongan atau dengan menciutkan dorongandorongantersebut menjadi wujud yang lebih dapat diterima konsepsi dan tidakterlalu mengancam. Cara ini disebut mekanisme pertahanan diri atau mekanismepertahanan ego/Ego Defense Mechanism. Wujud disini penulis masukan kedalampenulisan tweet-tweet dari politisi-politisi, dengan menuliskan tweet pencitraanreligius para politisi berharap akan diterima kembali dimasyarakat setelah apayang mereka lakukan. Dalam teori Uses &Gratifications (Kegunaan danKepuasan) oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (Hafied Cangara, 2009 : 120)mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih danmenggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihakyang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumbermedia yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinyapengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.7Para politisi selaku pelaku dan pengguna media jejaring sosial twitter,menggunakan konsep pencitraan religius ini karena suatu kebutuhan untukmemuasakan kebutuhannya.Pencitraan SosialPenerapan konsep pencitraan sosial inilah yang menjadi “andalan” parapolitisi untuk melakukan pencitraan, bagaimana tidak, seluruh subjek politisiterindikasi menuliskan pencitraan sosial kedalam akun media jejaring sosial milikmereka, mulai dari Denny Indrayana, Ruhut Sitompul, Anas Urbaningrum,Aburizal Bakrie, Prabowo Subianto, Dede Yusuf dan Rustriningsih, pencitraansosial yang dimaksud adalah cara yang dilakukan politisi untuk menarik simpatimasyarakat khususnya para Followers dengan cara yang halus, misalnyamemanggil dengan sapaan “sahabat”, memeberikan feedback kepada parafollowers sampai dengan pemberian bantuan kepada masyarakat demi sebuahkepentingan. Secara sederhana dapat disebutkan bahwa empati adalahkemampuan menempatkan diri pada situasi dan kondisi orang lain. Dalam hal iniK. berlo (Hafied Cangara, 2009 : 121). memperkenalkan teori yang dikenaldengan nama influence theory of emphaty (teori penurunan dari penempatan dirikedalam diri orang lain). Artinya, komunikator mengandaikan diri, bagaimanakalau ia berada pada posisi komunikan. Dalam hal ini individu memiliki pribadikhayal sehingga individu-individu yang berinteraksi dapat menemukan danmengidentifikasi persamaan-persamaan dan perbedaan masing-masing, yangkemudian menjadi dasar dalam mmelakukan penyesuaian. Untuk mengetahui apayang masyarakat inginkan, terlebih dahulu para politisi harus mengerti betul apaitu empati, dalam hal ini pencitraan sosial yang politisi tidak terlepas dari halempati, bagaimana tidak? Bayangkan saja ketika kita disapa dengan kata“sahabat” oleh orang yang menjadi public figure atau orang yang dikenal banyakorang, pasti akan tersirat rasa bangga tersendiri, demikian pula konsep pencitraansosial yang bertema pemberian bantuan, jika kita menerima bantuan, pasti kitamerasa senang sebagai pihak yang dibantu.Menurut K. Berlo (Hafied Cangara, 2009 : 121), didalam teori emoatiterdapat 2 golongan teori, yaitu :81.Teori Penyimpulan (inference theory), orang dapat mengamati ataumengidentifikasi perilakunya sendiri.2.Teori Pengambilan Peran (role taking theory), seseorang harus lebih dulumengenal dan mengerti perilaku orang lain.Para politisi melakukan hal yang membuat masyarakat senang untuk menarikperhatian masyrakat, yaitu dengan melakukan hal yang menurut masyarakat harusdibenahi, dan yang tidak disukai masyrakat kemudian para politisi melakukan halitu untuk memperoleh citra baik politisi di masyarakat.Penerapan konsep Pencitraan sosial digunakan oleh para politisi untukkepentingannya masing-masing, diantaranya adalah untuk menarik simpati publikdi media jejaring sosial Twitter dalam Pilgub dan Pilpres, para politisiberbondong-bondong menuliskan tweet dan menshare foto yang penulis berijudul “dekat dengan masyarakat”untuk media kampanyenya dimedia Twitter.Menurut Richard A. Joslyn dalam Swanson (Hafied Cangara, 2009 : 284)melukiskan kampanye politik tidak ada bedanya dengan sebuah adegan dramayang dipentaskan oleh para aktor-aktor politik.Adegan drama yang penulis simpulakan dari Richard A. Joslyn tersebutadalah, ketika tiba saatnya politisi memiliki kepentingan, maka politisi akanmembangun pencitraan mereka dengan citra yang positif, dan tidak sesuai denganrealita sebenarnya, untuk “mengelabui” atau hanya sekedar untuk menarik simpatipublik. Pencitraan sosial ditemukan atau terindikasi dalam semua tweet dipolitisiyang penulis teliti. Hal ini menunjukan, unsur pencitraan sosial adalah unsureyang menurut penulis paling bisa mempengaruhi followers atau masyarakat.Pencitraan PolitikSesuai dengan unsur Pencitraan politik yang penulis definisikan sebagaipencitraan yang meiliki kepentingan politik dan mengikut sertakan kepentinganlain, bukan hanya individu dari politisi itu sendiri, contohnya adalah partai yang didinaungi oleh politisi tersebut.Dalam unsur pencitraan politik ditemukan 5 politisi yang menggunakankonsep tersebut untuk pencitraan di akun media jejaring sosial para politisi.Diantarany adalah Prabowo Subianto dari partai Gerindra (Gerakan Indonesia9Raya), Ruhut Sitompul eks Partai Demokrat, Anas Urbaningrum dari PartaiDemokrat, Aburizal Bakrie dari Partai Golkar (Golongan Karya) danRustriningsih dari PDI Perjuangan (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan).Keloyalitasan para politisi yang berangkat menjadi politisi dengan berlatarbelakang Dependent (dari partai politik) seolah-olah menjadi hal wajib untuk ikutserta mencitrakan partai yang dinaunginnya dan para tokoh partai didalamnya.Contohnya ketika Anas menuliskan tentang kerja keras para anggota partainyaketika membantu korban banjir dan menuliskan tentang sosok presiden yang baik(SBY) didalam akun media jejaring sosial Twitter miliknya, dan Pemimpin partaiGerindra, Prabowo Subianto juga melakukan hal tersebut, demikian pula AburizalBakrie. Partai Demokrat yang mempunyai banyak anggota bermasalah dansemakin diperparah dengan konflik intern didalamnya membuat Anas sebagaipemimpin partai Demokrat aktif melakukan pencitraan politik agar masyarakattetap mengangap partai Demokrat sebagai partai yang memiliki integritas.Nimmo dan Thomas Ungs (Hafied Cangara, 2009 : 285) melihat bahwasebuah perencanaan kampanye politik sedapat mungkin harus melalui tiga fase,yakni:1. Fase pengorganisasian (organizing phase)2. Fase pengujian (testing phase)3. Fase kritis (critical phase).Fase pengorganisasian, yakni kapan staf, informasi, dan dana dikumpulkan,strategi dan praktek yang diterapkan, dan semangat kelompok dibangkitkan untukpengurus dan anggota. Fase pengujian kampanye (testing phase), yakni kapancalon menggalang para anggota dan menawarkan kemudahan-kemudahan kepadaorang yang belum menjadi anggota. Langkah terakhir adalah fase kritis (criticalphase) di mana kampanye mencapai suatu titik di mana calon pemilih (voters)belum menentukan sikap terhadap partai atau siapa yang akan didukung ataudipilih.Kandidat dan partai adalah 2 unsur yang tidak bisa dipisahkan, ke 2nyamempunyai bagian-bagian yang saling melengkapi dan saling menguntungkan,atau bisa dikenal dengan istilah win-win solutions. Dalam hal ini, para politisi10yang berlatar belakang berangkat dari partai akan mengangkat citra partainya,sebagai timbale baliknya, partai akan berjuang untuk membantu politisi dalampencitraannya, dengan tujuan mempengaruhi dan mencari simpati publik.KESIMPULAN DAN SARANKesimpulanKemunculan Media Jejaring Sosial Twitter sebagai media baru telah mengubahdunia politik. Sebagai media baru, banyak peran penting Twitter untuk politisiyang tergabung didalamnya, dengan media jejaring sosial Twitter, para politisidapat berhubungan langsung kepada masyarakat khusunya Followersnya. Apapunyang mereka inginkan dapat mereka tulis untuk selanjutnya disebarkan, sepertimisalnya kinerja mereka, bencana alam, kepentingan politik, dan lain-lain dapattersebar luas kepada semua orang diseluruh penjuru dunia melalui Twitter.Pemberitaannya bahkan mengalahkan kecepatan media informasi yang lain.Kegiatan pencitraan tidak hanya dilakukan politisi di media massa (TV, radio,Koran) . Tetapi media baru, Twitter dapat melakukan kegiatan pencitraan.Sebenarnya pemegang akun media jejaring sosial Twitter bisa menggunakanyasesuai dengan kepentingannya masing-masing. Jumlah karakter yang hanya 140itu merupakan kekurangan dari media jejaring sosial Twitter, karena orang tidakakan mampu menjelaskan sesuatu secara gamblang dengan space sekecil itu.Tetapi ada juga yang menilai bahwa itulah yang menjadi senjata ampuh Twitterdalam menyampaikan suatu hal yang diinginkan oleh pemilik akun. Masyarakatdituntut untuk menyampaikan sebuah fakta yang jelas hanya dalam 140 karakter.Terlepas dari perdebatan di atas, media jejaring sosial Twitter sebagai mediapencitraan politisi memberikan kesempatan kepada politisi untuk berinteraksidalam ruang publik pada sebuah situasi yang sebelumnya tidak dirasakan padamasa kejayaan media mainstream. Sistem yang baru ini memberikan kemudahankepada politisi untuk memenuhi kepentingannya, biasanya para politisi yang akanmelakukan pencitraan harus memebayar kepada media untuk meliput, dan11memberitakan citra yang positif si politisi, dengan munculnya Twitter, parapolitisi akan lebih mudah dan murah untuk melakukan pencitraannya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Twitter memang mendukung penerapankonsep pencitraan politisi. Ide pencitraan politisi muncul ketika politisi melihatpeluang “emas” untuk menarik simpati publik dengan cara yang relatif mudah danmurah. Penerapan konsep pencitraan dalam Twitter dilakukan dengan :1. Para politisi Menuliskan tweet-tweet yang berisikan kinerja mereka untukmempengaruhi publik khususnya para Followers yang memfollow akun politisi,dengan begitu para followersnya yang memfollow akun politisi tersebut akanberfikiran bahwa, politisi tersebut adalah politisi yang berkompeten danbertanggung jawab dalam bidangnya. Penerapan konsep pencitraan kinerja tidakterlalu popular di kalangan politisi, karena dari 7 politisi yang dianalisa penulis,hanya 2 politisi yang menerapkan konsep kinerja di akun media jejaring sosialTwitter miliknya.2. Politisi menuliskan tweet yang berisikan konten yang bersifat religius, untukmempengaruhi dan menarik simpati publik, khususnya para followersnya.Menurut paradigm masyarakat, orang yang baik adalah orang yang beragama,karena dalam agama terdapat ilmu-ilmu yang mengajarkan kebaikan. Haltersebutlah yang membuat politisi menerapkannya dalam akun media jejaringsosia Twitter mereka. Dari 7 politisi yang penulis analisa, terdapat 4 politisi yangmenerapkan konsep pencitraan di akun media jejaring sosial twitternya. Namuntidak menutup kemungkinan bahwa tweet religius yang di tuliskan oleh parapolitisi di akun media jejaring sosial milik mereka adalah sifat asli mereka,sebagai mahluk Tuhan yang beragama dan patuh akan Tuhannya.3. Politisi Menuliskan tweet yang berisikan konten sosial, untuk mempengaruhidan menarik simpati publik khususnya para Followers yang mengikuti akunpolitisi tersebut. Sifat sosial dan bersosialisasi adalah bentuk sifat manusia, karenamanusia tidak dapat hidup sendiri, selaku publik figur, banyak politisi yangmemanfaatkan ketenarannya untuk menarik simpati rakyat, mulai dengan dekat12dengan rakyat, sampai membantu rakyat yang sedang kesusahan, hal tersebutsangat dimanfaatkan politisi dalam konsep pencitraan yang diterapkanya, dalamhal ini adalah pencitraan sosial. Konsep Pencitraan ini tergolong konsep yang“laris manis” yang diterapkan para politisi dimedia jejaring sosial Twittermiliknya. Dari 7 politisi yang penulis analisa tweet-tweetnya, semua politisitersebut menerapkan konsep pencitraan ini.4. Para politisi menuliskan tweet yang berisikan konten politik, apalagi politisiyang menggunakan jalur dependent, atau yang terikat oleh partai tidakmelenggang sukses dengan sendirinya, tetapi partai ikut andil bagian dalammembesarkan nama dan citranya. Oleh karena itu partai dan politisi adalah 2unsur yang saling membutuhkan, partai perlu politisi untuk tetap eksis, demikianpula politisi. Salah satu bagian politisi adalah ikut mencitrakan partainya secarabaik dimata masyarakat, dengan menuliskan kebaikan partainya di Akun mediajejaring sosial Twitter miliknya. Dari 7 politisi yang penulis analisa, terdapat 5politisi yang menerapakan konsep pencitraan partainya.5.2. Saran5.2.1 Secara TeoritisPenelitian ini berusaha mengembangkan pemikiran akademis atau teoritik dalampenerapan konsep pencitraan oleh politisi dimedia jejaring sosial Twitter.Sehingga penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi peneliti lainyang ingin melakukan penelitian dengan tema sejenis atau tertarik dengan konsepyang digunakan politisi untuk pencitraan dirinya. Namun pada penelitianselanjutnya dapat menggunakan metode yang berbeda yaitu metode penelitiankuantitatif dan menggunakan unit analisis yang berbeda, semisal pengaruhpencitraan politisi terhadap tingkat kepercayaan masyarakat.5.2.2 Secara PraktisMedia dapat menjadi alat komunikasi untuk menjadi sebuah identitas individu.Dengan banyaknya fungsi media hendaknya masyarakat terutama politisi dapat13menggunakan fungsi media dengan baik dan bijaksana, selaku publik figursetidaknya politisi memberikan informasi yang mendidik dan sesuai dengan hatinurani politisi. Misalnya menuliskan tentang ilmu-ilmu politik, hukum atauapapun yang politisi kuasai ilmunya. Atau menuliskan tentang kebeneran suatumasalah yang mereka ketahui. Bukan hanya untuk kepentingan mereka tetapiuntuk menambah ilmu para followersnya. Pencitraan sebenarnya sah untukdilakukan para politisi, asal tidak terlalu berlebihan, karena hal tersebut yangnantinya akan merusak citra mereka sendiri. Masyarakat, sekarang ini sudahpintar mengkritisi, mana yang benar-benar baik, dan mana yang di setting menjadibaik, jadi ketika politisi terlalu “over” melakukan pencitraan, masyarakat akanberfikiran, kalau apa yang dilakukan politisi tersebut hanya untuk kepentingannyasendiri nantinya.5.2.3 Secara SosialMasyarakat luas, khususnya para Followers yang mengikuti akun media jejaringsosial Twitter dapat berpikir kritis dalam menyikapi pencitraan – pencitraan yangdituliskan oleh para politisi di akun media jejaring sosial twitter milik politisi.Dan sebaiknya masyarakat tidak tertuju dengan cuman satu media saja untukmenilai citra baik dan buruknya para politisi, masih banyak media lain untukmengetahui apakah politisi tersebut benar-benar baik atau tidak, dan apakah yangdituliskan politisi didalam akun media jejaring sosial twitter mereka adalahsebuah kenyataan atau tidak. Sebaiknya masyarakat pandai mengkritisi, agar tidaktepengaruh sifat tertulis politisi di twitter yang menuliskan citra baik untukberbagai kepentingan mereka, sudah sering para politisi terdahulu melakukan danmengedepankan citra baik dimasyarakat. Tetapi jika kepentingannya sudahterpenuhi, maka para politisi tersebut akan berubah, semisal politisi-politisi yangdulu dianggap baik malah banyak terjebak kasus, misalnya koruspi. Politisi yangbaik tidak akan mengumbar kebaikan dan akan mengakui kesalahannya..14DAFTAR PUSTAKABuku :Alwisol. (2010). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.Buchari, Alma. (2008). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung :Alfabeta.Budiardjo, Miriam. (1978). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : GramediaBulaeng, Andi. (2004). Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. Yogyakarta: Andi.Cangara, Hafief. (2009). Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta:Raja Grafindo Persada.Jensen, Klaus Bruhn. Nicholas W. Jankowski (2002). A Handbook Of QualitativeMethodologies For Mass Communication Research. London and New York:Routledge.McQuail, Denis. (1987). McQuail’s Communication Theory. London:Sage Publications.Zuriah, Nurul. (2005). Metodologi Penelitian Sosial Dan pendidikan. Jakarta :Bumi Aksara.WEB :Pengertian dan definisi media. (2012) .dalamhttp://carapedia.com/pengertian_definisi_media_info2046.html diakses padatanggal 7 September pukul 13.10 WIB.PengertianPolitik.Dalamhttp://id.shvoong.com/law-andpolitics/politics/1935230-pengertian-politik/#ixzz25laPgmox. Diakses padatanggal 8 september 2012 pukul 13.32 WIB.Pengertianpolitik.Dalamhttp://ruhcitra.wordpress.com/2008/11/21/pengertian-politik/. Diakses pada tanggal 8 september 2012 pukul 13.35 WIB.Pencitraan.Dalamhttp://www.erepublik.com/en/article/pencitraan-1812550/1/20 . Diakses pada tanggal 8 september 2012 pukul 13.52 WIB.15Sejarah tehknlogi. Dalam http://sejarahteknologi.blogspot.com/. Diaksespada tanggal 8 september 2012 pukul 12.25 WIB.Twitter. Dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Twitter. Diakses pada tanggal7 september 2012 pukul 11.05 WIBTwitter dan Mahasiswa: Studi Kasus Penggunaan Twitter Sebagai MediaSosial dan Komunikasi pada Mahasiswa JPP Fisipol UGM Angkatan 2009.Dalam http://media.kompasiana.com. Diakses pada tanggal 8 september pukul13.10 WIB.
Fulltext

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.