BibTex Citation Data :
@article{IMAJI11550, author = {bayu sasongko and Edward Pandelaki and Bambang Supriyadi}, title = {RELOKASI MUSEUM KRETEK KUDUS DENGAN PENEKANAN DESAIN NEO-VERNAKULAR}, journal = {IMAJI}, volume = {1}, number = {2}, year = {2012}, keywords = {Museum kretek, Kudus, Arsitektur neo vernakular}, abstract = { Kota Kudus dikenal dengan Kota Kretek, karena kisah kretek bermula dari Kota Kudus. Akan tetapi untuk dunia pariwisata Kabupaten Kudus terkenal dengan pariwisata religiusnya karena terdapat dua makam yaitu Sunan Muria berada di Muria dan Sunan Kudus berada di tengah Kota Kudus, satu kompleks dengan Masjid dan Menara Kudus. Karena kedua makam tersebut, Kudus dikunjungi tiap tahun begitu banyak peziarah dari kota manapun, membuat Kudus mudah dan melekat pada ingatan masyarakat luas bahkan sampai beberapa negara tetangga kita. Begitu bagusnya potensi itu sudah selayaknya dunia kepariwisataan di Kabupaten Kudus digarap dengan serius. Menggali semua potensi pariwisata yang belum digali dan memaksimalkan potensi (aset) wisata yang sudah ada di Kudus ini merupakan dua hal yang perlu dilakukan dengan serius. Maka dari itu perlu ditingkatkan lagi tentang potensi sejarah kretek yang berkembang di Kota Kudus dengan adanya Museum Kretek. Kajian diawali dengan mempelajari pengertian dan hal-hal mendasar mengenai kretek, standarstandar mengenai tata ruang dalam museum, studi banding beberapa museum di Indonesia. Dilakukan juga tinjauan mengenai lokasi Museum Kretek Kudus dan pembahasan konsep perancangan dengan penekanan desain Arsitektur Neo-vernakular. Tapak yang digunakan adalah tapak asli relokasi. Selain itu juga dibahas mengenai tata massa dan ruang bangunan, penampilan bangunan, struktur, serta utilitas yang dipakai dalam perancangan “Relokasi Museum Kretek dengan Penekanan Desain Neo-Vernakular”. Konsep perancangan ditekankan desain Arsitektur Neo-vernakular Yulianto Sumalyo (1997:451) mengartikan vernakular sebagai bahasa setempat yang dalam arsitektur istilah ini menyebut bentuk-bentuk yang menerapkan unsure-unsur budaya setempat. Lingkungan termasuk iklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak, denah, struktur, detail-detail bagian, ornament, dll). Dengan batasan tersebut maka arsitektural tradisional dalam bentuk permukiman maupun unit-unit bangunan di dalamnya dapat dikategorikan vernakular murni, terbentuk oleh tradisi turun temurun tanpa poengaruh dari luar. Dalam perkembangan arsitektur modern, ada suatu bentuk yang mengacupada bahasa setempat dengan mengambil elemen-elemen arsitektural yang ada ke dalam bentuk-bentuk modern yaitu neovernakular. Sedangkan tujuan arsitek neo-vernakular memiliki tujuan melestarikan unsur budaya lokal setempat yang secara empiris terbentuk oleh perilaku dan tradisi turun temurun termasuk bentuk dan sistemnya. }, issn = {2089-3892}, pages = {285--292} url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/imaji/article/view/11550} }
Refworks Citation Data :
Kota Kudus dikenal dengan Kota Kretek, karena kisah kretek bermula dari Kota Kudus. Akan tetapi untukdunia pariwisata Kabupaten Kudus terkenal dengan pariwisata religiusnya karena terdapat dua makam yaituSunan Muria berada di Muria dan Sunan Kudus berada di tengah Kota Kudus, satu kompleks dengan Masjiddan Menara Kudus. Karena kedua makam tersebut, Kudus dikunjungi tiap tahun begitu banyak peziarah dari kota manapun,membuat Kudus mudah dan melekat pada ingatan masyarakat luas bahkan sampai beberapa negara tetanggakita. Begitu bagusnya potensi itu sudah selayaknya dunia kepariwisataan di Kabupaten Kudus digarap denganserius. Menggali semua potensi pariwisata yang belum digali dan memaksimalkan potensi (aset) wisata yangsudah ada di Kudus ini merupakan dua hal yang perlu dilakukan dengan serius. Maka dari itu perlu ditingkatkanlagi tentang potensi sejarah kretek yang berkembang di Kota Kudus dengan adanya Museum Kretek. Kajian diawali dengan mempelajari pengertian dan hal-hal mendasar mengenai kretek, standarstandar
mengenai tata ruang dalam museum, studi banding beberapa museum di Indonesia. Dilakukan jugatinjauan mengenai lokasi Museum Kretek Kudus dan pembahasan konsep perancangan dengan penekanandesain Arsitektur Neo-vernakular. Tapak yang digunakan adalah tapak asli relokasi. Selain itu juga dibahasmengenai tata massa dan ruang bangunan, penampilan bangunan, struktur, serta utilitas yang dipakai dalamperancangan “Relokasi Museum Kretek dengan Penekanan Desain Neo-Vernakular”.
Konsep perancangan ditekankan desain Arsitektur Neo-vernakular Yulianto Sumalyo (1997:451) mengartikan vernakular sebagai bahasa setempat yang dalam arsitekturistilah ini menyebut bentuk-bentuk yang menerapkan unsure-unsur budaya setempat. Lingkungan termasukiklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak, denah, struktur, detail-detail bagian,ornament, dll). Dengan batasan tersebut maka arsitektural tradisional dalam bentuk permukiman maupununit-unit bangunan di dalamnya dapat dikategorikan vernakular murni, terbentuk oleh tradisi turun temuruntanpa poengaruh dari luar. Dalam perkembangan arsitektur modern, ada suatu bentuk yang mengacupada bahasa setempatdengan mengambil elemen-elemen arsitektural yang ada ke dalam bentuk-bentuk modern yaitu neovernakular.
Sedangkan tujuan arsitek neo-vernakular memiliki tujuan melestarikan unsur budaya lokalsetempat yang secara empiris terbentuk oleh perilaku dan tradisi turun temurun termasuk bentuk dansistemnya.
Last update:
Alamat RedaksiJurnal IMAJI (ISSN 2089-3892) :Jurusan Arsitektur FT. UNDIPJl. Prof. Soedarto, SH Kampus Tembalang SemarangTelp. (024) 7470690, Fax. (024) 7470690e-mail : imaji@arsitektur.undip.ac.id