BibTex Citation Data :
@article{IMAJI11549, author = {Ayudia Lestari and Budi Sudarwanto and Erni Setyowati}, title = {SOLO CONVENTION HALL}, journal = {IMAJI}, volume = {1}, number = {2}, year = {2012}, keywords = {Gedung Konvensi, Solo, Convention Hall, Neo-Vernakular}, abstract = { Jawa Tengah memiliki daya tarik tersendiri yang dapat dijadikan tujuan dari agenda MICE (meeting, incentive, convention, exhibition) tetapi hal tersebut tidak didukung dengan fasilitas konvensi yang berkapasitas ribuan orang. Kota Solo berpotensi dalam sektor bisnis, perdagangan, dan potensi seni budaya lokal. Hal ini dapat mendukung potensi Kota Solo sebagai kota tujuan MICE. Akhir-akhir ini juga bisnis perhotelan di Kota Solo mengalami penurunan, karena sedikitnya pertemuan-pertemuan akbar yang digelar di Kota Solo. Hal ini yerjadi karena di Kota Solo belum terdapat fasilitas gedung konvensi yang berkapasitas ribuan orang, sehingga saat pemilihan tuang rumah kegiatan konvensi, Kota Solo pasti dikesampingkan. Sekarang sedang dilakukan pengembangan potensi Kota Solo, saat ini merupakan saat yang tepat untuk merealisasikan dibangunnya sebuah bangunan konvensi yang berstandar internasional di Kota Solo. Kajian diawali dengan mempelajari pengertiandan hal-hal mendasar tentang gedung konvensi, standar-standar mengenai tata ruang di dalam gedung konensi, studi banding beberapa gedung konvensi di Indonesia. Dilakukan juga tinjauan mengenai lokasi gedung Solo Convention Hall dan pembahasan konsep perancangan dengan penekanan desain Arsitektur Neo-Vernakular. Selain itu juga dibahas mengenai tata ruang bangunan, penampilan bangunan, struktur, serta utilitas yang dipakai dalam perancangan “Solo Convention Hall”. Konsep perancangan ditekankan Arsitektur Neo-Vernakular, yaitu konsep transformasi identitas Kota Surakarta ke dalam konsep modern, karena bangunan konvensi merupakan bangunan umum yang digunakan oleh berbagai kalangan dan unutk aktivitas modern. Konsep ini sesuai dengan spirit Kota Surakarta “Solo’s Past as Solo’s Future”, yaitu spirit pembangunan Kota Surakarta yang tidak meninggalkan identitas masa lampau dan menjadikan karakter budaya lokal sebagai dasar pengembangan modernitas Kota Surakarta. Pada bangunan ini mengambil konsep dari pendapa yang fungsinya juga sebagai tempat pertemuan bagi orang Jawa. Pendapa yang berbentuk joglo merupakan bangunan dengan dominasi atap, hal tersebut menyiratkan bahwa orang Jawa mementingkan bagian kepala yaitu akal dan pikiran. Karena dengan akal dan pikiran, manusia dapat mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum bertemu Tuhan (mati). }, issn = {2089-3892}, pages = {273--284} url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/imaji/article/view/11549} }
Refworks Citation Data :
Jawa Tengah memiliki daya tarik tersendiri yang dapat dijadikan tujuan dari agenda MICE (meeting,incentive, convention, exhibition) tetapi hal tersebut tidak didukung dengan fasilitas konvensi yangberkapasitas ribuan orang. Kota Solo berpotensi dalam sektor bisnis, perdagangan, dan potensi seni budayalokal. Hal ini dapat mendukung potensi Kota Solo sebagai kota tujuan MICE. Akhir-akhir ini juga bisnisperhotelan di Kota Solo mengalami penurunan, karena sedikitnya pertemuan-pertemuan akbar yang digelar diKota Solo. Hal ini yerjadi karena di Kota Solo belum terdapat fasilitas gedung konvensi yang berkapasitasribuan orang, sehingga saat pemilihan tuang rumah kegiatan konvensi, Kota Solo pasti dikesampingkan.Sekarang sedang dilakukan pengembangan potensi Kota Solo, saat ini merupakan saat yang tepat untukmerealisasikan dibangunnya sebuah bangunan konvensi yang berstandar internasional di Kota Solo. Kajian diawali dengan mempelajari pengertiandan hal-hal mendasar tentang gedung konvensi,standar-standar mengenai tata ruang di dalam gedung konensi, studi banding beberapa gedung konvensi diIndonesia. Dilakukan juga tinjauan mengenai lokasi gedung Solo Convention Hall dan pembahasan konsepperancangan dengan penekanan desain Arsitektur Neo-Vernakular. Selain itu juga dibahas mengenai tataruang bangunan, penampilan bangunan, struktur, serta utilitas yang dipakai dalam perancangan “SoloConvention Hall”. Konsep perancangan ditekankan Arsitektur Neo-Vernakular, yaitu konsep transformasi identitas KotaSurakarta ke dalam konsep modern, karena bangunan konvensi merupakan bangunan umum yang digunakanoleh berbagai kalangan dan unutk aktivitas modern. Konsep ini sesuai dengan spirit Kota Surakarta “Solo’s Pastas Solo’s Future”, yaitu spirit pembangunan Kota Surakarta yang tidak meninggalkan identitas masa lampaudan menjadikan karakter budaya lokal sebagai dasar pengembangan modernitas Kota Surakarta. Padabangunan ini mengambil konsep dari pendapa yang fungsinya juga sebagai tempat pertemuan bagi orangJawa. Pendapa yang berbentuk joglo merupakan bangunan dengan dominasi atap, hal tersebut menyiratkanbahwa orang Jawa mementingkan bagian kepala yaitu akal dan pikiran. Karena dengan akal dan pikiran,manusia dapat mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum bertemu Tuhan (mati).
Last update:
Alamat RedaksiJurnal IMAJI (ISSN 2089-3892) :Jurusan Arsitektur FT. UNDIPJl. Prof. Soedarto, SH Kampus Tembalang SemarangTelp. (024) 7470690, Fax. (024) 7470690e-mail : imaji@arsitektur.undip.ac.id