skip to main content

Pemetaan Rantai Pasok Batik Melalui Pemilihan Supplier dengan Metode Fuzzy Analyctical Hierarcy Process (F-AHP) (Studi Kasus : Sentra Batik Cap Kauman, Wijirejo, dan Laweyan)

*Ganung Sugi Priambada  -  Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Indonesia
Aries Susanty  -  Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Indonesia
Wiwik Budiawan  -  Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Indonesia

Citation Format:
Abstract

Industri batik merupakan salah satu industri yang cukup memberikan kontribusi dalam menunjang perekonomian negara. Namun peningkatan permintaan batik tidak didukung dengan kesiapan supplier dalam menyediakan bahan baku, sehingga bahan baku sulit didapat atau terjadi peningkatan harga. Hal ini disebabkan kurangya koordinasi dan komunikasi antara pengrajin batik dengan para supplier. Dengan kata lain belum adanya rantai pasok yang dapat menggambarkan kebutuhan bahan baku IKM batik. Dengan adanya masalah tersebut maka dibutuhkan peta rantai pasok yang kompetitif yang dapat mengambarkan kebutuhan bahan baku batik, mengidentifikasi kriteria pemilihan supplier serta memberikan rekomendasi supplier.

Pada penelitian ini dilakukan peramalan untuk mengetahui kebutuhan bahan baku kain, malam dan pewarna pada IKM batik cap di kota Pekalongan, Yogyakarta dan Solo dengan menggunakan metode Forecasting. Selain peramalan juga dilakukan identifikasi kriteria pemilihan supplier serta memberikan rekomendasi supplier dengan menggunakan metode Fuzzy Analytical Hierarcy Process. Berdasarkan hasil penelitian ini diperkirakan kebutuhan kain tahun 2014 untuk Kota Pekalongan sebesar 227.900 meter, Kota Yogyakarta sebesar 49.990 meter dan Kota Solo sebesar 32.433 meter. Sedangkan kriteria terpenting yang digunakan untuk memilih supplier adalah kriteria harga yang ditawarkan supplier dan kriteria presentase produk cacat.

 

Abstract

Batik industry is one of the industry that contributes to support the Indonesia’s economy. However in recent day the increased demand of batik is not supported with the readiness of the supplier in providing raw materials, so the raw materials are hard to come by or with the increase price. This is due to the lack of coordination and communication between the suppliers batik artisans. In other words supply chain that can describe the raw material needs of the IKM batik has not been proprerly estabilished yet. Due to the existence of this problem then a map of competitive supply chain that can describe the raw material needs of batik, identifying selection criteria and providing a recomended supplier, is required.

This research was conducted to forecast the needs of fabric raw materials, colorings and wax IKM in Pekalongan, Yogyakarta and Solo by using methods of Forecasting. In addition to forecasting the identification of supplier selection criteria as well as providing recommendations of suppliers by using Fuzzy Analytical Hierarcy Process method are also carried out. Results of the research is estimated that the requirements of fabric in 2014 for Pekalongan need 227.900 meters, Yogyakarta need 49.990 meters, and Solo need 32.433 meters. While the most important criteria for selecting suppliers are  price offered by supplier and percentage of defective product criteria.

Fulltext
Keywords: Rantai Pasok; Pemilihan Supplier; Fuzzy Analytical Hierarcy Process; Forecasting

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.