skip to main content

PENENTUAN METODE PENJADWALAN BAHAN BAKU UNTUK MENCAPAI KAPASITAS MAKSIMUM PABRIK NPK DAN COST ANALYSIS PENAMBAHAN KAPASITAS GUDANG

*Annisa Amalia Utami  -  Departemen Teknik Industri, Indonesia
Haryo Santoso  -  Departemen Teknik Industri, Indonesia

Citation Format:
Abstract

Penjadwalan pengadaan bahan baku memiliki peran vital dalam sistem produksi. Tidak cukupnya persediaan bahan baku di gudang akan berakibat pada terhambatnya proses produksi. Sebaliknya, persediaan bahan baku yang terlalu banyak akan menimbulkan adanya biaya khusus untuk melakukan pemeliharaan bahan baku. Dalam memproduksi pupuk NPK, PT Pusri memiliki permasalahan dalam pengadaan karena 2 dari 4 bahan baku tidak dapat dibuat sendiri dan harus diimpor, sehingga sangat memakan waktu dan beresiko tinggi mengalami keterlambatan. Tidak hanya itu, gudang penyimpanan bahan baku yang memiliki kapasitas sangat terbatas membuat PT Pusri tidak dapat menyimpan banyak stok untuk cadangan apabila bahan baku belum tiba di gudang. Tidak tersedianya bahan baku membuat produksi dari plant NPK harus dihentikan dan mengakibatkan PT Pusri tidak dapat mencapai kapasitas maksimal produksi. Padahal, PT Pusri merupakan salah satu produsen yang bertanggung jawab atas  pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi untuk 6 lini. Dengan metode MRP, dilakukan penjadwalan pengadaan bahan baku dan perhitungan biaya pengadaan menggunakan 5 metode lotting dan dengan skenario PT Pusri memiliki satu dan dua gudang. Hasil perhitungan menunjukkan biaya pengadaan terendah dicapai dengan metode LFL dan penambahan gudang akan menghemat biaya pengadaan.

 

Abstract

 

Procurement scheduling for raw material plays a key role in production system. The insufficient stock of material in warehouse will delay the production process. Contrariwise, the excessive stock in warehouse will cause extra cost for the inventory management. In producing NPK fertilizer, PT Pusri has a problem of procurement as 2 out of 4 materials are not self-produced and should be imported, thus requiring longer time with the high risk of delays. Not to mention, the warehouse for raw material-storage has limited capacity, making PT Pusri unable to store more stocks as a backup if the material has not arrived yet. The unavailability of material will shut down the plant and cause PT Pusri cannot achieve the maximum production capacity, whereas PT Pusri is actually responsible for the production and distribution of subsidized fertilizer to 6 lines. With the method of MRP, a procurement scheduling for raw material and cost analysis is arranged using five methods of lotting and two scenarios which are if PT Pusri has one and two warehouses. The results shows that the least procurement cost is achieved by using LFL lotting method and expanding the capacity of warehouse will save the procurement cost.

Fulltext View|Download
Keywords: lotting; MRP; penjadwalan

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.