BibTex Citation Data :
@article{IEOJ23746, author = {Keke Dewantoro and Heru Prastawa}, title = {Perancangan Alat Bantu WC Duduk Untuk Aktifitas Buang Air Besar Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD)}, journal = {Industrial Engineering Online Journal}, volume = {8}, number = {2}, year = {2019}, keywords = {Respon Teknis; Perancangan Desain; QFD}, abstract = { Pentingnya buang air besar menggunakan toilet jongkok dari segi kesehatan terbukti dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Digestive Diseases and Sciences , Dov Sikirov menilai bahwa berjongkok atau duduk saat di toilet bisa memengaruhi kelancaran saat buang air besar (BAB). K etika menggunakan toilet duduk, otot yang tidak berkontraksi (tidak menekan) hanya sebagian tetapi pada saat jongkok, seluruh otot puborectalis tidak bekerja, sehingga memudahkan proses pembuangan. Berdasarkan kuesioner yang di sebar ke 30 responden dengan kategori umur di atas 20 tahun, hasil kuesioner pendahuluan menunjukkan bahwa 84% masyarakat menggunakan toilet umum untuk aktifitas BAB. Hanya 16% masyarakat yang tidak pernah buang air besar di fasilitas umum. Dari hasil penelitian sebagian besar masyarakat 64% memilih untuk menggunakan WC Jongkok dibanding dengan WC Duduk yang hanya mendapat suara 36% dari masyarakat dan masih ada beberapa masyarakat sebesar 64% yang telah menggunakan WC duduk dalam posisi jongkok. Adanya faktor seperti kotor, kebiasaan, dan feses tidak keluar yang menyebabkan pengguna WC duduk melakukan dengan gaya jongkok, maka peneliti mengkaji ulang respon teknis sesuai kebutuhan menggunakan QFD dan merancang desain alat bantu WC duduk dengan autocad dan sketch up. Tingginya biaya jika harus merubah total bentuk WC duduk sehingga dibutuhkan alat bantu khusus untuk menambahkan pada bagian sekitar WC. ABSTRACT The importance of defecation using squat toilets in terms of health is evident in research published in the journal Digestive and Gastrointestinal Sciences , Dov Sikirov assesses that squatting or sitting while on the toilet can affect smoothness during bowel movements. When using the toilet seat, the muscles that do not contract (not static) are only partially but when squatting, the entire puborectalis muscle does not work, it is easy to eliminate the process. Based on the questionnaire used for 30 respondents with the age group above 20 years, the results of the questionnaire showed that 84% of the community used public toilets for BAB activities. Only 16% of people who have never defecated in public. Results of the study, most of the 64% chose to use squat toilet with flush toilet which only received 36% of the community and there were still some 64% of the people who had used the toilet to sit in a squat position. The existence of factors such as dirt, habits, and feces that cannot be used by existing people, the researcher reviews the technical response as needed using QFD and designs the flush toilet by autocad and sketch up. The high cost if it changes the total shape of the toilet seat, need special needed tools to help in the area around the toilet. }, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/ieoj/article/view/23746} }
Refworks Citation Data :
Pentingnya buang air besar menggunakan toilet jongkok dari segi kesehatan terbukti dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Digestive Diseases and Sciences, Dov Sikirov menilai bahwa berjongkok atau duduk saat di toilet bisa memengaruhi kelancaran saat buang air besar (BAB). Ketika menggunakan toilet duduk, otot yang tidak berkontraksi (tidak menekan) hanya sebagian tetapi pada saat jongkok, seluruh otot puborectalis tidak bekerja, sehingga memudahkan proses pembuangan. Berdasarkan kuesioner yang di sebar ke 30 responden dengan kategori umur di atas 20 tahun, hasil kuesioner pendahuluan menunjukkan bahwa 84% masyarakat menggunakan toilet umum untuk aktifitas BAB. Hanya 16% masyarakat yang tidak pernah buang air besar di fasilitas umum. Dari hasil penelitian sebagian besar masyarakat 64% memilih untuk menggunakan WC Jongkok dibanding dengan WC Duduk yang hanya mendapat suara 36% dari masyarakat dan masih ada beberapa masyarakat sebesar 64% yang telah menggunakan WC duduk dalam posisi jongkok. Adanya faktor seperti kotor, kebiasaan, dan feses tidak keluar yang menyebabkan pengguna WC duduk melakukan dengan gaya jongkok, maka peneliti mengkaji ulang respon teknis sesuai kebutuhan menggunakan QFD dan merancang desain alat bantu WC duduk dengan autocad dan sketch up. Tingginya biaya jika harus merubah total bentuk WC duduk sehingga dibutuhkan alat bantu khusus untuk menambahkan pada bagian sekitar WC.
ABSTRACT
The importance of defecation using squat toilets in terms of health is evident in research published in the journal Digestive and Gastrointestinal Sciences, Dov Sikirov assesses that squatting or sitting while on the toilet can affect smoothness during bowel movements. When using the toilet seat, the muscles that do not contract (not static) are only partially but when squatting, the entire puborectalis muscle does not work, it is easy to eliminate the process. Based on the questionnaire used for 30 respondents with the age group above 20 years, the results of the questionnaire showed that 84% of the community used public toilets for BAB activities. Only 16% of people who have never defecated in public. Results of the study, most of the 64% chose to use squat toilet with flush toilet which only received 36% of the community and there were still some 64% of the people who had used the toilet to sit in a squat position. The existence of factors such as dirt, habits, and feces that cannot be used by existing people, the researcher reviews the technical response as needed using QFD and designs the flush toilet by autocad and sketch up. The high cost if it changes the total shape of the toilet seat, need special needed tools to help in the area around the toilet.
Last update:
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik - Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH Tembalang Semarang 50239
Telp / Fax : (024) 7460052
Email : i_engineering@ymail.com