skip to main content

Nasionalisme dalam Surat Kabar di Pulau Jawa pada Masa Pendudukan Jepang

*Roby Pratama  -  Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Indonesia
Indriyanto Indriyanto  -  Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Indonesia

Citation Format:
Abstract

Artikel ini membahas tentang surat kabar di Jawa pada masa pendudukan Jepang, terutama konten-konten bermuatan nasionalime di tengah kebijakan propaganda yang diterapkan oleh Pemerintah Pendudukan Jepang. Dengan menggunakan metode sejarah, artikel ini menganalisis konten-konten yang dimuat dalam surat kabar terutama yang diterbitkan di Jawa. Di tengah kebijakan pemerintahan fasis Jepang yang memiliki agenda propaganda, para wartawan Indonesia ternyata tetap berusaha untuk menyebarkan kesadaran nasionalisme kepada rakyat Indonesia. Sumber primer yang digunakan dalam artikel didominasi oleh artikel-artikel yang pernah terbit sebelumnya di berbagai surat kabarin di Pulau Jawa, seperti surat kabar Asia Raja, Tjahaja, Sinar Baroe, Soeara Asia, dan Sinar Matahari. Pada masa pendudukan Jepang, surat kabar-surat kabar di Jawa sangat diawasi bahkan disensor terlebih dahulu sebelum beredar kepada masyakat. Namun, hal itu ternyata tidak menyurutkan para tokoh pergerakan nasional untuk terus menggelorakan semangat nasionalisme. Artikel ini berfokus pada upaya yang dilakukan baik oleh cendekiawan, wartawan, maupun tokoh-tokoh pergerakan dalam memperkuat nasionalisme Indonesia di tengah pengekangan pers oleh Pemerintah Pendudukan Jepang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konten-konten bermuatan nasionalisme ternyata masih banyak ditemukan dalam surat kabar-surat kabar di Jawa pada masa Pendudukan Jepang dengan gaya tulisan yang halus dan khas. Sebagai contoh tersirat dalam artikel berjudul “Gotong Rojong” yang diterbitkan oleh Soeara Asia.

Kata kunci: Surat Kabar; Pendudukan Jepang; Propaganda; dan Nasionalisme.

Fulltext View|Download
  1. Andri, A. (2017). Kemerdekaan dan kedaulatan rakyat dalam perspektif Mohammad Hatta dan islam. Manthiq, 2(2), 133-148. https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/manthiq/article/view/668/590
  2. Gotong rojong. (23 April 1943). Soeara Asia
  3. Gotong rojong. 23 April 1943. Soeara Asia
  4. Gottschalk, L. (1983). Mengerti sejarah (terjemahan N. Notosusanto). Jakarta: Universitas Indonesia Press
  5. Khamdan, M. (2017). Pengembangan nasionalisme keagamaan sebagai strategi penanganan potensi radikalisme islam transnasional. Addin, 10(1), 207-232. https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Addin/article/view/1135/1064
  6. Kita hidoep-semati dengan Dai Nippon pidato-Radio Ir. Soekarno pada tg. 4-10-2603. (8 Oktober 1943). Sinar Baroe
  7. Kurasawa, A. (2015). Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan sosial di Pedesaan 1942-1945. Depok: Komunitas Bambu
  8. Melatih diri: Pidato Ir. Soekarno. (22 April 1944). Asia Raja
  9. Mendjelang tahoen 2603. (7 Januari 1943). Sinar Matahari
  10. Menjamboet tentara embela tanah air. (15 Oktober 1943). Sinar Baroe
  11. Menjehatkan bangsa. 8 Oktober 1943. Asia Raja
  12. Menjehatkan rakjat. 24 November 1943. Sinar Baroe
  13. Mentjari arah pendidikan bangsa. 7 April 1945. Tjahaja
  14. Nasi rames. (19 Januari 1942). Tjahaja
  15. Nasionalisme. (5 September 1945). Sinar Baroe
  16. Negara pentoeng. (6 November 1944). Sinar Matahari
  17. Permadi, G. (2015). Politik Bahasa pada Masa Pendudukan Jepang. Avatara: e-Jurnal Pendidikan Sejarah 3(3)
  18. Persatoean. (19 November 1942). Sinar Matahari
  19. Poesponegoro, M. D. & N. Notosusanto. (2010). Sejarah Nasional Indonesia VI zaman Jepang dan zaman Republik. Jakarta: Balai Pustaka
  20. Sikap pemoeda kepada pembelaan tanah air pedato pemoeda Djoko, moerid sek. Goeroe Blitar oemoer 22 tahoen. (9 Desember 1943). Soeara Asia
  21. Soebagijo I. N. (1987). Adinegoro pelopor jurnalistik Indonesia. Jakarta: CV Haji Masagung
  22. Soedirdjo (14 Desember 1943). Tjinta tanah air. Tjahaja
  23. Soepaja ingat!. (4 Juni 1942). Asia Raja
  24. Soepangat I. (5 Juni 1942). Kedoedoekan Bahasa Indonesia. Soeara Asia
  25. Soeparman (4 Desember 1943). “Lahir, hidoep, dikubur ditanah Indonesia. Tjahaja
  26. Solihah, B. (2015). Konsep cinta tanah air perspektif Ath-Thahthawi dan relevansinya dengan pendidikan di Indonesia. Jakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
  27. Subagyo (2012). Pengembangan nilai dan tradisi gotong royong dalam bingkai konservasi budaya. Indonesian Joernal of Conservation 1(1)
  28. Tjinta ke bangsa. (6 Oktober 1942). Asia Raja
  29. Varadyna, Y. & I. Rosyid. (2104). Karya sastra: Antara propaganda Pemerintah dan Media Kritik Sastrawan Masa Pendudukan Jepang 1942-1945. Jurnal Seuneubook Lada 1(1)
  30. Wadjib menjadi Tjontoh. 18 Mei 1943. Sinar Matahari

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.