skip to main content

PENENTUAN TINGKAT KEMISKINAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus: Kecamatan Tugu, Tembalang dan Banyumanik)

Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Indonesia

Published: 7 May 2015.

Citation Format:
Abstract

Abstrak

 

Kemiskinan merupakan masalah yang sering kali dihadapi oleh suatu negara, bahkan oleh negara maju sekalipun. Peningkatan angka kemiskinan dari tahun ke tahun merupakan masalah yang harus dihadapi oleh masyarakat dan pemerintah. Keadaan perekonomian negara yang tidak kunjung membaik dalam beberapa tahun terakhir menyebabkan masalah kemiskinan menjadi semakin serius. Pada aspek inilah Sistem Informasi Geografis (SIG) mempunyai peranan yang cukup strategis, karena SIG mampu menyajikan aspek spasial (keruangan) yang dapat dikaji sebagai untuk menganalisa keadaan penduduk suatu daerah yang berguna bagi kesejahteraan masyarakat yang akan datang. Penelitian ini memepertimbangkan 3 parameter yaitu kepadatan penduduk, jumlah penduduk bependidikan rendah dan jumlah penduduk berpenghasilan rendah. Dari hasil analisis dan perhitungan bobot dengan metode AHP (Analytic Hierarchy Process) diperoleh besar pengaruh untuk setiap parameter sebesar 62,065% untuk parameter jumlah penduduk berpenghasilan rendah, 26,630% untuk  parameter jumlah penduduk berpendidikan rendah dan 11,305% untuk parameter kepadatan penduduk. Untuk kecamatan yang memiliki tingkat kemiskinan paling tinggi di Kecamatan Tugu, Tembalang dan Banyumanik dan sesuai dengan data dari BAPPEDA adalah Mangkang Wetan Kecamatan Tugu sedangkan kelurahan dengan tingkat kemiskinan paling rendah adalah Kelurahan Tembalang Kecamatan Tembalang.

 

Kata Kunci :Kemiskinan, SIG, AHP

 

Abstract

 

Poverty is a problem which occurs across the world, even developed countries. From year to year, increase number of poverty is a problem that must be faced by the citizen and the government. Nowadays poverty problem become increasing seriously because of state economy condition that not improved in recent years. Based on this phenomenon, Geographic Information Systems (GIS) have a strategic role. This is due to GIS ability to present the spatial aspects both to assess and analyze population condition that would be useful for civil welfare in the future. This study focuses on three parameters, there are population density, number of low-educated population and number of low-income population. From the analysis and weighting calculation with AHP (Analytic Hierarchy Process) obtained great influence for each parameter. The percentage are 62.065% for the low-income population, 26.630% for low-educated population and 11.305% for population density parameter. The study result showed poverty level in this study scope (Tugu, Tembalang and Banyumanik Sub-district) well-suited with data from BAPPEDA. From this study also known the highest level of poverty is Mangkang Wetan in Tugu Sub-district while the the lowest level of poverty is Tembalang Village in Tembalang Sub-district.

 

Keyword: Poverty, GIS, AHP
Fulltext View|Download

Article Metrics:

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.