Departemen Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JGUndip26032, author = {An Nisa Rahmawati and Yudo Prasetyo and Bandi Sasmito}, title = {STUDI PENURUNAN MUKA TANAH DENGAN METODE SMALL BASELINE AREA SUBSET (SBAS) MENGGUNAKAN CITRA SENTINEL-1A (STUDI KASUS: KOTA SEMARANG)}, journal = {Jurnal Geodesi Undip}, volume = {9}, number = {1}, year = {2019}, keywords = {GMTSAR, Land Subsidence, SBAS, Sentinel-1A}, abstract = { ABSTRAK Kota Semarang merupakan kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia dan salah satu kota paling berkembang di Jawa Tengah. Pesatnya perkembangan yang dialami Kota Semarang tidaklah luput dari adanya bencana yang harus dihadapi. Bencana terbesar bagi Kota Semarang adalah penurunan muka tanah. Oleh sebab itu, penelitian ini mengkaji terkait penurunan muka tanah di Kota Semarang. Pengamatan penurunan muka tanah pada penelitian ini diamati dengan menggunakan teknik Small Baseline Area Subset (SBAS). Teknik SBAS merupakan teknik yang biasa digunakan untuk mengamati deformasi secara time series untuk mengamati daerah perkotaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 13 citra Sentinel-1A SLC tahun 2015-2018. Pengolahan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak GMTSAR untuk mendapatkan nilai laju penurunan muka tanah. Hasil pengolahan SBAS mendapatkan nilai laju penurunan muka tanah di Kota Semarang dengan rentang 0 ± 1,3 hingga 9,4 ± 1,3 cm/tahun yang terjadi pada 128,65 km 2 (32,92%) dari luas wilayah Kota Semarang. Laju penurunan muka tanah rata-rata di Kota Semarang adalah 0,4 ± 1,3 cm/tahun. Kecamatan Genuk merupakan kecamatan yang memiliki nilai rata-rata laju penurunan muka tanah tertinggi, yaitu sebesar 5,8 ± 1,3 cm/tahun yang terjadi pada seluruh wilayah Genuk. Sementara itu, kecamatan yang memiliki nilai rata-rata laju penurunan muka tanah terendah adalah Kecamatan Candisari dengan laju 0,1 ± 1,3 cm/tahun yang terjadi pada 0,01 km 2 (0,22%) dari total luas wilayah Kecamatan Gunungpati. Kata Kunci : GMTSAR, Penurunan Muka Tanah, SBAS, Sentinel-1A ABSTRACT Semarang City is Indonesia’s fifth-largest metropolis and one of the most thriving cities in Central Java. The rapid development of the Semarang City has not escaped the disaster it has to deal with which leads to land subsidence that occurs to be the most problematic disaster in Semarang City. Therefore, this study examines the land subsidence of Semarang City. The land subsidence observation in this study is observed using Small Baseline Area Subset (SBAS) technique. SBAS technique that is commonly used to observe time series deformation in urban areas. The data used in this study is a stack of Sentintel- 1A SLC imagery data consisted of 13 images from 2015-2018. The process is done by using GMTSAR software to get the land subsidence rate. The result of SBAS technique is the land subsidence rate in Semarang with range 0 ± 1. 3 through 9.4 ± 1. 3 per year that happens in 128.65 km 2 or 32.92% of Semarang City area. The land subsidence rate for Semarang city is 0.4 ± 1,3 per year. Genuk district has the highest land subsidence rate, that is 5. 8 ± 1. 3 cm per year happens in all of Genuk district area . Meanwhile, district which has the lowest land subsidence rate is Camdisari district with 0.1 ± 1. 3 cm per year rate happens in 0.01 km 2 or 0.22% of Gunungpati district area . }, issn = {2809-9672}, pages = {29--37} doi = {10.14710/jgundip.2020.26032}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/26032} }
Refworks Citation Data :
ABSTRAK
Kota Semarang merupakan kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia dan salah satu kota paling berkembang di Jawa Tengah. Pesatnya perkembangan yang dialami Kota Semarang tidaklah luput dari adanya bencana yang harus dihadapi. Bencana terbesar bagi Kota Semarang adalah penurunan muka tanah. Oleh sebab itu, penelitian ini mengkaji terkait penurunan muka tanah di Kota Semarang. Pengamatan penurunan muka tanah pada penelitian ini diamati dengan menggunakan teknik Small Baseline Area Subset (SBAS). Teknik SBAS merupakan teknik yang biasa digunakan untuk mengamati deformasi secara time series untuk mengamati daerah perkotaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 13 citra Sentinel-1A SLC tahun 2015-2018. Pengolahan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak GMTSAR untuk mendapatkan nilai laju penurunan muka tanah. Hasil pengolahan SBAS mendapatkan nilai laju penurunan muka tanah di Kota Semarang dengan rentang 0 ± 1,3 hingga 9,4 ± 1,3 cm/tahun yang terjadi pada 128,65 km2 (32,92%) dari luas wilayah Kota Semarang. Laju penurunan muka tanah rata-rata di Kota Semarang adalah 0,4 ± 1,3 cm/tahun. Kecamatan Genuk merupakan kecamatan yang memiliki nilai rata-rata laju penurunan muka tanah tertinggi, yaitu sebesar 5,8 ± 1,3 cm/tahun yang terjadi pada seluruh wilayah Genuk. Sementara itu, kecamatan yang memiliki nilai rata-rata laju penurunan muka tanah terendah adalah Kecamatan Candisari dengan laju 0,1 ± 1,3 cm/tahun yang terjadi pada 0,01 km2 (0,22%) dari total luas wilayah Kecamatan Gunungpati.
Kata Kunci : GMTSAR, Penurunan Muka Tanah, SBAS, Sentinel-1A
ABSTRACT
Semarang City is Indonesia’s fifth-largest metropolis and one of the most thriving cities in Central Java. The rapid development of the Semarang City has not escaped the disaster it has to deal with which leads to land subsidence that occurs to be the most problematic disaster in Semarang City. Therefore, this study examines the land subsidence of Semarang City. The land subsidence observation in this study is observed using Small Baseline Area Subset (SBAS) technique. SBAS technique that is commonly used to observe time series deformation in urban areas. The data used in this study is a stack of Sentintel-1A SLC imagery data consisted of 13 images from 2015-2018. The process is done by using GMTSAR software to get the land subsidence rate. The result of SBAS technique is the land subsidence rate in Semarang with range 0 ± 1.3 through 9.4 ± 1.3 per year that happens in 128.65 km2 or 32.92% of Semarang City area. The land subsidence rate for Semarang city is 0.4 ± 1,3 per year. Genuk district has the highest land subsidence rate, that is 5.8 ± 1.3 cm per year happens in all of Genuk district area. Meanwhile, district which has the lowest land subsidence rate is Camdisari district with 0.1 ± 1.3 cm per year rate happens in 0.01 km2 or 0.22% of Gunungpati district area.
Article Metrics:
Last update:
View My Stats
Jurnal Geodesi Undip
Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro