Teknik Geodesi Universitas Diponegoro, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JGUndip22441, author = {Indira Kurniawan and Bambang Yuwono and L Sabri}, title = {ANALISIS PENGARUH MULTIPATH DARI TOPOGRAFI TERHADAP PRESISI PENGUKURAN GNSS DENGAN METODE STATIK}, journal = {Jurnal Geodesi Undip}, volume = {8}, number = {1}, year = {2019}, keywords = {Metode Statik, Multipath dan Topografi}, abstract = { Topografi dengan kondisi curam pasti memiliki tebing di sekitar daerah tersebut. Faktor topografi yang memiliki karakter daerah bertebing memungkinkan akan muncul adanya gangguan multipath yang akan mempengaruhi kualitas dan ketelitian data hasil pengukuran topografi menggunakan GNSS. Pengukuran GNSS pada sekitar daerah bertebing rentan dengan adanya efek multipath yang ada dalam data hasil pengukuran. Multipath sendiri merupakan fenomena dimana sinyal dari satelit tiba di antena GNSS melalui dua atau lebih lintasan yang berbeda, tentunya faktor ini akan mengurangi keakuratan dari hasil pengukuran. Teknologi receiver GNSS milik Topcon memiliki pengaturan alat anti multipath dan mengasumsikan dapat mengurangi efek multipath yang ada. Penelitian ini melakukan analisis pengaruh multipath dari topografi terhadap presisi pengukuran GNSS sesi 1 menggunakan pengaturan alat menyalakan anti multipath serta pengukuran GNSS sesi 2 mematikan anti multipath metode statik dengan base station CORS UDIP. Tingkat presisi posisi horizontal (X,Y) dari pengukuran topografi dengan survei GNSS metode statik pada daerah sekitarnya bertebing yang diikatkan pada stasiun CORS UDIP pada titik observasi dan titik simulasi pengukuran sesi 1 dan pengukuran sesi 2 dengan pengamatan 1 jam. Presisi horizontal pada pengukuran sesi 1 pengamatan 1 jam diperoleh nilai rata-rata 0,00146 m sedangkan presisi horizontal pada pengukuran sesi 2 pengamatan 1 jam diperoleh nilai rata-rata 0,00172 m. Presisi horizontal pada pengukuran sesi 1 pengamatan 1 jam titik simulasi diperoleh nilai rata-rata 0,00357 m sedangkan presisi horizontal pada pengukuran sesi 2 pengamatan 1 jam titik simulasi diperoleh nilai rata-rata 0,00444 m. Data diatas dilakukan pengujian statistik data dengan uji Fisher untuk mengetahui tingkat presisi diantara pengukuran sesi 1 dan sesi 2, karena uji Fisher diterima maka dapat disimpulkan tidak dapat perbedaan presisi horizontal yang signifikan antara pengukuran sesi 1 dan pengukuran sesi 2 baik titik observasi ataupun titik simulasi. }, issn = {2809-9672}, pages = {10--18} doi = {10.14710/jgundip.2019.22441}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/22441} }
Refworks Citation Data :
Topografi dengan kondisi curam pasti memiliki tebing di sekitar daerah tersebut. Faktor topografi yang memiliki karakter daerah bertebing memungkinkan akan muncul adanya gangguan multipath yang akan mempengaruhi kualitas dan ketelitian data hasil pengukuran topografi menggunakan GNSS. Pengukuran GNSS pada sekitar daerah bertebing rentan dengan adanya efek multipath yang ada dalam data hasil pengukuran. Multipath sendiri merupakan fenomena dimana sinyal dari satelit tiba di antena GNSS melalui dua atau lebih lintasan yang berbeda, tentunya faktor ini akan mengurangi keakuratan dari hasil pengukuran. Teknologi receiver GNSS milik Topcon memiliki pengaturan alat anti multipath dan mengasumsikan dapat mengurangi efek multipath yang ada. Penelitian ini melakukan analisis pengaruh multipath dari topografi terhadap presisi pengukuran GNSS sesi 1 menggunakan pengaturan alat menyalakan anti multipath serta pengukuran GNSS sesi 2 mematikan anti multipath metode statik dengan base station CORS UDIP. Tingkat presisi posisi horizontal (X,Y) dari pengukuran topografi dengan survei GNSS metode statik pada daerah sekitarnya bertebing yang diikatkan pada stasiun CORS UDIP pada titik observasi dan titik simulasi pengukuran sesi 1 dan pengukuran sesi 2 dengan pengamatan 1 jam. Presisi horizontal pada pengukuran sesi 1 pengamatan 1 jam diperoleh nilai rata-rata 0,00146 m sedangkan presisi horizontal pada pengukuran sesi 2 pengamatan 1 jam diperoleh nilai rata-rata 0,00172 m. Presisi horizontal pada pengukuran sesi 1 pengamatan 1 jam titik simulasi diperoleh nilai rata-rata 0,00357 m sedangkan presisi horizontal pada pengukuran sesi 2 pengamatan 1 jam titik simulasi diperoleh nilai rata-rata 0,00444 m. Data diatas dilakukan pengujian statistik data dengan uji Fisher untuk mengetahui tingkat presisi diantara pengukuran sesi 1 dan sesi 2, karena uji Fisher diterima maka dapat disimpulkan tidak dapat perbedaan presisi horizontal yang signifikan antara pengukuran sesi 1 dan pengukuran sesi 2 baik titik observasi ataupun titik simulasi.
Article Metrics:
Last update:
View My Stats
Jurnal Geodesi Undip
Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro