Teknik Geodesi Universitas Diponegoro, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JGUndip22430, author = {WIWIT PURWANTI and Yudo Prasetyo and Bambang Yuwono}, title = {ANALISIS DAMPAKPERUBAHAN MUKA TANAH AKIBAT BENCANA TANAH LONGSOR TERHADAP KAWASAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA MENGGUNAKAN METODE DInSAR}, journal = {Jurnal Geodesi Undip}, volume = {7}, number = {4}, year = {2018}, keywords = {Banjarnegara, DInSAR, Tanah Longsor, Perubahan Muka Tanah, Permukiman}, abstract = { Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki topografi bervariasi seperti dataran landai, pegunungan dan dataran tinggi. Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang juga memiliki topografi bervariasi. Kondisi tersebut menjadikan Kabupaten Banjarnegara rawan bencana alam seperti tanah longsor. Tanah longsor di Kabupaten Banjarnegara tidak hanya disebabkan oleh relief yang curam tetapi juga curah hujan yang tinggi, tataguna lahan di wilayah pegunungan yang tidak tepat dan jenis tanah di Kabupaten Banjarnegara.Penelitian ini menggunakan metode DInSAR, identifikasi kawasan permukiman dan overlay (tumpang susun). Data yang digunakan yaitu citra Sentinel-1, citra Landsat 8, DEM SRTM, peta rawan bencana longsor, peta RTRW dan batas administrasiKabupaten Banjarnegara.Hasil overlay DInSAR tahun 2016 dan 2017 menunjukkan bahwa di kabupaten Banjarnegara terjadi perubahan muka tanah sebesar -0,35 sampai 0,34 meter/tahun. Hasil overlay DInSAR menunjukkan 1 kecamatan mengalami kenaikan muka tanah yaitu Kecamatan Karangkobar dan 19 kecamatan lainnya mengalami penurunan muka tanah. Hasil NDBI adalah sebesar 1,64% wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah permukiman, sedangkan 98,36% nya berupa non permukiman. Hasil identifikasi permukiman menggunakan algortima NDBI memiliki hasil yang kurang maksimal, sehingga digunakan data sekunder dari peta RTRW untuk identifikasi permukiman. Hasil overlay perubahan muka tanah dengan kawasan rawan bencana menghasilkan 5 kelas yaitu tidak rawan sebesar 7,44%, kurang rawan 29,79%, agak rawan 30,42%, rawan 29,96% dan sangat rawan 2,39%. Hasil overlay perubahan muka tanah pada kawasan rawan longsor dengan kawasan permukiman menghasilkan 3 kelas permukiman yaitu 799,73 ha kelas aman, 1.937, 61 ha kelas sedang dan 305,60 ha kelas bahaya. }, issn = {2809-9672}, pages = {254--263} doi = {10.14710/jgundip.2018.22430}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/22430} }
Refworks Citation Data :
Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki topografi bervariasi seperti dataran landai, pegunungan dan dataran tinggi. Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang juga memiliki topografi bervariasi. Kondisi tersebut menjadikan Kabupaten Banjarnegara rawan bencana alam seperti tanah longsor. Tanah longsor di Kabupaten Banjarnegara tidak hanya disebabkan oleh relief yang curam tetapi juga curah hujan yang tinggi, tataguna lahan di wilayah pegunungan yang tidak tepat dan jenis tanah di Kabupaten Banjarnegara.Penelitian ini menggunakan metode DInSAR, identifikasi kawasan permukiman dan overlay (tumpang susun). Data yang digunakan yaitu citra Sentinel-1, citra Landsat 8, DEM SRTM, peta rawan bencana longsor, peta RTRW dan batas administrasiKabupaten Banjarnegara.Hasil overlay DInSAR tahun 2016 dan 2017 menunjukkan bahwa di kabupaten Banjarnegara terjadi perubahan muka tanah sebesar -0,35 sampai 0,34 meter/tahun. Hasil overlay DInSAR menunjukkan 1 kecamatan mengalami kenaikan muka tanah yaitu Kecamatan Karangkobar dan 19 kecamatan lainnya mengalami penurunan muka tanah. Hasil NDBI adalah sebesar 1,64% wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah permukiman, sedangkan 98,36% nya berupa non permukiman. Hasil identifikasi permukiman menggunakan algortima NDBI memiliki hasil yang kurang maksimal, sehingga digunakan data sekunder dari peta RTRW untuk identifikasi permukiman. Hasil overlay perubahan muka tanah dengan kawasan rawan bencana menghasilkan 5 kelas yaitu tidak rawan sebesar 7,44%, kurang rawan 29,79%, agak rawan 30,42%, rawan 29,96% dan sangat rawan 2,39%. Hasil overlay perubahan muka tanah pada kawasan rawan longsor dengan kawasan permukiman menghasilkan 3 kelas permukiman yaitu 799,73 ha kelas aman, 1.937, 61 ha kelas sedang dan 305,60 ha kelas bahaya.
Article Metrics:
Last update:
View My Stats
Jurnal Geodesi Undip
Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro