Departemen Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JGUndip19316, author = {Anang Ikhwandito and Yudo Prasetyo and Arief Nugraha}, title = {ANALISIS PERBANDINGAN MODEL GENANGAN TSUNAMI MENGGUNAKAN DATA DEM ASTER, SRTM DAN TERRASAR (Studi Kasus: Kabupaten Pangandaran)}, journal = {Jurnal Geodesi Undip}, volume = {7}, number = {1}, year = {2018}, keywords = {DEM, Pangandaran, Tsunami}, abstract = { ABSTRAK Pesisir Kabupaten Pangandaran merupakan wilayah di Indonesia yang pernah mengalami bencana tsunami. Tsunami tersebut terjadi pada tanggal 17 juli 2006 dengan jumlah korban sekitar 700 orang. Secara umum pesisir Kabupaten Pangandaran memiliki karakteristik yang rentan terhadap limpasan gelombang tsunami. Kerentanan yang tinggi tersebut dikarenakan sebagian besar wilayah pesisir Pangandaran merupakan wilayah pariwisata, oleh karena itu diperlukan upaya mitigasi bencana untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan. Salah satu upaya mitigasi bencana tsunami dapat dilakukan dengan pembuatan model genangan tsunami. Pemodelan genangan tsunami menggunakan formulasi yang dikembangkan Berryman (2006) dengan mempertimbangkan tiga parameter utama yaitu topografi, koefisien kekasaran permukaan dan ketinggian tsunami di garis pantai. Parameter topografi menggunakan DEM ASTER 30 meter, SRTM 30 meter dan TerraSAR 9 meter, sedangkan koefisien kekasaran diperoleh dari tutupan lahan yang dihasilkan dengan klasifikasi terbimbing dengan menggunakan Citra Landsat-8 tahun 2016. Penelitian ini menggunakan dua ketinggian tsunami yaitu 8 dan 15 meter sesuai dengan data historis tsunami Kabupaten Pangandaran. Berdasarkan pemodelan yang dibentuk, diperoleh luas terdampak yang dihasilkan model genangan dari DEM ASTER untuk tinggi tsunami 8 dan 15 meter yaitu 1600,98 dan 4279,23 hektar, model genangan dari DEM SRTM untuk tinggi tsunami 8 dan 15 meter yaitu 1703,02 dan 4027,33 hektar dan model genangan dari DEM TerraSAR yaitu 1348,59 dan 2025,35 hektar. Model genangan tsunami terbaik yaitu model yang dihasilkan berdasarkan DEM TerraSAR, dimana model tersebut baik secara visual maupun kemiripan dengan kejadian tsunami di Kabupaten Pangandaran. Tingkat visual pada pemodelan genangan tsunami dipengaruhi oleh resolusi spasial data yang digunakan. Sedangkan pada kemiripan tsunami terdapat pada model genangan tsunami dari DEM TerraSAR dengan tinggi tsunami 15 meter. Model tersebut memiliki selisih kedalaman tsunami terkecil pada titik validasi yakni 0,5 meter. Kata Kunci : DEM, Pangandaran, Tsunami ABSTRACT Coastal Pangandaran Regency is an area in Indonesia that had experienced a tsunami disaster. The tsunami occurred on 17 July 2006 with a casualty of about 700 people. In general, coastal Pangandaran Regency has characteristics that are vulnerable to runoff of tsunami wave. The high vulnerability due to most of the coastal area of Pangandaran is a tourism area, therefore it takes disaster mitigation efforts to reduce the losses incurred. One of the tsunami disaster mitigation efforts can be done by making tsunami inundation model. Tsunami modeling using developed formulation by Berryman (2006) with considering three main parameters: topography, coefficient of surface roughness and tsunami height at coastline. Topographic parameters using ASTER DEM 30 meters, SRTM 30 meters and TerraSAR 9 meters, while coefficient of surface roughness obtained from land cover produced by supervised classification process using Landsat-8 Image 2016. This study used two tsunami heights of 8 and 15 meters according with historical data of tsunami of Pangandaran Regency. Based on the formed model, the result of impacted area produced by the inundation model from DEM ASTER for tsunami height 8 and 15 meter is 1600,98 and 4279,23 hectare, the inundation model from DEM SRTM for tsunami height 8 and 15 meter is 1703.02 and 4027.33 hectares and the inundation models of DEM TerraSAR are 1348.59 and 2025.35 hectares. The best tsunami inundation model is a model based on TerraSAR DEM, in which the model is both visually and resemblance to the tsunami event in Pangandaran Regency . The visual level on tsunami inundation modeling is influenced by the spatial resolution of the data used. Meanwhile, the tsunami similarity is in the tsunami inundation model from DEM TerraSAR with a tsunami height of 15 meters. Where the model has the smallest tsunami depth difference at the validation point of 0.5 meters. Keywords : DEM, Pangandaran, Tsunami }, issn = {2809-9672}, pages = {131--141} doi = {10.14710/jgundip.2017.19316}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/19316} }
Refworks Citation Data :
ABSTRAK
Pesisir Kabupaten Pangandaran merupakan wilayah di Indonesia yang pernah mengalami bencana tsunami. Tsunami tersebut terjadi pada tanggal 17 juli 2006 dengan jumlah korban sekitar 700 orang. Secara umum pesisir Kabupaten Pangandaran memiliki karakteristik yang rentan terhadap limpasan gelombang tsunami. Kerentanan yang tinggi tersebut dikarenakan sebagian besar wilayah pesisir Pangandaran merupakan wilayah pariwisata, oleh karena itu diperlukan upaya mitigasi bencana untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan. Salah satu upaya mitigasi bencana tsunami dapat dilakukan dengan pembuatan model genangan tsunami. Pemodelan genangan tsunami menggunakan formulasi yang dikembangkan Berryman (2006) dengan mempertimbangkan tiga parameter utama yaitu topografi, koefisien kekasaran permukaan dan ketinggian tsunami di garis pantai. Parameter topografi menggunakan DEM ASTER 30 meter, SRTM 30 meter dan TerraSAR 9 meter, sedangkan koefisien kekasaran diperoleh dari tutupan lahan yang dihasilkan dengan klasifikasi terbimbing dengan menggunakan Citra Landsat-8 tahun 2016. Penelitian ini menggunakan dua ketinggian tsunami yaitu 8 dan 15 meter sesuai dengan data historis tsunami Kabupaten Pangandaran. Berdasarkan pemodelan yang dibentuk, diperoleh luas terdampak yang dihasilkan model genangan dari DEM ASTER untuk tinggi tsunami 8 dan 15 meter yaitu 1600,98 dan 4279,23 hektar, model genangan dari DEM SRTM untuk tinggi tsunami 8 dan 15 meter yaitu 1703,02 dan 4027,33 hektar dan model genangan dari DEM TerraSAR yaitu 1348,59 dan 2025,35 hektar. Model genangan tsunami terbaik yaitu model yang dihasilkan berdasarkan DEM TerraSAR, dimana model tersebut baik secara visual maupun kemiripan dengan kejadian tsunami di Kabupaten Pangandaran. Tingkat visual pada pemodelan genangan tsunami dipengaruhi oleh resolusi spasial data yang digunakan. Sedangkan pada kemiripan tsunami terdapat pada model genangan tsunami dari DEM TerraSAR dengan tinggi tsunami 15 meter. Model tersebut memiliki selisih kedalaman tsunami terkecil pada titik validasi yakni 0,5 meter.
Kata Kunci: DEM, Pangandaran, Tsunami
ABSTRACT
Coastal Pangandaran Regency is an area in Indonesia that had experienced a tsunami disaster. The tsunami occurred on 17 July 2006 with a casualty of about 700 people. In general, coastal Pangandaran Regency has characteristics that are vulnerable to runoff of tsunami wave. The high vulnerability due to most of the coastal area of Pangandaran is a tourism area, therefore it takes disaster mitigation efforts to reduce the losses incurred. One of the tsunami disaster mitigation efforts can be done by making tsunami inundation model. Tsunami modeling using developed formulation by Berryman (2006) with considering three main parameters: topography, coefficient of surface roughness and tsunami height at coastline. Topographic parameters using ASTER DEM 30 meters, SRTM 30 meters and TerraSAR 9 meters, while coefficient of surface roughness obtained from land cover produced by supervised classification process using Landsat-8 Image 2016. This study used two tsunami heights of 8 and 15 meters according with historical data of tsunami of Pangandaran Regency. Based on the formed model, the result of impacted area produced by the inundation model from DEM ASTER for tsunami height 8 and 15 meter is 1600,98 and 4279,23 hectare, the inundation model from DEM SRTM for tsunami height 8 and 15 meter is 1703.02 and 4027.33 hectares and the inundation models of DEM TerraSAR are 1348.59 and 2025.35 hectares. The best tsunami inundation model is a model based on TerraSAR DEM, in which the model is both visually and resemblance to the tsunami event in Pangandaran Regency. The visual level on tsunami inundation modeling is influenced by the spatial resolution of the data used. Meanwhile, the tsunami similarity is in the tsunami inundation model from DEM TerraSAR with a tsunami height of 15 meters. Where the model has the smallest tsunami depth difference at the validation point of 0.5 meters.
Article Metrics:
Last update:
View My Stats
Jurnal Geodesi Undip
Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro