skip to main content

PENGALAMAN MENJADI AGNOSTIK DI INDONESIA SEBUAH PENDEKATAN INTERPRETATIVE PHENOMENOLOGICAL ANALYSIS (IPA)

Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Indonesia

Received: 1 Oct 2020; Published: 1 Oct 2020.

Citation Format:
Abstract

Eksistensi Tuhan dan agama yang selalu menjadi perdebatan sepanjang sejarah umat manusia melahirkan berbagai pandangan yang berbeda, salah satunya adalah agnostisisme. Indonesia sebagai negara berketuhanan dengan enam agama yang diakui serta adanya aturan pencantuman status agama dalam data identitas ternyata masih dijumpai individu yang memilih menjadi agnostik. Keberadaan kaum agnostik yang ada di Indonesia menjadi fenomena yang cukup unik untuk ditelusuri. Penelitian ini menambahkan literatur yang ada dengan tujuan mengeksplorasi dan memahami pengalaman menjadi agnostik di Indonesia. Partisipan berjumlah tiga orang yang mengungkapkan dirinya sebagai agnostik dan dipilih dengan teknik purposive sampling. Wawancara dilakukan secara semi-terstruktur. Transkrip wawancara kemudian dianalisis dengan pendekatan Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Tema superordinat yang ditemukan mencakup (1) keberagamaan lewat ibadah, (2) konflik dalam keberagamaan, (3) kebimbangan akan Tuhan dan agama, (4) upaya memahami Tuhan dan agama, (5) penolakan terhadap Tuhan dan agama, (6) agnostik sebagai kebebasan, (7) dinamika respons sosial, (8) pengambilan keputusan setelah belajar, dan (9) landasan agama yang kurang. Ketiga partisipan menunjukkan pengalaman dalam menjadi agnostik di Indonesia yang beragam di aspek kehidupannya.

 

Fulltext View|Download
Keywords: agnostik; pengalaman

Article Metrics:

  1. Aghababaei, N., Sohrabi, F., Eskandari, H., Borjali, A., Farrokhi, N., & Chen, Z. J. (2016). Predicting subjective well-being by religious and scientific attitudes with hope, purpose in life, and death anxiety as mediators. Personality and Individual Differences, 90, 93-98
  2. Coleman III, T. J., Hood Jr., R. W., & Streib, H. (2018). An introduction to atheism, agnosticism and nonreligious worldviews. Psychology of Religion and Spirituality, 10(3), 203-206
  3. Dwiatikanurjanah. (2019, April 29). Ateis dan agnostik bagian dari kehidupan urban. Diunduh dari https://geotimes.co.id/opini/ateis-dan-agnostik-bagian-dari-kehidupan-urban/
  4. Fowler, J. W. (1995). Teori perkembangan kepercayaan: Karya-karya penting James W. Fowler. Yogyakarta: Kanisius
  5. Gunadha, R. (2019, Mei 6). Kaum Milenial Banyak Ateis dan Agnostik, Bagaimana Puasa Ramadan Menjawab? Diunduh dari https://www.suara.com/news/2019/05/06/163425/ kaum-milenial-banyak-ateis-dan agnostik-bagaimana-puasa-ramadan-menjawab
  6. Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga
  7. Idrus, M. (2006). Keraguan kepada Tuhan pada remaja. Psikologika, 11(21), 27-36
  8. Jalaluddin. (2012). Psikologi agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
  9. Ramayulis. (2009). Psikologi agama. Jakarta: Kalam Mulia
  10. Rijal, F. (2016). Perkembangan jiwa agama pada masa remaja. Pionir Jurnal Psikologi, 5(2), 1-14
  11. Santrock, J.W. (2012). Life-span development: Perkembangan masa-hidup. Jakarta: Erlangga
  12. Selangor, M. A. (2015). Gejala agnostik satu ancaman akidah. Selangor: Penerbit Majlis Agama Islam Selangor
  13. Susilo, D. J. (2006). Perkembangan religiositas remaja akhir. Insan, 8(1), 12-28
  14. Yusuf, H. (2012). Eksistensi Tuhan dan agama dalam perspektif masyarakat kontemporer. Kalam: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, 6(2), 163-178

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.