skip to main content

HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL CAPITAL DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA DOKTER MUDA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Indonesia

Received: 24 Sep 2018; Published: 27 Jun 2020.

Citation Format:
Abstract

Dokter muda menyelesaikan pendidikan profesi dokter untuk meraih gelar Dokter (dr.) setelah menyelesaikan studi tingkat sarjana dengan gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked). Tantangan dan kesulitan selama pendidikan dapat memengaruhi psychological well-being sebagai dokter muda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara psychological capital dengan psychological well-being pada dokter muda Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Psychological well-being adalah sikap positif individu meliputi penerimaan diri, mampu mengatur tingkah laku sendiri, adanya hubungan yang baik dengan orang lain, dapat mengatur lingkungan sesuai dengan kebutuhan, memiliki tujuan hidup, serta berusaha mengembangkan diri. Psychological capital adalah kondisi individu memiliki karakteristik adanya efikasi diri, optimisme, harapan, dan resiliensi diri. Sampel penelitian sebanyak 196 orang dengan teknik  pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling. Skala yang digunakan penelitian ini yaitu, skala psychological well-being (30 aitem α= 0,892) dan psychological capital (37 aitem α= 0,904). Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa hipotesis diterima, yaitu adanya hubungan positif yang signifikan antara psychological capital dengan psychological well-being (rxy = 0,672 dengan p= 0,000), artinya semakin tinggi psychological capital maka semakin tinggi pula psychological well-being. Psychological capital memberikan sumbangan efektif pada psychological well-being sebesar 45,2% (R square = 0,452).

 

Fulltext View|Download
Keywords: psychological capital, psychological well-being, dokter muda

Article Metrics:

  1. Azwar, S. (2014). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
  2. Compton, W. C., & Hoffman, E. (2013). Positive psychology: The science of happiness and flourishing. S.l.: Wadsworth Cengage Learning
  3. Dewi, K.S. (2012). Buku ajar : Kesehatan mental. Semarang: Undip Press
  4. Huppert, F. A. (2009). Psychological well-being: evidence regarding its causes and consequences. Applied Psychology: Health and Well-Being, 1(2), 137-164. doi: 10.1111/j.1758-0854.2009.01008
  5. Khoirunnisa, A., & Ratnaningsih, I.Z. (2016) Optimisme dan kesejahteraan psikologis pada mahasiswa pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Jurnal Empati, 5 (1), 1-4. Retrieved from http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/article/view/14936
  6. Konsil Kedokteran Indonesia. (2012). Standar Kompetensi Kedokteran Indonesia. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia
  7. Luthans, F. Youssef-Morgan, C.M., Avolio, BJ. (2007). Psychological capital:developing the human competitive edge. New York: Oxford University
  8. Sharma, B., Prasad, S., Pandey,R., Singh, J., Sodhi.K.S., & Wadhwa,D. (2013). Evaluation of stress among post-graduate medical and dental students:a pilot study. Journal of Delhi Psychiatry, 16(2), 312–316
  9. Singh, S., & Mansi. (2009). Psychological capital as predictor ofpsychological well-being. Journal of the Indian Academy of Applied Psychology, 35(2), 233-238. Retrieved from http://medind.nic.in/jak/t09/i2/jakt09i2p233.pdf
  10. Wells, I.E. (2010). Psychological well being. New York: Nova Science Publisher
  11. Youssef-Morgan, C. M., & Luthans, F. (2015). Psychological capital and well being. Stress and Health, 31(3), 180-188. doi: 10.1002/smi.2623

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.