skip to main content

PENGALAMAN MENIKAH BEDA AGAMA (SEBUAH INTERPRETATIVE PHENOMENOLOGICAL ANALYSIS)

Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Indonesia

Published: 18 Aug 2016.

Citation Format:
Abstract

Fenomena pernikahan beda agama masih menjadi hal yang kontroversial di negara Indonesia. Secara umum, pernikahan beda agama di Indonesia merupakan pernikahan yang tidak dianjurkan baik dari segi agama maupun peraturan pemerintah. Penelitian ini bermaksud untuk memahami bagaimana pengalaman yang dialami oleh individu dalam menjalani kehidupan pernikahan beda agama. Peneliti mendasarkan diri pada pendekatan fenomenologis, khususnya IPA (Interpretative Phenomenological Analysis) yang berfokus pada eksplorasi pengalaman yang diperoleh subjek dari kehidupan pribadi maupun sosial dengan wawancara mendalam sebagai metode pengumpulan data. Proses penemuan subjek di dapat melalui teknik purposif sampling yang langsung tertuju pada karakteristik tertentu. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah tiga orang yang bertempat tinggal di Semarang dan Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini menunjukkan tiga tema utama, yaitu: keputusan untuk menikah beda agama, kehidupan setelah menikah, dan penilaian terhadap kehidupan pernikahan beda agama dan terdapat 12 tema superordinat di dalamnya. Pernikahan beda agama bukanlah hal yang mudah bagi ketiga subjek. Adanya keinginan untuk seagama di dalam keluarga menjadi harapan bagi kehidupan pernikahan subjek di masa mendatang. Pengalaman yang dimiliki mulai dari kesepakatan untuk menikah hingga konflik-konflik yang dialami menjadi tolak ukur dalam menilai kehidupan pernikahan bagi ketiga subjek. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan psikologi khususnya psikologi agama dan psikologi lintas budaya.

Fulltext View|Download
Keywords: pernikahan beda agama; pengalaman menikah; penilaian kehidupan pernikahan

Article Metrics:

  1. Dayakisni, T. & Yuniardi, S. (2008). Psikologi lintas budaya (edisi revisi.). Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang
  2. Dariyo, A. (2004). Psikologi perkembangan remaja. Bogor: Ghalia Indonesia
  3. Kertamuda, F. E. (2009). Konseling pernikahan untuk keluarga Indonesia. Jakarta: Salemba Humanika
  4. Lambert, N. M., & Dollahite, D. C. (2006). How religiosity helps couples prevent, resolve, and overcome marital conflict. Family Relations, 55(4), 439-449. doi: 10.1111/j.1741-3729.2006.00413
  5. Monib, M. & Nurcholish, A. (2008). Kado cinta bagi pasangan nikah beda agama. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
  6. Purwanto, D. (2011). Komunikasi bisnis. Jakarta: Erlangga
  7. Sadarjoen, S. S. (2005). Konflik marital. Bandung: Refika Aditama
  8. Santrock, J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga
  9. Shaffer, T. J. (2008). Interfaith marriage and counseling implications. University of Michigan, School of Pulbic health. 91-100
  10. Smith, J. A., Flowers, P., & Larkin, M. (2009). Interpretative phenomenological analysis: Theory, method and research. Washington: Sage
  11. Sugiyono. (2012). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: ALFABETA
  12. Thompson-Hayes, M., & Webb, L. M. (2004). Commitment under construction: A dyadic and communicative model of marital commitment. The Journal of Family Communication, 4, 249-260
  13. Wisnuwardhani, D., & Mashoedi, S. F. (2012). Hubungan interpersonal. Jakarta: Salemba Humanika

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.