Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{EMPATI15409, author = {Siti Laeli and Karyono Karyono}, title = {PENGALAMAN SAKIT PADA PENDERITA LUPUS : INTERPRETATIVE PHENOMENOLOGICAL ANALYSIS}, journal = {Jurnal EMPATI}, volume = {5}, number = {3}, year = {2016}, keywords = {penderita lupus; pengalaman sakit; interpretative phenomenological analysis (IPA)}, abstract = { Penyakit lupus merupakan salah satu penyakit yang belum diketahui secara jelas penyebabnya. Rata-rata penderita penyakit lupus adalah wanita yang sedang pada masa produktif yaitu antara usia 15-40 tahun. Beberapa obat-obatan yang diberikan kepada penderita lupus hanya berfungsi untuk mengendalikan imun dan belum terdapat obat yang dapat menyembuhkan penderita dari penyakit lupus. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan pengalaman sakit yang dialami oleh penderita lupus serta upaya yang dilakukan selama kondisi sakit lupus. Subjek dalam penelitian ini yaitu dua wanita yang menderita lupus dengan usia antara 15-40 tahun dan telah mendapatkan penanganan medis minimal selama dua tahun. Penelitian kualitatif-fenomenologis ini menggunakan teknik analisis data Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi sakit lupus membuat subjek khawatir tidak dapat memiliki keturunan dan juga menjalankan perannya sebagai istri maupun ibu. Di sisi lain, penderita lupus juga khawatir jika suami/calon suami tidak dapat menerima sakit lupus yang dideritanya. Proses pemeriksaan dalam rangka menegakkan diagnosa yang tepat membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 6-12 bulan, karena gejala dari penyakit lupus yang menyerupai dengan penyakit lain. Selama menjalani pemeriksaan, subjek berharap bahwa sakit yang dialami bukan penyakit berat. Saat terdiagnosa lupus, subjek menolak kondisi tersebut. Penyakit lupus juga mengakibatkan penderitanya sulit untuk menjalankan aktifitas outdoor, mudah lelah dan juga menurunnya rasa percaya diri karena terjadi perubahan fisik seperti munculnya ruam di wajah dan juga kebotakan. Saat terjadi kambuh, subjek merasa pasrah atas kondisinya dan berharap Tuhan memberikan kesembuhan atas sakit lupus yang diderita. Subjek berharap pengobatan medis dan alternatif yang dijalani dapat membuat kondisi fisiknya semakin membaik. Dukungan dari keluarga dan kerabat membuat subjek menerima kondisi sebagai penderita lupus dan semakin termotivasi untuk sembuh. }, issn = {2829-1859}, pages = {566--571} doi = {10.14710/empati.2016.15409}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/article/view/15409} }
Refworks Citation Data :
Penyakit lupus merupakan salah satu penyakit yang belum diketahui secara jelas penyebabnya. Rata-rata penderita penyakit lupus adalah wanita yang sedang pada masa produktif yaitu antara usia 15-40 tahun. Beberapa obat-obatan yang diberikan kepada penderita lupus hanya berfungsi untuk mengendalikan imun dan belum terdapat obat yang dapat menyembuhkan penderita dari penyakit lupus. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan pengalaman sakit yang dialami oleh penderita lupus serta upaya yang dilakukan selama kondisi sakit lupus. Subjek dalam penelitian ini yaitu dua wanita yang menderita lupus dengan usia antara 15-40 tahun dan telah mendapatkan penanganan medis minimal selama dua tahun. Penelitian kualitatif-fenomenologis ini menggunakan teknik analisis data Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi sakit lupus membuat subjek khawatir tidak dapat memiliki keturunan dan juga menjalankan perannya sebagai istri maupun ibu. Di sisi lain, penderita lupus juga khawatir jika suami/calon suami tidak dapat menerima sakit lupus yang dideritanya. Proses pemeriksaan dalam rangka menegakkan diagnosa yang tepat membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 6-12 bulan, karena gejala dari penyakit lupus yang menyerupai dengan penyakit lain. Selama menjalani pemeriksaan, subjek berharap bahwa sakit yang dialami bukan penyakit berat. Saat terdiagnosa lupus, subjek menolak kondisi tersebut. Penyakit lupus juga mengakibatkan penderitanya sulit untuk menjalankan aktifitas outdoor, mudah lelah dan juga menurunnya rasa percaya diri karena terjadi perubahan fisik seperti munculnya ruam di wajah dan juga kebotakan. Saat terjadi kambuh, subjek merasa pasrah atas kondisinya dan berharap Tuhan memberikan kesembuhan atas sakit lupus yang diderita. Subjek berharap pengobatan medis dan alternatif yang dijalani dapat membuat kondisi fisiknya semakin membaik. Dukungan dari keluarga dan kerabat membuat subjek menerima kondisi sebagai penderita lupus dan semakin termotivasi untuk sembuh.
Article Metrics:
Last update:
Jurnal Empati by https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
The Authors submitting a manuscript do so on the understanding that if accepted for publication, the copyright of the article shall be assigned to Jurnal Empati and Faculty of Psychology, Universitas Diponegoro as the publisher of the journal. Copyright encompasses rights to reproduce and deliver the article in all forms and media, including reprints, photographs, microfilms, and any other similar reproductions, as well as translations.
Jurnal Empati and the Faculty of Psychology, Universitas Diponegoro, and the Editors make every effort to ensure that no wrong or misleading data, opinions, or statements be published in the journal. In any way, the contents of the articles and advertisements published in Jurnal Empati are the sole and exclusive responsibility of their respective authors and advertisers.
The Copyright Transfer Form can be downloaded here: [Copyright Transfer Form Jurnal Empati]. The copyright form should be signed originally, scanned, and uploaded as a supplementary file when submitting the manuscript.
Jurnal EMPATI published by Faculty of Psychology, Diponegoro University