slot gacor slot gacor hari ini slot gacor 2025 demo slot pg slot gacor slot gacor
KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS DITINJAU DARI STATUS PEKERJAAN IBU BEKERJA DAN IBU TIDAK BEKERJA PADA SISWA DI SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG | Astuti | Jurnal EMPATI skip to main content

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS DITINJAU DARI STATUS PEKERJAAN IBU BEKERJA DAN IBU TIDAK BEKERJA PADA SISWA DI SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG

Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Indonesia

Published: 16 Jan 2017.

Citation Format:
Abstract
Kesejahteraan psikologis adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya dilihat dari norma yang berlaku di masyarakat, sehingga individu mampu merumuskan tujuan hidup dan memiliki keinginan untuk mengembangkan dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesejahteraan psikologis ditinjau dari status pekerjaan ibu bekerja dan ibu tidak bekerja pada siswa di SMA Islam Hidayatullah Semarang. Sampel penelitian berjumlah 109 siswa-siswi kelas X dan XI SMA Islam Hidayatullah Semarang yang diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan Skala Kesejahteraan Psikologis (30 aitem valid, α = 0,897). Hasil analisis data menggunakan uji ANOVA menunjukan ada perbedaan kesejahteraan psikologis ditinjau dari status pekerjaan ibu bekerja dan ibu tidak bekerja pada siswa di SMA Islam Hidayatullah Semarang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang bekerja lebih berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologis siswa dibandingkan ibu tidak bekerja (Mibubekerja = 91,13; Mibutidakbekerja= 75,49). Status pekerjaan ibu membantu siswa dalam menentukan tujuan dalam hidup siswa.
Fulltext View|Download
Keywords: kesejahteraan psikologis; status pekerjaan ibu; siswa SMA

Article Metrics:

  1. Azwar, S. (2015). Penyusunan skala psikologi edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
  2. Barnett, R. G. (2006). Parental after- school stress and psychological well-being. Journal of Marriage and Family, 101-108
  3. Bartram, D., & Boniwell, L. (2007). The science of happiness: Achieving sustained psychological well-being. Positive Psychology in Practice, 29, 478-482
  4. Dagun. (2002). Psikologi keluarga edisi 2. Jakarta: Rineka Cipta
  5. Diener, Ed. (2009). Assesing well-being: The collected works of ed diener. NewYork: Springer
  6. Jasfar, Farida. (2005).Manajemen jasa. Bogor: Ghalia Indonesia
  7. Maretha, V., & Leigh, A.R. (2007). Substance abuse and psychological well-being of South African adolescents. South African Journal of Psychology, 37(12), 595-615
  8. Santrock, J.W. (2007). Psikologi perkembangan (edisi 11). Jakarta: Erlangga
  9. Santrock, J. W. (2003).Adolecent, perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga
  10. Suryadi, D., & Damayanti,C.(2003).Perbedaan tingkat kemandirian remaja puteriyang ibunya bekerja dan yang tidak bekerja. Jurnal Psikologi, 1(1)
  11. Taylor, S. E., Peplau, L.A., & Sears, D.O. (2009). Psikologi sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
  12. Vazquez, C., Hervas, G., Rahona, J.R., & Gomez, D. (2009). Psychological well-being and health: Contributions of positive psychology. Journal of Clinical and Health Psychology, 5(2), 15-27
  13. Wells, I. E. (2010). Psychological well-being. New York: Nova Science Publishers

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.