*Rafael Raka Priambadha
-
Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, 50275, Indonesia
Rusnaldy Rusnaldy
-
Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, 50275, Indonesia
Paryanto Paryanto
-
Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, 50275, Indonesia
Abstract
Friction Welding adalah pengelasan dimana panas dihasilkan dari konversi energi mekanik menjadi panas pada permukaan benda kerja. Temperatur tinggi dapat menyebabkan sifat mekanik dan struktur mikro sambungan las yang buruk. Maka, dengan mempercepat pendinginan diharapkan sifat mekanik dan struktur mikro lebih baik. Underwater merupakan varian FW untuk mengelas logam dengan menghindari panas berlebih sepanjang garis las dengan media pendingin air. Pengelasan dilakukan dengan mesin bubut 3 variasi kecepatan putar sebagai parameter yaitu 400 rpm, 629 rpm, dan 864 rpm. Material pengelasan adalah Baja ST-41 diameter 15mm. Hasil friction welding melalui pengujian kelayakan Non-Destructive yaitu inspeksi visual. Berdasarkan hasil pengelasan, seluruh spesimen berhasil dilas. Waktu yang dibutuhkan pada rpm yang lebih rendah lebih lama dari pada rpm tinggi. Pada rpm rendah, flash yang dihasilkan mengalami kemiringan atau misalignment. Berdasarkan hasil inspeksi visual, bentuk flash pada underwater friction welding menghasilkan flash yang kecil atau bahkan tidak terbentuk sama sekali. Flash dapat terbentuk akibat tekanan aksial pada saat spesimen mengalami suhu tinggi yang memungkinkan deformasi. Pada metode underwater suhu yang timbul relatif lebih rendah akibat pendinginan, maka dari itu pada saat pemberian tekanan, flash yang terbentuk lebih kecil. Dari hal ini dapat dikatakan bahwa friction welding membutuhkan kecepatan putar yang tinggi agar menghasilkan hasil las yang baik.