BibTex Citation Data :
@article{JPGS25057, author = {Nur Maulidya and Laila Alfirdaus}, title = {DISKONTINUITAS KOTA KREATIF PEKALONGAN DALAM PERSPEKTIF COLLABORATIVE GOVERNANCE}, journal = {Journal of Politic and Government Studies}, volume = {8}, number = {04}, year = {2019}, keywords = {}, abstract = { Collaborative Governance menjadi salah satu strategi tata kelola pemerintahan yang memiliki stigma positif dapat menyelesaikan permasalahan dengan baik. Jika ditelisik lebih dalam bukan berarti teori ini tidak memiliki sisi lain sebagai celah. Melalui program kota kreatif Pekalongan, perspektif Collaborative Governance menarik untuk dikaji melihat bahwa 5 tahun menyandang predikat kota kreatif belum mengalami perkembangan, bahkan masyarakat jauh lebih mengenal Kota Bandung sebagai kota kreatif. Dengan diperkuat melalui penelitian secara kualitatif, wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses kolaborasi dalam mewujudkan Kota Pekalongan sebagai Kota Kreatif tidak terjadi karena prosesnya yang memang tidak sederhana. Tidak cukup hanya melihat peran dan hubungan, tetapi aspek politis sebagai bentuk rasionalitas para aktor yang terdapat dalam hubungan tersebut. Penelitian ini berargumen bahwa kolaborasi yang dilakukan oleh para aktor kota kreatif Pekalongan belum berjalan dengan baik. Terdapat dominasi pemerintah yang menyebabkan perkembangan beberapa program usulan aktor lain tidak dapat terealisasi. Sementara disisi lain, dominasi pemerintah juga diperlukan karena Kota Kreatif akan berkaitan dengan jaringan kota kreatif daerah lain yang tentunya memerlukan campur tangan pemerintah. }, pages = {281--290} url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jpgs/article/view/25057} }
Refworks Citation Data :
Collaborative Governance menjadi salah satu strategi tata kelola pemerintahan yang memiliki stigmapositif dapat menyelesaikan permasalahan dengan baik. Jika ditelisik lebih dalam bukan berarti teoriini tidak memiliki sisi lain sebagai celah. Melalui program kota kreatif Pekalongan, perspektifCollaborative Governance menarik untuk dikaji melihat bahwa 5 tahun menyandang predikat kotakreatif belum mengalami perkembangan, bahkan masyarakat jauh lebih mengenal Kota Bandungsebagai kota kreatif. Dengan diperkuat melalui penelitian secara kualitatif, wawancara, observasi, danstudi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses kolaborasi dalam mewujudkan KotaPekalongan sebagai Kota Kreatif tidak terjadi karena prosesnya yang memang tidak sederhana. Tidakcukup hanya melihat peran dan hubungan, tetapi aspek politis sebagai bentuk rasionalitas para aktoryang terdapat dalam hubungan tersebut. Penelitian ini berargumen bahwa kolaborasi yang dilakukanoleh para aktor kota kreatif Pekalongan belum berjalan dengan baik. Terdapat dominasi pemerintahyang menyebabkan perkembangan beberapa program usulan aktor lain tidak dapat terealisasi.Sementara disisi lain, dominasi pemerintah juga diperlukan karena Kota Kreatif akan berkaitandengan jaringan kota kreatif daerah lain yang tentunya memerlukan campur tangan pemerintah.
Last update: