skip to main content

Analisis Kadar Pb dan Cu pada Kerang Hijau Budidaya di Tambak Lorok serta Analisis Risiko Kesehatan Konsumsi untuk Manusia

Nada Salsabila  -  Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Indonesia
Jusup Suprijanto  -  Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Indonesia
*Ali Ridlo  -  Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Indonesia

Citation Format:
Abstract

Kota Semarang termasuk wilayah di Jawa Tengah yang memiliki aktivitas industri yang padat dan meningkat setiap tahun, aktivitas ini menyebabkan pencemaran oleh logam berat semakin meningkat. Tambak Lorok termasuk kedalam wilayah Kota Semarang yang dikelilingi oleh aktivitas industri dan sebagai wilayah untuk melakukan budidaya kerang hijau. Kerang hijau adalah komoditas makanan laut yang diminati oleh masyarakat karena mempunyai kandungan gizi serta bernilai ekonomis yang tinggi. Kerang hijau hasil budidaya dari Tambak Lorok diketahui mengandung logam berat dan tidak layak untuk dimakan oleh manusia. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bermaksud untuk mengetahui kadar timbal dan tembaga yang terakumulasi pada kerang hijau hasil panen budidaya dari Tambak Lorok dan mengetahui jumlah aman konsumsi kerang hijau berdasarkan analisis risiko kesehatan lingkungan. Metode yang dilakukan pada penelitian yaitu menggunakan metode ICP-OES dan perhitungan analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL). Logam berat yang terkandung dalam sampel yang diambil berdasarkan hasil penelitian yaitu untuk kadar logam berat timbal pada stasiun 1 dan 2 untuk kerang hijau yang berukuran kecil dan berukuran besar yaitu < 0,04 mg/kg sedangkan kadar tembaga stasiun 1 untuk kerang ukuran kecil yaitu 2,35 mg/kg, ukuran besar yaitu 2,85 mg/kg sementara stasiun 2 kerang ukuran kecil memiliki kadar 2,07 mg/kg, kerang ukuran besar yaitu 2,51 mg/kg. Jumlah aman konsumsi kerang berdasarkan perhitungan rata-rata berat badan orang dewasa 58 kg jumlah aman konsumsi kerang ukuran kecil yaitu 0,54 mg/kg/hari sedangkan kerang ukuran besar yaitu 0,45 mg/kg/hari.

 

Semarang City is a region in Central Java which has dense and increasing industrial activity every year, this activity causes pollution by heavy metals to increase. Tambak Lorok are the areas in Semarang City that are near and surrounded by industrial activities and as an area for cultivating green mussels. Green mussels are a seafood commodity that is in high demand by the public because of its health nutritional and high economic value. Green mussels cultivated from Tambak Lorok are known to contain heavy metals and are unhealthy for consumption. Therefore this study aims to know the contents of heavy metals found in green mussels cultivated from Tambak Lorok and determine the safe amount of green mussels consumption based on an analysis of environmental health risks. The method of this research is used the ICP-OES method and the calculation of Environmental Health Risk Analysis (ARKL). The research results showed that the heavy metal lead content at stations 1 and 2 for small and large green mussels was <0.04 mg/kg while the heavy metal content of copper at station 1 for small shells was 2.35 mg/kg, for large shells was 2.85 mg/kg and station 2 small shells is 2.07 mg/kg, large shells are 2.51 mg/kg. The safe amount of shellfish consumption is based on the calculation of an average adult body weight of 58 kg. The safe amount of small green mussels consumption is 0,54 mg/kg/day while that of large green mussels is 0,45 mg/kg/day.

 

 

Fulltext View|Download
Keywords: ARKL; kerang hijau; kesehatan; logam berat

Article Metrics:

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.