skip to main content

Analisis Biometri dan Laju Pertumbuhan Kerang Hijau (Perna viridis) yang Dibudidayakan Dalam Karamba Apung di Laut Jawa Desa Banyuurip Kecamatan Ujungpangkah

Anfa'u Mazida  -  Program Studi Budidaya Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Gresik, Indonesia
Aminin Aminin  -  Program Studi Budidaya Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Gresik, Indonesia
*Farikhah Farikhah  -  Program Studi Budidaya Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Gresik, Indonesia

Citation Format:
Abstract

Kerang hijau adalah komoditas laut endemik perairan Indonesia yang bernilai ekonomis penting dan potensial dijadikan sebagai objek eduwisata terkait aspek biologis dan habitatnya yang terintegrasi dengan ekosistem hutan mangrove.  Desa Banyuurip memiliki potensi kerang hijau melimpah yang telah lama dibudidayakan oleh nelayan tradisional di Laut Jawa, berdekatan dengan area ekowisata Banyuurip Mangrove Center (BMC), sehingga perlu diujicobakan kerang hijau yang dibudidayakan dalam unit karamba apung sebagai objek eduwisata. Tujuan penelitian adalah menganalisis pertumbuhan dan hasil panen kerang hijau dalam karamba apung yang dioperasikan pada koordinat 06°52'18.84" LS dan 112°29'41.19" BT di Laut Jawa Desa Banyuurip Kecamatan Ujungpangkah.  Karamba apung memiliki area terang dan area gelap terkait dengan penerimaan cahaya matahari di kolom air, dimana area gelap terjadi akibat penutupan permukaan karamba apung yang diperuntukkan sebagia area catwalk agar area karamba mudah diiakses bagii siapa pun yang berkunjung ke sana.  Metode penelitian ini adalah deskriptif dan sampel diambil secara purposive random sampling.  Sampel kerang hijau dari area terang (n= 4354) dan (gelap n=2416) dianalisis aspek biometri, laju pertumbuhan, dan biomassa panen. Parameter kualitas air diukur secara berkala. Uji t (α=5%) digunakan untuk menetapkan perbedaan rerata variabel populasi dari area terang dan gelap. Aspek biometri lebar di area terang (17,69±3,99 mm) berbeda nyata (P<0.05) dari lebar di area gelap (17,14±3,76 mm), tinggi di area terang (11,75±2,86 mm) berbeda nyata (P<0.05) dari tinggi di area gelap (11,32±2,78 mm). Nilai ‘b” hubungan aspek biometri memiliki pola pertumbuhan allometric negative atau (b< 3) dimana pada area terang 2.39 dan area gelap 2.45. SGR pada area terang 1.57%/hari dan pada area gelap 1,55%/hari. Hasil panen pada area terang berkisar antara 3414–4992 g sedangkan pada area gelap 3331 – 3530 g, yang berkaitan dengan luasan dan jumlah tali kolektor di kedua area. Parameter kulitas air pada lokasi tersebut meliputi suhu 27,83±0.980C, pH 7,17±0.75 ppm, DO 6,92±0,74 mg/l, kecerahan 152±31,07 cm, dan salinitas 24,17±1,47 ppt masih dalam kondisi optimal untuk pertumbuhan kerang hijau. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa hasil panen berdasarkan aspek biometri kerang hijau di area terang lebih baik dari pada di area gelap sedangkan laju pertumbuhan di area terang sama dengan di area gelap. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan rekomendasi bagi perekayasaan unit karamba apung yang diperuntukkan bagi aktivitas eduwisaata.

 

Green mussels are endemic marine commodities in Indonesian waters that have significant economic value and potential as educational tourism objects related to their biology and habitat aspects integrated with mangrove forest ecosystems. The traditional fishermen in Banyuurip Village cultivated it many years ago in the Java Sea, adjacent to the Banyuurip Mangrove Center (BMC) ecotourism area, so it is necessary to test green mussels cultivated in floating cage units as an educational object. The study aimed to analyze the growth and yield of mussels in floating cages operated at coordinates 06°52'18.84" South Latitude and 112°29'41.19" East Longitude in the Java Sea, Banyuurip Village, Ujungpangkah District. Floating cages have bright areas and dark areas related to the reception of sunlight in the water column. Dark areas occur due to the closure of the floating cage surface, which is designated as a catwalk area so that the cage area is easily accessible to anyone. This research method is descriptive, and the sample is taken by purposive random sampling. Green mussel samples from bright (n=4354) and (dark n=2416) areas were analyzed for biometric aspects, growth rate, and harvested biomass. Air quality parameters are measured regularly. The t-test (α=5%) is used to determine the difference in the mean of the population variables from the light and dark areas. The biometric aspect of width in the bright area (17.69±3.99 mm) is significantly different (P<0.05) from the width in the dark area (17.14±3.76 mm), height in the bright area (11.75±2, 86 mm) was significantly different (P<0.05) from the height in the dark area (11.32±2.78 mm). The value of 'b' about biometric aspects has a negative allometric growth pattern or (b < 3) where the light area is 2.39 and the dark area is 2.45. SGR in bright areas is 1.57%/day and in dark areas is 1.55%/day. Yields in the light area ranged from 3414 – 4992 g, while in the dark area, it was 3331 – 3530 g, which relates to the area and the number of gathering ropes in both areas. Water quality parameters at that location include temperature 27.83 ± 0.980C, pH 7.17 ± 0.75 ppm, DO 6.92 ± 0.74 mg/l, brightness 152 ± 31.07 cm, and salinity 24.17 ± 1 .47 ppt is still in optimal conditions for the growth of mussels. Based on the study results, the yield based on biometric aspects of green mussels in bright areas is better than in dark areas, while the growth rate in bright areas is the same as in dark areas. The results of this study are expected to become recommendations for the engineering of floating cage units intended for educational activities.

 

Fulltext View|Download
Keywords: biometri; hasil panen; karamba apung; konstruksi; laju pertumbuhan

Article Metrics:

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.