BibTex Citation Data :
@article{JMR30118, author = {Handhikka Pradhana and Hadi Endrawati and AB Susanto}, title = {Analisis Kesesuaian Ekosistem Lamun sebagai Pendukung Ekowisata Bahari Pulau Panjang Kabupaten Jepara}, journal = {Journal of Marine Research}, volume = {10}, number = {2}, year = {2021}, keywords = {Ekowisata; Lamun; Ekosistem; Pulau Panjang}, abstract = { Ekowisata bahari adalah kegiatan wisata berkelanjutan yang memanfaatkan sumberdaya pesisir dan laut. Sumberdaya tersebut dapat dibagi menjadi sumberdaya alam dan manusia yang keduanya bersinergi dan berintegrasi untuk pemanfaatan ekowisata tersebut. Ekowisata lamun merupakan salah satu ekowisata berpotensi dimana potensi ekosistem lamun yang merupakan salah satu ekosistem di wilayah pesisir dengan peran penting untuk melindungi wilayah pesisir tersebut. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi ekosistem lamun untuk dijadikan pendukung ekowisata bahari dengan melihat presentase tutupan, parameter lingkungan, dan kelimpahan biota yang berasosiasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi langsung. Metode observasi langsung adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati dan mengukur langsung objek yang diamati. Metode pengambilan data menggunakan metode transek garis LIPI dengan transek kuadran 50 x 50 cm. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa setidaknya terdapat lima spesies lamun yang dapat ditemukan di Perairan Pulau Panjang, yaitu: Thallasia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides , dan Halophila ovalis . Kerapatan jenis lamun tertinggi adalah spesies Thallasia hemprichii di stasiun 1 dan kerapatan terendah adalah spesies Halophila ovalis di stasiun 1. Perairan Pulau Panjang juga memiliki potensi biota yang berasosiasi dalam ekosistem lamun, dimana terdapat berbagai jenis ikan karang, Mollusca, Cnidaria, dan Echinodermata yang meningkatkan daya dukung ekowisata lamun yang juga didukung dengan hasil persepsi masyarakat yang mendukung dan ingin berpartisipasi dalam kegiatan ekowisata pada ekosistem lamun. Marine ecotourism is a sustainable tourism activity that utilized coastal and marine resources. These resources can be devided into natural resources and human resources that both of which can be sinergized and integrated for ecotourism use. Seagrass ecotourism is one of the potential ecotourism that seagrass ecosystem is one of the ecosystems in coastal areas with an important role in protecting the coastal area. The purpose of this research is to determine the potential of seagrass ecosystem to support marine ecotourism in Panjang Island by also looking at the coverage percentage, environmental parameters, and the abundance of associated biotas. The research method used is direct observation method. Direct observation method is a method of collecting data by directly observing and measuring the object that being observed. The data collection method uses method by LIPI that uses quadrant transects of 50 x 50 cm. The results indicate that there’s at least five species of seagrass can be found in Panjang Island Waters, which is: Thallasia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, and Halophila ovalis. The highest coverage density of seagrass is Thallasia hemprichii in station 1, and the lowest coverage density is Halophila ovalis in station 1. Panjang Island Waters also have the potential of associated biotas in the seagrass ecosystem, where there are various types of reef fishes, Molluscas, Cnidarias, and Echinodermatas that can increase the potential of seagrass ecotourism which are also supported by the results of the community’s perception that support and want to participate in ecotourism activities in the seagrass ecosystem of Panjang Island. }, issn = {2407-7690}, pages = {213--224} doi = {10.14710/jmr.v10i2.30118}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jmr/article/view/30118} }
Refworks Citation Data :
Ekowisata bahari adalah kegiatan wisata berkelanjutan yang memanfaatkan sumberdaya pesisir dan laut. Sumberdaya tersebut dapat dibagi menjadi sumberdaya alam dan manusia yang keduanya bersinergi dan berintegrasi untuk pemanfaatan ekowisata tersebut. Ekowisata lamun merupakan salah satu ekowisata berpotensi dimana potensi ekosistem lamun yang merupakan salah satu ekosistem di wilayah pesisir dengan peran penting untuk melindungi wilayah pesisir tersebut. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi ekosistem lamun untuk dijadikan pendukung ekowisata bahari dengan melihat presentase tutupan, parameter lingkungan, dan kelimpahan biota yang berasosiasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi langsung. Metode observasi langsung adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati dan mengukur langsung objek yang diamati. Metode pengambilan data menggunakan metode transek garis LIPI dengan transek kuadran 50 x 50 cm. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa setidaknya terdapat lima spesies lamun yang dapat ditemukan di Perairan Pulau Panjang, yaitu: Thallasia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, dan Halophila ovalis. Kerapatan jenis lamun tertinggi adalah spesies Thallasia hemprichii di stasiun 1 dan kerapatan terendah adalah spesies Halophila ovalis di stasiun 1. Perairan Pulau Panjang juga memiliki potensi biota yang berasosiasi dalam ekosistem lamun, dimana terdapat berbagai jenis ikan karang, Mollusca, Cnidaria, dan Echinodermata yang meningkatkan daya dukung ekowisata lamun yang juga didukung dengan hasil persepsi masyarakat yang mendukung dan ingin berpartisipasi dalam kegiatan ekowisata pada ekosistem lamun.
Marine ecotourism is a sustainable tourism activity that utilized coastal and marine resources. These resources can be devided into natural resources and human resources that both of which can be sinergized and integrated for ecotourism use. Seagrass ecotourism is one of the potential ecotourism that seagrass ecosystem is one of the ecosystems in coastal areas with an important role in protecting the coastal area. The purpose of this research is to determine the potential of seagrass ecosystem to support marine ecotourism in Panjang Island by also looking at the coverage percentage, environmental parameters, and the abundance of associated biotas. The research method used is direct observation method. Direct observation method is a method of collecting data by directly observing and measuring the object that being observed. The data collection method uses method by LIPI that uses quadrant transects of 50 x 50 cm. The results indicate that there’s at least five species of seagrass can be found in Panjang Island Waters, which is: Thallasia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, and Halophila ovalis. The highest coverage density of seagrass is Thallasia hemprichii in station 1, and the lowest coverage density is Halophila ovalis in station 1. Panjang Island Waters also have the potential of associated biotas in the seagrass ecosystem, where there are various types of reef fishes, Molluscas, Cnidarias, and Echinodermatas that can increase the potential of seagrass ecotourism which are also supported by the results of the community’s perception that support and want to participate in ecotourism activities in the seagrass ecosystem of Panjang Island.
Article Metrics:
Last update: