BibTex Citation Data :
@article{JMR28247, author = {Parameswari Wishnuputri and Sri Redjeki and Retno Hartati}, title = {Kajian Tingkat Kerentanan Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Desa Tunggulsari Kabupaten Rembang}, journal = {Journal of Marine Research}, volume = {10}, number = {1}, year = {2021}, keywords = {Rajungan; Portunus pelagicus; Kerentanan; PSA; Morfometri; Tunggulsari}, abstract = { Rajungan ( Portunus pelagicus ) adalah salah satu sumber daya hayati laut Indonesia. Rajungan merupakan komoditas utama perikanan di Indonesa, baik untuk lokal maupun ekspor. Nilai ekonomis rajungan yang tergolong tinggi mengakibatkan penangkapan rajungan dilakukan secara besar-besar dan dapat memicu terjadinya kepunahan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat kerentanan rajungan di Perairan Desa Tunggulsari dan mengetahui karakteristik morfometri dari rajungan yang ditangkap pada lokasi tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Productivity and Susceptibility Analysis (PSA). Wawancara dilakukan kepada 60 nelayan di Desa Tunggulsari. Pengukuran parameter kualitas perairan meliputi suhu, oksigen terlarut, salinitas, dan pH. Pengukuran morfometri dilakukan pada salah satu pengepul di desa. Hasil dari wawancara diketahui bahwa nelayan di Desa Tunggulsari menggunakan 2 macam alat tangkap yaitu bubu lipat dan jaring insang dasar. Penilaian atribut produktivitas rajungan masuk dalam kategori tinggi, sedangkan penilaian atribut kerentanan tergolong pada resiko rendah untuk penggunaan kedua alat tersebut. Nilai MSC untuk alat tangkap bubu lipat adalah 96,0 dan 98,2 untuk alat tangkap jaring insang dasar. Nilai MSC > 80 menunjukkan bahwa tingkat kerentanan rajungan pada lokasi tersebut masuk pada kategori rendah. Selanjutnya, pola pertumbuhan rajungan di Desa Tunggulsari adalah allometrik negatif baik untuk rajungan jantan maupun betina. Hal ini menunjukkan pertumbuhan panjang dan lebar karapas lebih cepat dibandingkan penambahan berat rajungan. The blue swimming crab (Portunus pelagicus) is one of the Indonesian marine biological resources. The blue swimming crab is a main commodity of fisheries in Indonesia, both for local and export. Economic value of blue swimming crab classified as high involve over-exploitation of blue swimming crab and can lead to extinction. This research is aimed to determine level of vulnerability of blue swimming crab in Tunggulsari waters and to discover morphometry characteristic of blue swimming crab that caught at that location. The method used in this research is Productivity and Susceptibility (PSA) method. Interviews were conducted with 6 fishermen in the village of Tunggulsari. Measurement of water quality parameters including temperature, dissolved oxygen, salinity, and pH. Morphometry measurement was carried out in one of the collectors in the village. The results of the interview revealed that fishermen in the village of Tunggulsari used 2 fishing tools namely bubu lipat and bottom set gillnet. Assessment of blue swimming crab productivity attributes is included in the high category, while the assessment of vulnerability attributes is classified as low risk for the use of both tools. The MSC value for bubu lipat is 96,0 and 98,2 for bottom set gillnet. The MSC value is more than 80 indicates that the level of blue swimming crab vulnerability at that location is in the low category. Further, blue swimming crab growth pattern in the village of Tunggulsari are negative allometrics for both male and female blue swimming crabs. This shows the growth in length and width carapace is faster than the addition of blue swimming crab weight. }, issn = {2407-7690}, pages = {147--157} doi = {10.14710/jmr.v10i1.28247}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jmr/article/view/28247} }
Refworks Citation Data :
Rajungan (Portunus pelagicus) adalah salah satu sumber daya hayati laut Indonesia. Rajungan merupakan komoditas utama perikanan di Indonesa, baik untuk lokal maupun ekspor. Nilai ekonomis rajungan yang tergolong tinggi mengakibatkan penangkapan rajungan dilakukan secara besar-besar dan dapat memicu terjadinya kepunahan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat kerentanan rajungan di Perairan Desa Tunggulsari dan mengetahui karakteristik morfometri dari rajungan yang ditangkap pada lokasi tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Productivity and Susceptibility Analysis (PSA). Wawancara dilakukan kepada 60 nelayan di Desa Tunggulsari. Pengukuran parameter kualitas perairan meliputi suhu, oksigen terlarut, salinitas, dan pH. Pengukuran morfometri dilakukan pada salah satu pengepul di desa. Hasil dari wawancara diketahui bahwa nelayan di Desa Tunggulsari menggunakan 2 macam alat tangkap yaitu bubu lipat dan jaring insang dasar. Penilaian atribut produktivitas rajungan masuk dalam kategori tinggi, sedangkan penilaian atribut kerentanan tergolong pada resiko rendah untuk penggunaan kedua alat tersebut. Nilai MSC untuk alat tangkap bubu lipat adalah 96,0 dan 98,2 untuk alat tangkap jaring insang dasar. Nilai MSC > 80 menunjukkan bahwa tingkat kerentanan rajungan pada lokasi tersebut masuk pada kategori rendah. Selanjutnya, pola pertumbuhan rajungan di Desa Tunggulsari adalah allometrik negatif baik untuk rajungan jantan maupun betina. Hal ini menunjukkan pertumbuhan panjang dan lebar karapas lebih cepat dibandingkan penambahan berat rajungan.
The blue swimming crab (Portunus pelagicus) is one of the Indonesian marine biological resources. The blue swimming crab is a main commodity of fisheries in Indonesia, both for local and export. Economic value of blue swimming crab classified as high involve over-exploitation of blue swimming crab and can lead to extinction. This research is aimed to determine level of vulnerability of blue swimming crab in Tunggulsari waters and to discover morphometry characteristic of blue swimming crab that caught at that location. The method used in this research is Productivity and Susceptibility (PSA) method. Interviews were conducted with 6 fishermen in the village of Tunggulsari. Measurement of water quality parameters including temperature, dissolved oxygen, salinity, and pH. Morphometry measurement was carried out in one of the collectors in the village. The results of the interview revealed that fishermen in the village of Tunggulsari used 2 fishing tools namely bubu lipat and bottom set gillnet. Assessment of blue swimming crab productivity attributes is included in the high category, while the assessment of vulnerability attributes is classified as low risk for the use of both tools. The MSC value for bubu lipat is 96,0 and 98,2 for bottom set gillnet. The MSC value is more than 80 indicates that the level of blue swimming crab vulnerability at that location is in the low category. Further, blue swimming crab growth pattern in the village of Tunggulsari are negative allometrics for both male and female blue swimming crabs. This shows the growth in length and width carapace is faster than the addition of blue swimming crab weight.
Article Metrics:
Last update: