BibTex Citation Data :
@article{JKTS16238, author = {Fachreza Ahmad and Ricky Sudrajat and Amelia Indriastuti}, title = {PERENCANAAN SIMPANG EXIT TOL SALATIGA}, journal = {Jurnal Karya Teknik Sipil}, volume = {6}, number = {2}, year = {2017}, keywords = {Simpang Exit Tol Salatiga; Model Sebaran Pergerakan; Hambatan Perjalanan; Biaya Operasional Kendaraan.}, abstract = { Simpang Exit Tol Salatiga menjadi penghubung antara Jalan Tol Bawen – Solo dengan Jalan Arteri Semarang – Solo melalui Jalan Tingkir – Barukan. Pengoperasian simpang tersebut memungkinkan terjadinya konflik arus lalu lintas, sehingga diperlukan perencanaan simpang yang matang. Untuk dapat merencanakan simpang yang dapat melayani seluruh pergerakan selama tahun rencana, perlu diprediksi volume lalu lintas yang akan melewati simpang ini. Prediksi volume jam puncak dilakukan dengan Metode Gravity, yang mempertimbangkan biaya perjalanan sebagai faktor hambatan. Biaya perjalanan dianalisis berdasarkan BOK (Biaya Operasional Kendaraan). Hasil analisis memperlihatkan volume lalu lintas pada tahun 2035 sebesar 1.986,08 smp/jam (lengan barat), 1.410,75 smp/jam (lengan timur), dan 901,71 smp/jam (lengan timur). Jenis simpang yang digunakan adalah 312 L. Simpang ini menggunakan 3 fase dengan waktu hijau (gi) sebesar 12 detik (lengan barat), 19 detik (lengan utara) dan 10 detik (lengan timur) dan waktu hilang total (LTI) 9 detik. Kapasitas simpang sebesar 551,31 smp/jam (lengan barat), 1.019, 001 smp/jam (lengan utara) dan 411,398 smp/jam (lengan timur). Tundaan simpang rata-rata 18,38 detik. Derajat kejenuhan pada lengan barat 0,57 ; lengan utara 0,38 ; dan lengan timur 0,49. Panjang antrian pada lengan barat 29,161 m ; lengan utara 19 m ; dan lengan timur 13,18 m. }, pages = {91--106} url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkts/article/view/16238} }
Refworks Citation Data :
Simpang Exit Tol Salatiga menjadi penghubung antara Jalan Tol Bawen – Solo dengan Jalan Arteri Semarang – Solo melalui Jalan Tingkir – Barukan. Pengoperasian simpang tersebut memungkinkan terjadinya konflik arus lalu lintas, sehingga diperlukan perencanaan simpang yang matang. Untuk dapat merencanakan simpang yang dapat melayani seluruh pergerakan selama tahun rencana, perlu diprediksi volume lalu lintas yang akan melewati simpang ini. Prediksi volume jam puncak dilakukan dengan Metode Gravity, yang mempertimbangkan biaya perjalanan sebagai faktor hambatan. Biaya perjalanan dianalisis berdasarkan BOK (Biaya Operasional Kendaraan). Hasil analisis memperlihatkan volume lalu lintas pada tahun 2035 sebesar 1.986,08 smp/jam (lengan barat), 1.410,75 smp/jam (lengan timur), dan 901,71 smp/jam (lengan timur). Jenis simpang yang digunakan adalah 312 L. Simpang ini menggunakan 3 fase dengan waktu hijau (gi) sebesar 12 detik (lengan barat), 19 detik (lengan utara) dan 10 detik (lengan timur) dan waktu hilang total (LTI) 9 detik. Kapasitas simpang sebesar 551,31 smp/jam (lengan barat), 1.019, 001 smp/jam (lengan utara) dan 411,398 smp/jam (lengan timur). Tundaan simpang rata-rata 18,38 detik. Derajat kejenuhan pada lengan barat 0,57 ; lengan utara 0,38 ; dan lengan timur 0,49. Panjang antrian pada lengan barat 29,161 m ; lengan utara 19 m ; dan lengan timur 13,18 m.
Last update: