BibTex Citation Data :
@article{IO9393, author = {Dipa Wirayatama and Turnomo Rahardjo and Taufik Suprihartini and Hapsari Sulistyani}, title = {INTERPRETASI KHALAYAK TERHADAP HUMOR SARA DALAM VIDEO SACHA STEVENSON DI JEJARING SOSIAL YOUTUBE}, journal = {Interaksi Online}, volume = {3}, number = {4}, year = {2015}, keywords = {analisis resepsi, humor, SARA}, abstract = { Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penggunaan materi SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan) dalam berkomedi di media sosial. Sacha Stevenson membuat video komedi bermaterikan SARA di jejaring sosial Youtube dan memiliki banyak penonton yang menyukainya. Pesan SARA ini seharusnya dapat menyinggung khalayak, tapi terdistorsi dengan adanya humor. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk melihat keberagaman pemaknaan yang terjadi mengenai materi SARA dalam video Sacha Stevenson. Mitos Roland Barthes digunakan untuk memahami proses distorsi humor SARA dalam video ini. Analisis sintagmatik dan paradigmatik John Fiske digunakan untuk mengetahui makna yang ditawarkan oleh media. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif dengan metode analisis resepsi Stuart Hall. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan indepth interview kepada delapan informan yang telah menonton video Sacha Stevenson dari Etnis Tionghoa, Suku Sunda, dan beragama Islam. Hasil penelitian ini menunjukkan khalayak pada posisi dominan sepakat dengan pesan yang ditawarakan oleh media karena sesuai dengan gambaran kebiasaan Etnis Tionghoa, Suku Sunda, dan Agama Islam di Indonesia. Informan yang berada pada posisi negosiasi hanya sepakat dengan sebagian gambaran tersebut dan mereka memiliki aturan khusus yaitu penggambaran dalam video tersebut terlalau mendiskriminasi dan mendiskriditkan Etnis Tionghoa, Suku Sunda, dan Agama Islam di Indonesia. Mereka yang berada pada posisi oposisi, sama sekali tidak sepakat dengan pesan media tersebut karena terlalu mendiskriminasi dan sama sekali tidak menggambarkan Etnis Tionghoa, Suku Sunda, dan Agama Islam di Indonesia. Sebagian besar informan yang berada dalam posisi negosiasi menunjukan bahwa mereka menerima pesan SARA yang dibawakan dalam konteks humor namun tetap menganggap diskriminasi terjadi di dalamnya. Hasil penelitian observasi menunjukkan bahwa khalayak sepakat dengan sebagian pesan media dan memiliki aturan khusus karena mereka berasal dari etnis, usia, serta pendidikan yang berbeda. Hal ini menunjukan bahwa mitos mampu mendistorsi pesan SARA sehingga dapat diterima oleh khalayak namun tidak secara dominan, karena khalayak juga memproses pesan bedasarkan latar belakang, pengalaman, serta kondisi sosial mereka, akibatnya walaupun informan menerima sebagaian pesan yang ditawarkan media namun mereka tetap menganggap video tersebut merupakan bentuk diskriminasi terhadap Etnis Tionghoa, Suku Sunda, dan Agama Islam yang ada di Indonesia. }, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/9393} }
Refworks Citation Data :
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penggunaan materi SARA (Suku, Agama, Ras, danAntar Golongan) dalam berkomedi di media sosial. Sacha Stevenson membuat videokomedi bermaterikan SARA di jejaring sosial Youtube dan memiliki banyak penontonyang menyukainya. Pesan SARA ini seharusnya dapat menyinggung khalayak, tapiterdistorsi dengan adanya humor. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untukmelihat keberagaman pemaknaan yang terjadi mengenai materi SARA dalam videoSacha Stevenson. Mitos Roland Barthes digunakan untuk memahami proses distorsihumor SARA dalam video ini. Analisis sintagmatik dan paradigmatik John Fiskedigunakan untuk mengetahui makna yang ditawarkan oleh media. Penelitian inimenggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif dengan metode analisis resepsi StuartHall. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan indepth interview kepada delapaninforman yang telah menonton video Sacha Stevenson dari Etnis Tionghoa, SukuSunda, dan beragama Islam.Hasil penelitian ini menunjukkan khalayak pada posisi dominan sepakat denganpesan yang ditawarakan oleh media karena sesuai dengan gambaran kebiasaan EtnisTionghoa, Suku Sunda, dan Agama Islam di Indonesia. Informan yang berada padaposisi negosiasi hanya sepakat dengan sebagian gambaran tersebut dan merekamemiliki aturan khusus yaitu penggambaran dalam video tersebut terlalaumendiskriminasi dan mendiskriditkan Etnis Tionghoa, Suku Sunda, dan Agama Islamdi Indonesia. Mereka yang berada pada posisi oposisi, sama sekali tidak sepakat denganpesan media tersebut karena terlalu mendiskriminasi dan sama sekali tidakmenggambarkan Etnis Tionghoa, Suku Sunda, dan Agama Islam di Indonesia.Sebagian besar informan yang berada dalam posisi negosiasi menunjukan bahwamereka menerima pesan SARA yang dibawakan dalam konteks humor namun tetapmenganggap diskriminasi terjadi di dalamnya. Hasil penelitian observasi menunjukkanbahwa khalayak sepakat dengan sebagian pesan media dan memiliki aturan khususkarena mereka berasal dari etnis, usia, serta pendidikan yang berbeda. Hal inimenunjukan bahwa mitos mampu mendistorsi pesan SARA sehingga dapat diterimaoleh khalayak namun tidak secara dominan, karena khalayak juga memproses pesanbedasarkan latar belakang, pengalaman, serta kondisi sosial mereka, akibatnyawalaupun informan menerima sebagaian pesan yang ditawarkan media namun merekatetap menganggap video tersebut merupakan bentuk diskriminasi terhadap EtnisTionghoa, Suku Sunda, dan Agama Islam yang ada di Indonesia.
Last update:
Interaksi Online, is published by Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jln. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275; Telp. (024)7460056, Fax: (024)7460055
Interaksi Online by http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/interaksi-online is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.