BibTex Citation Data :
@article{IO9387, author = {Yudi Kurniawan and M Widagdo and Hedi Santosa and Hapsari Sulistyani}, title = {Representasi Kepahlawanan Orang Jawa dalam Film Java Heat}, journal = {Interaksi Online}, volume = {3}, number = {4}, year = {2015}, keywords = {Representasi, Islam, Kepahlawanan, Budaya}, abstract = { Sebuah film yang diproduksi di negara lain tentunya turut membawa budaya lokal di daerah setempat dan setiap budaya memiliki sosok pahlawan atau tipe karakter kepahlawanan yang menggambarkan nilai budayanya. Salah satu cara menggambarkan ide dari kepahlawanan adalah dengan membandingkan dua kebudayaan, maka kemudian muncul film Java Heat yang disutradarai oleh seorang warga Amerika. Film Java Heat berusaha menyuguhkan bagaimana dua budaya yang memiliki dua karakter kepahlawanan saling bekerjasama dalam menyelesaikan sebuah kasus, dimana kasus tersebut merupakan kasus terorisme yang dilakukan oleh umat Islam. Tentunya ini mencoreng salah satu tokoh utama yang memang dalam film ini diceritakan sebagai seorang muslim, dan juga tentunya membuat berdampak negatif terhadap citra Islam dan budaya Jawa. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis semiotika dari John Fiske dengan menggunakan the codes of television, dengan fokus penelitian bagaimana representasi nilai kepahlawanan digambarkan dan juga ideologi tersembunyi yang dikonstruksikan melalui film Java Heat. Film Java Heat diuraikan secara sintagmatik melalui analisis leksia yang setiap aspeknya dijelaskan pada level realitas dan level representasi. Selanjutnya level ideologi dianalisis secara paradigmatik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film Java Heat tidak sekedar memberi gambaran kepada masyarakat tentang perbedaan nilai kepahlawanan dari dua budaya yang berbeda. Lebih dari itu, film ini dibuat seakan dengan tujuan untuk “melecehkan” Islam dan budaya Jawa dengan jalan ceritanya yang menggambarkan bagaimana Islam menjadi ancaman, namun dengan ditampilkannya sosok pahlawan lokal yang membawa unsur-unsur budaya. Pembuat film ingin menujukkan kolaborasi budaya dengan menampilkan dua sosok pahlawan dengan latarbelakang budaya yang berbeda, namun jalan cerita dalam film justru hanya menonjolkan salah satu karakter, sedangkan karakter pahlawan yang lain hanya menjadi karakter pendamping. Karena itu dapat terlihat bagaimana melalui film, orang-orang dunia timur secara tidak langsung dikendalikan oleh kaum barat dan tanpa pernah menyadari bagaimana bentuk pengendalian yang dilakukan terhadap mereka. }, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/9387} }
Refworks Citation Data :
Sebuah film yang diproduksi di negara lain tentunya turut membawa budaya lokal di daerah setempat dan setiap budaya memiliki sosok pahlawan atau tipe karakter kepahlawanan yang menggambarkan nilai budayanya. Salah satu cara menggambarkan ide dari kepahlawanan adalah dengan membandingkan dua kebudayaan, maka kemudian muncul film Java Heat yang disutradarai oleh seorang warga Amerika. Film Java Heat berusaha menyuguhkan bagaimana dua budaya yang memiliki dua karakter kepahlawanan saling bekerjasama dalam menyelesaikan sebuah kasus, dimana kasus tersebut merupakan kasus terorisme yang dilakukan oleh umat Islam. Tentunya ini mencoreng salah satu tokoh utama yang memang dalam film ini diceritakan sebagai seorang muslim, dan juga tentunya membuat berdampak negatif terhadap citra Islam dan budaya Jawa.Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis semiotika dari John Fiske dengan menggunakan the codes of television, dengan fokus penelitian bagaimana representasi nilai kepahlawanan digambarkan dan juga ideologi tersembunyi yang dikonstruksikan melalui film Java Heat. Film Java Heat diuraikan secara sintagmatik melalui analisis leksia yang setiap aspeknya dijelaskan pada level realitas dan level representasi. Selanjutnya level ideologi dianalisis secara paradigmatik.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film Java Heat tidak sekedar memberi gambaran kepada masyarakat tentang perbedaan nilai kepahlawanan dari dua budaya yang berbeda. Lebih dari itu, film ini dibuat seakan dengan tujuan untuk “melecehkan” Islam dan budaya Jawa dengan jalan ceritanya yang menggambarkan bagaimana Islam menjadi ancaman, namun dengan ditampilkannya sosok pahlawan lokal yang membawa unsur-unsur budaya. Pembuat film ingin menujukkan kolaborasi budaya dengan menampilkan dua sosok pahlawan dengan latarbelakang budaya yang berbeda, namun jalan cerita dalam film justru hanya menonjolkan salah satu karakter, sedangkan karakter pahlawan yang lain hanya menjadi karakter pendamping. Karena itu dapat terlihat bagaimana melalui film, orang-orang dunia timur secara tidak langsung dikendalikan oleh kaum barat dan tanpa pernah menyadari bagaimana bentuk pengendalian yang dilakukan terhadap mereka.
Last update:
Interaksi Online, is published by Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jln. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275; Telp. (024)7460056, Fax: (024)7460055
Interaksi Online by http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/interaksi-online is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
situs togel