BibTex Citation Data :
@article{IO9320, author = {Anike Yunita and Joyo Gono and Lintang Rahmiaji and Taufik Suprihatini}, title = {Persepsi Khalayak tentang Aksi Demonstrasi FPI di Surat Kabar Suara Merdeka}, journal = {Interaksi Online}, volume = {3}, number = {4}, year = {2015}, keywords = {persepsi khalayak, FPI, demonstrasi, Suara Merdeka, analisis resepsi.}, abstract = { Pascareformasi, demonstrasi marak terjadi di berbagai daerah di tanah air. Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh anggota Front Pembela Islam (FPI) rupanya memiliki daya tarik tersendiri bagi media massa untuk mengangkatnya menjadi berita. Suara Merdeka merupakan salah satu media cetak yang menulis demonstrasi FPI dalam pemberitaannya. Akan tetapi, Suara Merdeka mengidentikkan demonstrasi yang dilakukan oleh anggota FPI dengan tindakan anarkis dan selalu berujung dengan bentrokan pada berita yang dihasilkannya. Kata-kata bentrokan, kericuhan, keributan, perusakan, dan kemacetan hampir selalu ada dalam berita demonstrasi FPI di Suara Merdeka. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana persepsi khalayak tentang aksi demonstrasi FPI di surat kabar Suara Merdeka. Tipe penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan analisis resepsi. Dalam analisis resepsi, khalayak dipandang sebagai produser makna, tidak hanya menjadi konsumen media. Khalayak akan menerima berita demonstrasi FPI yang dibacanya sesuai dengan latar belakang sosial, budaya, dan pengetahuan mereka. Penelitian ini juga menggunakan model encoding-decoding Stuart Hall, untuk menjelaskan jalannya proses encoding dan decoding berita-berita aksi demonstrasi FPI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa khalayak aktif dalam menginterpretasi berita demonstrasi FPI yang diterimanya. Interpretasi khalayak terbagi dalam tiga posisi pemaknaan: dominant-hegemonic position, negotiated position, dan oppositional position. Khalayak yang masuk dalam dominanthegemonic position, memaknai demonstrasi FPI identik dengan tindakan anarkis di dalamnya. Khalayak tersebut memaknai demonstrasi FPI sesuai dengan makna dominan yang dihadirkan Suara Merdeka. Sementara khalayak dengan negotiated position, akan menerima makna dominan yang ada, tetapi mereka memiliki pemaknaan alternatif dimana ada campur tangan pihak lain atau pemerintah dalam demonstrasi FPI. Kemudian tidak ada khalayak yang berada pada posisi oposisi. Hal ini dilihat dari kecenderungan pemberitaan yang seragam. Temuan lain dari penelitian ini yaitu tidak ada korelasi antara perbedaan agama dengan pemaknaan khalayak terhadap berita aksi demonstrasi FPI. }, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/9320} }
Refworks Citation Data :
Pascareformasi, demonstrasi marak terjadi di berbagai daerah di tanah air.Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh anggota Front Pembela Islam (FPI)rupanya memiliki daya tarik tersendiri bagi media massa untuk mengangkatnyamenjadi berita. Suara Merdeka merupakan salah satu media cetak yang menulisdemonstrasi FPI dalam pemberitaannya. Akan tetapi, Suara Merdekamengidentikkan demonstrasi yang dilakukan oleh anggota FPI dengan tindakananarkis dan selalu berujung dengan bentrokan pada berita yang dihasilkannya.Kata-kata bentrokan, kericuhan, keributan, perusakan, dan kemacetan hampirselalu ada dalam berita demonstrasi FPI di Suara Merdeka.Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana persepsikhalayak tentang aksi demonstrasi FPI di surat kabar Suara Merdeka. Tipepenelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan analisis resepsi.Dalam analisis resepsi, khalayak dipandang sebagai produser makna, tidak hanyamenjadi konsumen media. Khalayak akan menerima berita demonstrasi FPI yangdibacanya sesuai dengan latar belakang sosial, budaya, dan pengetahuan mereka.Penelitian ini juga menggunakan model encoding-decoding Stuart Hall, untukmenjelaskan jalannya proses encoding dan decoding berita-berita aksi demonstrasiFPI.Hasil penelitian menunjukkan bahwa khalayak aktif dalammenginterpretasi berita demonstrasi FPI yang diterimanya. Interpretasi khalayakterbagi dalam tiga posisi pemaknaan: dominant-hegemonic position, negotiatedposition, dan oppositional position. Khalayak yang masuk dalam dominanthegemonicposition, memaknai demonstrasi FPI identik dengan tindakan anarkisdi dalamnya. Khalayak tersebut memaknai demonstrasi FPI sesuai dengan maknadominan yang dihadirkan Suara Merdeka. Sementara khalayak dengan negotiatedposition, akan menerima makna dominan yang ada, tetapi mereka memilikipemaknaan alternatif dimana ada campur tangan pihak lain atau pemerintah dalamdemonstrasi FPI. Kemudian tidak ada khalayak yang berada pada posisi oposisi.Hal ini dilihat dari kecenderungan pemberitaan yang seragam.Temuan lain dari penelitian ini yaitu tidak ada korelasi antara perbedaanagama dengan pemaknaan khalayak terhadap berita aksi demonstrasi FPI.
Last update:
Interaksi Online, is published by Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jln. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275; Telp. (024)7460056, Fax: (024)7460055
Interaksi Online by http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/interaksi-online is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.