BibTex Citation Data :
@article{IO8928, author = {Niken Siregar and Much. Yulianto and Dr Sunarto and Hapsari Sulistyani}, title = {Pemaknaan Peran Perempuan di Parlemen(Analisis Semiotika dalam Berita Online Tempo.co dan Kompas.com)}, journal = {Interaksi Online}, volume = {3}, number = {3}, year = {2015}, keywords = {berita online, affirmative action, modal, feminisme liberal}, abstract = { Penelitian ini berdasarkan pada tidak tercukupinya kuota 30% pada kebijakan affirmative action. Kurangnya keterwakilan perempuan di kursi parlemen diakibatkan oleh rendahnya tingkat elektabilitas perempuan. Media sebagai sarana informasi dan edukasi memberitakan perempuan di parlemen dengan tidak seimbang. Pemberitaan tentang perempuan di parlemen tidak berkaitan dengan kontribusi dan potensi perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat posisi perempuan yang ditampilkan melalui teks berita dari kedua portal berita tersebut dan menjelaskan ideologi dominan yang melatarbelakangi terjadinya penggambaran perempuan tersebut. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif yang merujuk pada paradigma kritis. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Ekologi Media, konsep cultural studies, dan konsep feminisme liberal. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis semiotika Roland Barthes yang mengacu pada lime kode pembacaan. Subjek penelitian yaitu sepuluh teks dari portal berita online Tempo.co dan Kompas.com. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam teks berita online tersebut pemberitaan perempuan tidak fokus pada hasil kontribusi perempuan pada saat menjabat sebagai anggota parlemen. Berita perempuan di parlemen tidak termasuk dalam berita headline atau berita utama. Pemberitaan tentang perempuan lebih banyak masuk dalam kategori berita hiburan. Kontribusi dan pencapaian perempuan di parlemen hanya dibahas sekilas dalam berita, yang menjadi fokus dalam pemberitaan yaitu kehidupan pribadi, penampilan perempuan, dll. Selain itu, bahasa yang digunakan dalam pemberitaan tersebut menggunakan bahasa yang bermakna halus tetapi kesan yang timbul dalam berita justru negatif. Terdapat modal ekonomi, modal sosial dan modal kultural dalam pemberitaan peran perempuan di parlemen. Modal yang paling sering muncul dalam pemberitaan tersebut yaitu modal kultural, dimana penampilan dan status perempuan menjadi syarat penting untuk menjadi anggota legislatif. Pemberitaan menampilkan seolah-olah perempuan tidak mampu duduk di kursi parlemen tanpa modal-modal tersebut. }, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/8928} }
Refworks Citation Data :
Penelitian ini berdasarkan pada tidak tercukupinya kuota 30% pada kebijakanaffirmative action. Kurangnya keterwakilan perempuan di kursi parlemendiakibatkan oleh rendahnya tingkat elektabilitas perempuan. Media sebagai saranainformasi dan edukasi memberitakan perempuan di parlemen dengan tidakseimbang. Pemberitaan tentang perempuan di parlemen tidak berkaitan dengankontribusi dan potensi perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat posisiperempuan yang ditampilkan melalui teks berita dari kedua portal berita tersebutdan menjelaskan ideologi dominan yang melatarbelakangi terjadinyapenggambaran perempuan tersebut.Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif yang merujuk padaparadigma kritis. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori EkologiMedia, konsep cultural studies, dan konsep feminisme liberal. Teknik analisisyang digunakan adalah analisis semiotika Roland Barthes yang mengacu padalime kode pembacaan. Subjek penelitian yaitu sepuluh teks dari portal beritaonline Tempo.co dan Kompas.com.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam teks berita online tersebutpemberitaan perempuan tidak fokus pada hasil kontribusi perempuan pada saatmenjabat sebagai anggota parlemen. Berita perempuan di parlemen tidaktermasuk dalam berita headline atau berita utama. Pemberitaan tentangperempuan lebih banyak masuk dalam kategori berita hiburan. Kontribusi danpencapaian perempuan di parlemen hanya dibahas sekilas dalam berita, yangmenjadi fokus dalam pemberitaan yaitu kehidupan pribadi, penampilanperempuan, dll. Selain itu, bahasa yang digunakan dalam pemberitaan tersebutmenggunakan bahasa yang bermakna halus tetapi kesan yang timbul dalam beritajustru negatif. Terdapat modal ekonomi, modal sosial dan modal kultural dalampemberitaan peran perempuan di parlemen. Modal yang paling sering munculdalam pemberitaan tersebut yaitu modal kultural, dimana penampilan dan statusperempuan menjadi syarat penting untuk menjadi anggota legislatif. Pemberitaanmenampilkan seolah-olah perempuan tidak mampu duduk di kursi parlemen tanpamodal-modal tersebut.
Last update:
Interaksi Online, is published by Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jln. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275; Telp. (024)7460056, Fax: (024)7460055
Interaksi Online by http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/interaksi-online is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.