BibTex Citation Data :
@article{IO7203, author = {Oki Karlisna and Hedi Santosa and Hapsari Dwiningtyas and Lintang Rahmiaji}, title = {Pemaknaan Khalayak terhadap Ruang Privat pada Tayangan Suka Suka Uya}, journal = {Interaksi Online}, volume = {3}, number = {1}, year = {2014}, keywords = {}, abstract = { Tayangan Suka Suka Uya merupakan sebuah variety show yang ingin memberikan alternatif hiburan bagi pemirsanya dengan menghadirkan bintang tamu public figure untuk direlaksasi, menceritakan apapun tentang kehidupan pribadinya sehingga batas antara ruang privat dan ruang publik di media seolah menjadi kabur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis resepsi Stuart Hall yang bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis keberagaman interpretasi khalayak tentang ruang privat public figure yang dikemas dan ditampilkan dalam tayangan Suka Suka Uya serta bagaimana khalayak mendeskripsikan ruang privat di media, khususnya televisi. Hasil penelitian menunjukkan ada tiga tipe pemaknaan mengenai interpretasi khalayak terhadap ruang privat public figure yang dikemas dan ditampilkan dalam tayangan Suka Suka Uya. Dominant – hegemonic reading adalah posisi dimana khalayak menyetujui makna dominan (preferred reading) bahwa batas antara ruang privat dan publik kabur, melebur jadi satu, dan dianggap sebagai sebuah hal yang wajar bagi seorang public figure karena adanya voyeurism dan penerimaan informasi privat oleh khalayak sebagai hiburan. Negotiated reading dimana khalayak menyetujui makna dominan dari teks media dengan pertimbangan terdapat perbedaan batasan antara public figure dan orang biasa mengenai ruang privat. Khalayak menegosiasikan hal tersebut karena batasan ruang privat public figuredianggap berbeda dan lebih luas sebagai konsekuensi dari profesinya serta selera informan pada bintang tamu yang hadir. Terakhir, opositional reading adalah posisi dimana khalayak secara tegas menolak makna dominan yang ditawarkan oleh teks media karena mereka menganggap bahwa batasan ruang privat dan publik tetap ada dan masing – masing orang termasuk public figure. Ruang privat dideskripsikan sebagai aib yang tabu dibicarakan di ruang publik. Selain itu, perbedaan pemaknaan terhadap ruang privat juga muncul karena perbedaan gender informan, laki – laki dan perempuan. Informan perempuan cenderung lebih menerima terbukanya ruang privat dibandingkan informan laki – laki. Keywords : resepsi, ruang privat, public figure, khalayak }, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/7203} }
Refworks Citation Data :
Tayangan Suka Suka Uya merupakan sebuah variety show yang ingin memberikan alternatif hiburan bagi pemirsanya dengan menghadirkan bintang tamu public figure untuk direlaksasi, menceritakan apapun tentang kehidupan pribadinya sehingga batas antara ruang privat dan ruang publik di media seolah menjadi kabur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis resepsi Stuart Hall yang bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis keberagaman interpretasi khalayak tentang ruang privat public figure yang dikemas dan ditampilkan dalam tayangan Suka Suka Uya serta bagaimana khalayak mendeskripsikan ruang privat di media, khususnya televisi. Hasil penelitian menunjukkan ada tiga tipe pemaknaan mengenai interpretasi khalayak terhadap ruang privat public figure yang dikemas dan ditampilkan dalam tayangan Suka Suka Uya. Dominant – hegemonic reading adalah posisi dimana khalayak menyetujui makna dominan (preferred reading) bahwa batas antara ruang privat dan publik kabur, melebur jadi satu, dan dianggap sebagai sebuah hal yang wajar bagi seorang public figure karena adanya voyeurism dan penerimaan informasi privat oleh khalayak sebagai hiburan. Negotiated reading dimana khalayak menyetujui makna dominan dari teks media dengan pertimbangan terdapat perbedaan batasan antara public figure dan orang biasa mengenai ruang privat. Khalayak menegosiasikan hal tersebut karena batasan ruang privat public figuredianggap berbeda dan lebih luas sebagai konsekuensi dari profesinya serta selera informan pada bintang tamu yang hadir. Terakhir, opositional reading adalah posisi dimana khalayak secara tegas menolak makna dominan yang ditawarkan oleh teks media karena mereka menganggap bahwa batasan ruang privat dan publik tetap ada dan masing – masing orang termasuk public figure. Ruang privat dideskripsikan sebagai aib yang tabu dibicarakan di ruang publik. Selain itu, perbedaan pemaknaan terhadap ruang privat juga muncul karena perbedaan gender informan, laki – laki dan perempuan. Informan perempuan cenderung lebih menerima terbukanya ruang privat dibandingkan informan laki – laki. Keywords : resepsi, ruang privat, public figure, khalayak
Last update:
Interaksi Online, is published by Undergraduate Program of Communication Science, Universitas Diponegoro, Jln. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275; Telp. (024) 7460056, Fax: (024)7460055
Interaksi Online by http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
situs slot 4d
toto slot 88