BibTex Citation Data :
@article{IO6585, author = {Marliana Nasoetion and Triyono Lukmantoro and M Widagdo and Adi Nugroho}, title = {REPRESENTASI GAYA FASHION REMAJA METROPOLITAN DALAM SINETRON DIAM-DIAM SUKA}, journal = {Interaksi Online}, volume = {2}, number = {4}, year = {2014}, keywords = {}, abstract = { Sinetron merupakan salah satu produk media massa yang keberadaannya memiliki kekuatan untuk menciptakan realitas sosial baru di masyarakat, melalui ideologi- ideologi yang dibawanya atas kehendak kelompok tertentu yang memiliki kekuatan besar, dalam hal ini adalah kelompok pengusaha media, praktisi, atau rumah produksi. Diam-Diam Suka merupakan sinetron yang menceritakan gaya fashion dalam kehidupan remaja metropolitan di Jakarta yang mempengaruhi berbagai aspek hingga akhirnya menimbulkan kesenjangan sosial diantara para remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membongkar dan memahami makna yang tampak maupun tidak tampak tentang gaya fashion remaja metropolitan dan gagasan dominan yang ada di dalam Diam-Diam Suka melalui analisis semiotika The Codes of Television milik John Fiske. Hasil penelitian yang didapatkan adalah, bahwa gaya fashion menunjukkan citra diri dalam berpenampilan agar dapat dinilai atau dipahami orang lain melalui tanda-tanda non-verbal, selain itu remaja metropolitan cenderung mengutamakan kemewahan menjadi standar gaya fashion remaja di perkotaan. Analisis mendalam selanjutnya menemukan bahwa gaya fashion membentuk remaja-remaja ke dalam kelompok superioritas atau inferioritas yang kemudian menimbulkan kesenjangan sosial dalam pergaulan sehari-hari. Remaja yang tidak memiliki gaya fashion sesuai standar akan tergusur, terkucilkan, dan terpaksa menerima perlakuan semena-mena dari kelompok superioritas. Pada akhirnya Diam- Diam Suka memperlihatkan keberpihakan atas pembenaran untuk melihat kualitas remaja dari penampilan luar, bukan dari prestasinya. Lebih jauh lagi, selera fashion individu sering dipahami memiliki hubungan erat dengan tingkat ekonomi sehingga menciptakan kelas-kelas sosial yang berlanjut pada konflik dan kekerasan untuk menunjukkan supremasi kelas yang digambarkan sebagai sesuatu yang alamiah dan rasional. Keberadaan gaya fashion di kalangan remaja metropolitan akhirnya menjadi sebuah prestise dari ajang pamer kekayaan orangtua. Selain itu, ditemukan pula ketidaksetaraan gender dalam penggunaan fashion yang menyudutkan posisi perempuan. Gaya fashion remaja metropolitan berujung pada gagasan-gagasan tentang kehidupan mewah, kelompok superioritas, perbedaan kelas dapat mempengaruhi sistem kognitif masyarakat sehingga disarankan pemirsa televisi lebih kritis dalam menyikapi konten sinetron. Kata kunci: representasi, sinetron, fashion, remaja metropolitan, ideologi }, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/6585} }
Refworks Citation Data :
Sinetron merupakan salah satu produk media massa yang keberadaannya memiliki kekuatan untuk menciptakan realitas sosial baru di masyarakat, melalui ideologi-ideologi yang dibawanya atas kehendak kelompok tertentu yang memiliki kekuatan besar, dalam hal ini adalah kelompok pengusaha media, praktisi, atau rumah produksi. Diam-Diam Suka merupakan sinetron yang menceritakan gaya fashiondalam kehidupan remaja metropolitan di Jakarta yang mempengaruhi berbagai aspek hingga akhirnya menimbulkan kesenjangan sosial diantara para remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membongkar dan memahami makna yang tampak maupun tidak tampak tentang gaya fashion remaja metropolitan dan gagasan dominan yang ada di dalam Diam-Diam Suka melalui analisis semiotika The Codes of Televisionmilik John Fiske.Hasil penelitian yang didapatkan adalah, bahwa gaya fashion menunjukkan citra diri dalam berpenampilan agar dapat dinilai atau dipahami orang lain melalui tanda-tanda non-verbal, selain itu remaja metropolitan cenderung mengutamakan kemewahan menjadi standar gaya fashion remaja di perkotaan. Analisis mendalam selanjutnya menemukan bahwa gaya fashion membentuk remaja-remaja ke dalam kelompok superioritas atau inferioritas yang kemudian menimbulkan kesenjangan sosial dalam pergaulan sehari-hari. Remaja yang tidak memiliki gaya fashion sesuai standar akan tergusur, terkucilkan, dan terpaksa menerima perlakuan semena-mena dari kelompok superioritas. Pada akhirnya Diam-Diam Suka memperlihatkan keberpihakan atas pembenaran untuk melihat kualitas remaja dari penampilan luar, bukan dari prestasinya.Lebih jauh lagi, selera fashion individu sering dipahami memiliki hubungan erat dengan tingkat ekonomi sehingga menciptakan kelas-kelas sosial yang berlanjut pada konflik dan kekerasan untuk menunjukkan supremasi kelas yang digambarkan sebagai sesuatu yang alamiah dan rasional. Keberadaan gaya fashion di kalangan remaja metropolitan akhirnya menjadi sebuah prestise dari ajang pamer kekayaan orangtua. Selain itu, ditemukan pula ketidaksetaraan gender dalam penggunaan fashion yang menyudutkan posisi perempuan. Gaya fashion remaja metropolitan berujung pada gagasan-gagasan tentang kehidupan mewah, kelompok superioritas, perbedaan kelas dapat mempengaruhi sistem kognitif masyarakat sehingga disarankan pemirsa televisi lebih kritis dalam menyikapi konten sinetron.Kata kunci: representasi, sinetron, fashion, remaja metropolitan, ideologi
Last update:
Interaksi Online, is published by Undergraduate Program of Communication Science, Universitas Diponegoro, Jln. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275; Telp. (024) 7460056, Fax: (024)7460055
Interaksi Online by http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
situs slot 4d
toto slot 88