skip to main content

Resistensi Terhadap Konstruksi Dominan Homoseksual dalam Film Coklat Stroberi


Citation Format:
Abstract

Film merupakan salah satu media massa yang digunakan untuk menyampaikan
pesan dan sekaligus menyebarkan ideologi kepada masyarakat. Film juga dapat
dijadikan sebagai media untuk melakukan perlawanan terhadap suatu konstruksi
dominan di masyarakat. Melalui film Coklat Stroberi, sutradara Ardy Octaviand
ingin menunjukkan adanya bentuk-bentuk perlawanan yang dilakukan oleh figur
homoseksual terhadap konstruksi dominan di masyarakat dan mempresentasikan
logika kebenaran yang di munculkan oleh film terkait dengan adanya perlawanan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis
semiotika dari Roland Barthes melalui tahapan analisis sintagmatik dan
paradigmatik dengan menggunakan lima kode pokok pembacaan teks. Teori
Resistensi James C. Scott digunakan untuk menjelaskan bentuk-bentuk
perlawanan yang terdapat di dalam film. Penelitian ini menunjukkan hasil, bahwa
perlawanan yang dilakukan homoseksual baik secara sembunyi-sembunyi
(mempertahankan orientasi seksual) dan terbuka (berpelukan, ciuman, bergandeng
tangan), berhujung pada penerimaan lingkungan sosial homoseksual. P enerimaan
masyarakat terhadap homoseksual menunjukkan adanya ideologi liberalisme di
dalam lingkungan masyarakat yang toleran terhadap homoseksual.
Pengungkapan identitas (coming out) yang dilakukan homoseksual
mendapatkan penolakkan maupun penerimaan. Penolakkan yang datang dari
orang tua homoseksual menunjukkan masih adanya pemikiran dominan
heteronormativitas di dalam film. Penerimaan terhadap figur homoseksual datang
dari teman-teman dan lingkungan masyarakat yang berasal dari kalangan atas,
penerimaan tersebut mengacu pada penggunaan teori Queer Judith Butler yang
menganggap identitas sebagai sesuatu yang bersifat cair. Terdapat naturalisasi
yang ditunjukan dengan adanya pemikiran stereotip homoseksual ( gay), dimana
homoseksual ditampilkan dengan karakter feminin yang terlihat dari pakaian,
gesture tubuh serta ekspresi. Film ini juga menunjukkan adanya logika kebenaran,
bahwa menjadi seorang homoseksual merupakan pilihan mengenai orientasi
manusia dalam memenuhi kebutuhan secara seksual. Selain itu, perlawanan
melalui identitas dan menampilkan kemesraan homoseksual menciptakan suatu
mitos, salah satu diantaranya adalah mitos bahwa homoseksual bukanlah suatu
penyimpangan dan penyakit yang dapat ditularkan dalam lingkungan sosialnya.
Kata kunci : Film, Resistensi, Semiotika, Homoseksual, Identitas

Fulltext View|Download

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.