BibTex Citation Data :
@article{IO5170, author = {Bebby Priyono and M Widagdo and Taufik Suprihatini and Dr. Sunarto}, title = {Representasi Rasisme Kaum Kulit Putih Terhadap Kulit Hitam dalam film 42 “Forthy Two”}, journal = {Interaksi Online}, volume = {2}, number = {2}, year = {2014}, keywords = {}, abstract = { Film merupakan salah satu media massa yang digunakan untuk menyampaikan pesan serta sekaligus menyebarkan ideologi kepada khalayak. Film banyak merepresentasikan kejadian-kejadian yang ada di dunia nyata dengan menyelipkan ideologi-ideologi dari para pembuat film. Di dalam film menyajikan sebuah tampilan visual yang berisi kode-kode serta mitos yang berasal dari kebudayaan. Film 42 “forthy two” merupakan film yang menggambarkan kebudayaan masyarakat Amerika yang lekat dengan hal rasisme kaum kulit putih Amerika dengan kaum Afro-Amerika. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat bagaimana gambaran orang kulit hitam mendapat perlakuan dari orang-orang kulit putih yang direpresentasikan melalui tanda-tanda visual dan verbal. Penelitian ini juga ingin menunjukkan mitos yang ada di dalam film 42 “forthy two” . Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian milik Roland Barthes mengenai analisis semiotika. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa rasisme kaum kulit putih terhadap orang kulit hitam di Amerika ditunjukkan dengan berbagai macam cara baik secara verbal seperti menghina dan meremehkan, maupun secara nonverbal seperti melempar kepala orang kulit hitam dengan bola. Tanda-tanda komunikasi tersebut diungkap melalui pergerakan kamera, dialog, serta kode-kode ideologi di dalam film 42 “forthy two” baik secara verbal maupun secara visual . Selain itu, penelitian ini menggunakan teori Standpoint dan metode penelitian dari Rolland Barthes yang mana menggunakan lima pengkodean untuk mengatahui ideologi apa yang terdapat di dalam film. Penelitian ini juga menunjukkan hasil bahwa rasisme dari dulu sampai sekarang masih tetap ada dan hal tersebut dikarenakan oleh sejarah yang mendasarinya yaitu kapitalisme. Tetapi tidak semua orang dapat terpengaruh dengan adanya rasisme. Ada orang yang memilih untuk mundur dan lari untuk menghindari masalah, tetapi juga ada orang yang tetap pada pendiriannya dan tetap bertahan ditengah-tengah situasi rasisme yang menghimpitnya. Dalam penelitian ini, menunjukkan hasil dengan memperlihatkan pada bagaimana seseorang bertahan ditengah situasi rasisme dan pada akhirnya tetaplah berujung dengan kapitalisme. Kaum dominan menggunakan istilah “memperjuangkan hak asasi manusia” sebagai bentuk mendapat keuntungan lebih dari dunia luar dengan memanfaatkan rasisme yang terjadi terhadap kaum marjinal. Kata kunci : Semiotika, Barthes, Film, Rasisme }, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/5170} }
Refworks Citation Data :
Film merupakan salah satu media massa yang digunakan untuk menyampaikan pesan serta sekaligus menyebarkan ideologi kepada khalayak. Film banyak merepresentasikan kejadian-kejadian yang ada di dunia nyata dengan menyelipkan ideologi-ideologi dari para pembuat film. Di dalam film menyajikan sebuah tampilan visual yang berisi kode-kode serta mitos yang berasal dari kebudayaan. Film 42 “forthy two” merupakan film yang menggambarkan kebudayaan masyarakat Amerika yang lekat dengan hal rasisme kaum kulit putih Amerika dengan kaum Afro-Amerika. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat bagaimana gambaran orang kulit hitam mendapat perlakuan dari orang-orang kulit putih yang direpresentasikan melalui tanda-tanda visual dan verbal. Penelitian ini juga ingin menunjukkan mitos yang ada di dalam film 42 “forthy two”. Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian milik Roland Barthes mengenai analisis semiotika.
Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa rasisme kaum kulit putih terhadap orang kulit hitam di Amerika ditunjukkan dengan berbagai macam cara baik secara verbal seperti menghina dan meremehkan, maupun secara nonverbal seperti melempar kepala orang kulit hitam dengan bola. Tanda-tanda komunikasi tersebut diungkap melalui pergerakan kamera, dialog, serta kode-kode ideologi di dalam film 42 “forthy two” baik secara verbal maupun secara visual. Selain itu, penelitian ini menggunakan teori Standpoint dan metode penelitian dari Rolland Barthes yang mana menggunakan lima pengkodean untuk mengatahui ideologi apa yang terdapat di dalam film. Penelitian ini juga menunjukkan hasil bahwa rasisme dari dulu sampai sekarang masih tetap ada dan hal tersebut dikarenakan oleh sejarah yang mendasarinya yaitu kapitalisme. Tetapi tidak semua orang dapat terpengaruh dengan adanya rasisme. Ada orang yang memilih untuk mundur dan lari untuk menghindari masalah, tetapi juga ada orang yang tetap pada pendiriannya dan tetap bertahan ditengah-tengah situasi rasisme yang menghimpitnya. Dalam penelitian ini, menunjukkan hasil dengan memperlihatkan pada bagaimana seseorang bertahan ditengah situasi rasisme dan pada akhirnya tetaplah berujung dengan kapitalisme. Kaum dominan menggunakan istilah “memperjuangkan hak asasi manusia” sebagai bentuk mendapat keuntungan lebih dari dunia luar dengan memanfaatkan rasisme yang terjadi terhadap kaum marjinal.
Kata kunci : Semiotika, Barthes, Film, Rasisme
Last update:
Interaksi Online, is published by Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jln. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275; Telp. (024)7460056, Fax: (024)7460055
Interaksi Online by http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/interaksi-online is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.