skip to main content

Visualisasi Bentuk Kekerasan Pada Tayangan Komedi Pesbukers


Citation Format:
Abstract

JUDUL : Visualisasi Bentuk Kekerasan Pada Tayangan Komedi
Pesbukers
NAMA : Ilham Futaki
NIM : D2C008090
Abstrak
Tayangan komedi saat ini sangat menjamur kehadirannya di stasiun-stasiun
televisi Indonesia. Salah satu tayangan hiburan berupa komedi yang digemari oleh
khlayak adalah Pesbukers. Tayangan komedi Pesbukers ini mempunyai tema
sketsa reality. Hal yang menarik dari tayangan komedi Pesbukers ini adalah
karena Pesbukers masuk ke dalam salah satu program besar dengan rating yang
tinggi.
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kekerasan yang terjadi
pada tayangan komedi Pesbukers. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode analisis isi. Analisis isi digunakan untuk mendeskripsi
dan menganalisis adanya kekerasan di 5 (lima) episode yang dijadikan sampel
penelitian.
Dari penelitian yang dilakukan, dapat dilihat bahwa terdapat banyak tindak
kekerasan yang terjadi pada lima episode tayangan komedi Pesbukers. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat bentuk kekerasan yang terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu: kekerasan verbal, kekerasan non verbal, dan kekerasan
psikis. Dengan banyaknya adegan yang muncul, dapat diketahui juga peran dan
jenis kelamin yang melakukan tindak kekerasan. Tidak hanya itu, selain kategorikategori
yang telah disebutkan di atas, juga ditemukan penemuan menarik yang
masih berkaitan dengan kekerasan, yaitu naturalisasi kekerasan pada media massa.
Kata Kunci: Analisis Isi, Komedi, Kekerasan
JUDUL : The Visualization Form of Violent On Comedy Show
“Pesbukers”
NAMA : Ilham Futaki
NIM : D2C008090
Abstract
Current comedy show was flourishing in Indonesia`s television stations. One
popular comedy show that Indonesia favored is Pesbukers. This comedy show has
a background story about sketch reality. One of interest thing about Pesbukers is
entered into one big programme with high ratings.
This research aimed to describe the violence in comedy show. This study used a
quantitative approach to content analysis method. Content analysis is used to
analyze and describing the violence in five episodes study sampled.
From this research was conducted, there are many occured violence act in five
episodes. The research result showed that there are violence act which is divided
to three parts, among others: physical, non-physical, and psychological. With so
many scenes of violence that appears, also can known figure and the role of sex
who can oftten become a offenders. Not only that, besides in addition to the
categories already mentioned, founded some interesting research that is related to
violence is naturalization of violent act in the mass media.
Keywords : Content Analysis, Comedy, Violence.
BAB I
PENDAHULUAN
Televisi dengan kesempurnaan elemen komunikasi yang dimilikinya membuat
media ini sangat digemari oleh khalayak, karena mudah, murah, dan bisa
ditempatkan secara strategis. Televisi memang sangat mudah ditemui, dengan
kesempurnaannya inilah yang membuat media ini berkembang dan semakin
beragam, konten acara, maupun penyajiannya. Televisi telah menjadi bagian yang
tak terpisahkan dari kebutuhan manusia. Televisi dengan berbagai acara yang
ditayangkannya telah mampu menarik minat pemirsanya, dan membuat
pemirsanya menjadi ketagihan untuk mengonsumsinya. Televisi merupakan
gabungan dari media gambar yang bisa bersifat politis, informatif (information),
hiburan (entertainment), dan pendidikan (education), atau bahkan penggabungan
dari ketiga elemen tersebut.
Hiburan, sebagai salah satu peranan televisi memang tidak ada habisnya
untuk menampilkan acara-acara yang bertemakan hiburan. Salah satu bentuk
hiburan yang ditampilkan di berbagai stasiun televisi adalah komedi.
Pesbukers (Pesta Buka Bareng Selebriti) adalah sebuah acara televisi baru
produksi stasiun televisi AnTV, yang ditayangkan setiap Senin hingga Jumat pada
awalnya, dan ditayangkan pada pukul 18.00-19.00 (15 menit sebelum adzan dan
dilanjutkan 3 menit kemudian setelah iklan). Pesbukers pertama kali tayang pada
tanggal 25 Juli 2011. Format acara Pesbukers ini adalah sebuah sketsa reality,
dicampur dengan guyonan-guyonan segar seperti pantun yang jenaka, dan rayuan
gombal. Segala hal konyol dilakukan oleh para pemainnya agar bisa membuat
penonton tertawa dengan apa yang dilakukannya, cerita didalam sketsanya
diangkat dari kisah selebriti yang sedang hangat diperbincangkan di infotainment,
tetap dengan tema kehidupan sehari-hari. Ide cerita dari episode-episodenya selalu
berbeda dengan sebelum-sebelumnya, salah satu ciri khas lawakan dari Pesbukers,
salah satu pemain rela ditaburi bedak kepalanya setelah mendapat pantun. Akan
tetapi, di balik kelucuan pantun-pantun yang dikeluarkan, mengandung unsur
merendahkan atau melecehkan.
BAB II
BATANG TUBUH
Pesbukers sebagai salah satu acara komedi yang digemari oleh
penontonnya, juga ditayangkan setiap hari, membuat khalayak menjadi terhipnotis
dengan isi acaranya. Pesbukers telah membuat persepsi khalayak tentang
kekerasan pada televisi menjadi homogen, dan jauh dari realita yang sebenarnya.
Sehingga, kekerasan yang dilakukan oleh para pemain Pesbukers menjadi umum
di mata masyarakat. Ide-ide cerita yang berbeda di setiap episodenya menciptakan
hal baru yang digemari pemirsanya. Segala tingkah laku pemain Pesbukers
mampu membuat penontonnya tertawa dan terbawa, sehingga mereka
(penonoton/pemirsa) seperti tidak menghiraukan adanya kekerasan dalam
tayangan tersebut. Hal ini tidak lepas dari akibat produsen yang mengkonstruksi
makna yang ada, sehingga penonton mulai terbiasa dengan makna baru yang
muncul. Mereka (para pemain Pesbukers) mempresentasikan adegan-adegan
kekerasan dalam tayangan komedi, yang seharusnya bisa membuat orang tertawa
dengan cara-cara yang lebih cerdas tanpa harus mengedepankan kekerasan.
Siaran televisi saat ini telah menjadi suatu kekuatan yang sudah merasuk
ke dalam kehidupan masyarakat. Televisi sebagai media massa memiliki
karakteristik tersendiri yang berbeda dengan media lain di dalam penyampaian
pesannya. Salah satu kelebihan televisi yaitu paling lengkap dalam menyampaikan
unsur-unsur pesan bagi khalayak pemirsa, oleh karena dilengkapi dengan gambar
dan suara yang terasa lebih hidup dan dapaat menjangkau ruang lingkup yang
sangat luas.
Kekerasan di dalam media kini sudah tidak dapat dibendung lagi
keberadaannya, baik dalam media cetak maupun media elektronik. Beberapa riset
komunikasi massa menunjukkan bahwa kekerasan bukan lagi merupakan hal yang
tabu bagi pemirsanya. Media massa seringkali diibaratkan sebagai pedang
bermata dua. Di salah satu sisi berguna untuk menyebarkan nilai-nilai kebajikan
seperti memberikan informasi dan menghibur, di sisi yang lain juga menyebarkan
nilai-nilai negatif yang tidak baik untuk masyarakat. Perkembangannya, peneliti
telah mengamati bahwa jumlah tayangan kekerasan di televisi telah meningkat.
Khalayak tidak lagi merasa heran melihat adegan orang-orang yang berkelahi dan
seringkali melakukan upaya pembunuhan di beberapa tayangan seperti sinetron,
film kartun, tayangan komedi. bahkan, sinetron sekarang ini kebanyakan tidak ada
alur ceritanya, dan yang pasti mempertontonkan adegan kekerasan di dalamnya.
Tidak hanya di dalam sinetron, dewasa ini tayangan kekerasan juga terdapat di
dalam komedi. seperti contoh Pesbukers. Dengan kedok komedi sketsa reality,
para pemain dalam acara tersebut seringkali melakukan adegan kekerasan seperti
mendorong, mencemooh, mengelabuhi bintang tamu atau pemain lainnya,
menaburkan bedak ke salah satu pemain dan berbagai macam adegan yang
dianggap sebagai hal yang lucu untuk menarik pemirsanya, tetapi mengandung
unsur kekerasan di dalamnya.
Menurut UU Penyiaran Pasal 36 ayat 3, isi siaran wajib memberikan
perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anak-anak dan
remaja, dengan menyiarkan mata acara pada waktu yang tepat, dan lembaga
penyiaran wajib mencantumkan dan/atau menyebutkan klasifikasi khalayak
sesuai dengan isi siaran. Tetapi dewasa ini, kekerasan merupakan salah satu
aspek yang tidak dapat dihindari dari beragam tayangan di televisi. Bahkan
masyarakat terkadang tidak menyadari adanya kekerasan dalam program tayangan
yang mereka konsumsi.
Pesbukers merupakan salah satu program komedi yang mengusung konsep
“sketsa reality” di mana gosip-gosip yang sedang “in” dimasukkan ke dalam
bentuk sketsa komedi. Walaupun sudah berulang kali ditegur oleh KPI, karena
seringkali menyisipkan unsur kekerasan dan pelecehan dalam sketsa komedi yang
mereka mainkan, program komedi masih saja ditayangkan hingga saat ini. Dalam
program tayangan komedi Pesbukers, menarik untuk diperhatikan bagaimana
Pesbukers menampilkan bentuk kekerasan dalam setiap tayangannya?
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk
kekerasan yang ditayangkan pada program tayangan komedi Pesbukers.
Dalam sebuah tayangan komedi yang menjadi objek penelitian ini
menggunakan kategori-kategori untuk menghitung jumlah kekerasan yang muncul
pada tayangan komedi Pesbukers.
- Fisik/nonverbal, berupa bentuk atau perilaku kekerasan yang dilakukan
oleh pemain Pesbukers terhadap korban dengan cara memukul,
menendang, melemparkan barang ke tubuh korban atau sebaliknya,
menganiaya.
- Nonfisik/verbal, kekerasan yang terjadi dengan cara membentak,
melecehkan orang lain, melontarkan kata-kata yang bersifat menghina,
memerintah orang lain dengan seenaknya.
- Psikis, kekerasan yang dilakukan oleh para pemain Pesbukers terhadap
mental korban dengan cara menakut-nakuti, merendahkan, mengancam
BAB III
PENUTUP
Pesbukers, sebagai salah satu acara komedi yang di favoritkan pemirsanya,
ternyata mengandung unsur kekerasan di dalamnya. Penelitian yang telah
dilakukan dan mendapatkan hasil temuan penelitian menyatakan bahwa dari 3
(tiga) kekerasan yang dijadikan tolak ukur, muncul pada tayangan komedi
Pesbukers.
Hasil temuan penelitian yang dilakukan, bahwa kekerasan tidak lepas dari
realitas kehidupan, bahkan media massa pun memberikan informasi yang sarat
akan kekerasan verbal, non verbal maupun kekerasan psikis. Jumlah tokoh yang
ada pada tayangan komedi Pesbukers juga mempengaruhi kekerasan yang terjadi
dengan cara yang berbeda-beda.
Berdasarkan dari hasil temuan penelitian, kekerasan verbal menjadi
pemicu dari kekerasan yang banyak muncul dalam penelitian ini

Fulltext View|Download

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.