skip to main content

Video Dokumenter Televisi “Koboy Melukis Pusaka Jawa”


Citation Format:
Abstract

Video Dokumenter Televisi “Koboy Melukis Pusaka Jawa”
ABSTRAK
Video dokumenter merupakan salah satu produk jurnalistik dalam bentuk audio visual.
Terdapat tim yang bekerja dari pra hingga pasca produksi untuk pembuatannya, dokumentaris dalam
hal ini menjabat posisi sebagai cameraperson dan merangkap sebagai editor. Pemilihan posisi tersebut
merupakan kemauan dan kemampuan jurnalis dalam menjalankan proyek dokumenter ini.
Dokumentaris berkerja sesuai dengan naskah sekenario yang di buat oleh sutradara. Dokumenter
Komunitas Komplotan Bocah Wayang (Koboy) yang berjudul “Koboy Melukis Pusaka Jawa”
menampilkan sekumpulan anak muda yang gemar mengikuti kegiatan pewayangan di Sobokartti.
Anak-anak muda ini bersepakat untuk menggelorakan semangat cinta wayang pada masyarakat
Semarang dan menghimpun siapa saja yang berminat terhadap dunia pewayangan. Namun sayangnya
tidak banyak generasi muda yang tertarik kepada wayang kulit. Wayang kulit selama ini identik
dengan generasi lama atau orang tua, kuno, serta kolot untuk anak muda saat ini, karena bahasa
pengantarnya bahasa Jawa yang tidak populer lagi di kalangan generasi muda. Untuk menarik minat
generasi muda pada wayang sebagai kesenian tradisional, akhirnya mereka berdua berusaha
memberikan inovasi terhadap pewayangan dengan sentuhan kreatif yaitu dengan membuat sebuah
wayang kreasi baru, yaitu dengan menggunakan fiber, tekson, kardus, serta e-wayang yang bisa
diaplikasikan menjadi komik, poster, video animasi, dan yang bersentuhan dengan bidang digital
teknologi agar bisa lebih mendekatkan dan menarik minat anak muda sekarang.
Mereka sangat totalitas dalam menggelorakan semangat cinta wayang pada masyarakat
semarang dan menghimpun siapa saja yang berminat terhadap dunia pewayangan, tergambar pada
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Koboy. Dari sekolah ke sekolah mereka bawa tongkat estafet
budaya wayang yang diwariskan oleh nenek moyang untuk mengenalkan kembali ke anak-anak muda
saat ini, Koboy menjembatani dengan ketulusan mereka, ketekunan serta semangat dan upaya-upaya
agar anak muda semakin mengenal dan bangga serta dapat ikut menjaga kelestarian seni tradisional
wayang dalam wadah komunitas Komplotan Bocah Wayang atau Koboy. Melalui Koboy, diharapkan
wayang bisa lebih dekat dengan masyarakat khususnya anak muda
Sutradara sebagai seorang jurnalis harus memiliki ide dan konsep yang jelas mengenai
apa yang disampaikan dalam video news features dan bagaimana menyampaikannya secara logis
berdasarkan fakta yang terjadi. Untuk memberikan sentuhan estetika dalam penyampaian pesan dalam
news features ada empat topic utama yang menjadi konsentrasi sutradara, yakni:pendekatan, gaya,
bentuk, dan struktur. Setelah menentukan kemasan dari news features. Sutradara melakukan riset
i
mengenai pendalaman tema, objek lokasi, dan pemilihan subjek- subjek yang akan menjadi tokoh
dalam news features Kegiatan riset dilakukan untuk menganalisis visi visual yaitu gambaran untuk
mengembangkan ide.
Sutradara sebagai seorang penulis naskah menuangkan ide dan konsep dalam
treatment kemudian menulis naskah scenario beserta shooting list. Di dalam naskah scenario, sutradara
menentukan audio dan visual. Setelah masa produksi selesai, Sutradara menyeleksi gambar yang
layak dan sesuai naskah scenario kemudian membuat naskah editing. Sutradara memberikan naskah
editing kepada editor, kemudian selama proses editing sutradara mendampingi editor sebagai tempat
bertanya untuk kelancaran proses editing
Kata kunci: jurnalis, sutradara, penulis naskah, Wayang, Koboy
i
ABSTRACT
Video documentary is one of audio-visual journalism product . There is a team working from
pre to post-production to production, documentary in this case serves as a cameraperson and a
concurrent position as editor . The selection of these positions is the willingness and ability of
journalists to carry out this documentary project . Documentary work in accordance with the scenario
script made by the director . Komunitas Komplotan Bocah Wayang (Koboy) entitled “Koboy Draws
Java’s Heritage” featuring a bunch of young people who love to take part in Sobokartti puppet . They
are agreed to foster a spirit of love puppets in Semarang and gather people who are interested in the
puppet world . But unfortunately not many young people are attracted to the shadow play . Wayang
kulit is synonymous with the old generation or the old , ancient , and old-fashioned for today's youth ,
because language introduction to the Java language is no longer popular among the younger
generation . To attract young people to the puppet as traditional art , finally they both tried to deliver
innovation to the puppet with a creative touch to create a new puppet creations , using fiber , tekson ,
cardboard , as well as e - puppets that can be applied into comics , posters , video animation , and is in
contact with the field of digital technology in order to get closer and attract young people today .
They are very total in spreading spirit of love puppets in Semarang and raise public who are
interested in the puppet world , reflected in the activities undertaken by Koboy . From school to school
they carry the baton puppet culture inherited by the ancestors to introduce back to young kids today,
Koboy bridge with their sincerity , passion and perseverance as well as efforts to bring more young
people to know and be proud of and care for preservation of traditional art puppets Komplotan Bocah
Wayang or Koboy gang. Through Koboy , puppet is expected to be closer to the public, especially
young people .
Film Director is a journalist who has clear idea and concept about what he will say on News
Features video and how to delivering facts that occurred logically. To give aesthetic touch in giving
message on News Features, there are four main topics that can be a concentration of the director, they
are : approaching, style, place and choosing players, research is doing by visual vision to make an
image that decided an idea.
Film Director as a screenwriter needs to pour some ideas and concepts in his treatment then he writes
scenario script with shooting list. In scenario script, Film Director selecting the best appropriate
pictures then he makes editing script to give to the editor. In editing process, Film Director has to sit
next the editor as a place to asking while film is being edited.
Keywords : journalist, film director, script writer, Wayang and Cowboy
Keywords : Journalist , film director, script writer, wayang and Koboy .
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kegiatan Jurnalistik sangat berkaitan erat dengan media massa cetak maupun
elektronik, karena publikasi di media massa adalah salah satu syarat utama agar sebuah produk
tersebut dapat dikatakan sebagai produk jurnalistik. Media massa elektronik salah satunya
televisi merupakan media massa elektronik yang mampu menyebarkan informasi secara cepat
dan mampu mencapai pemirsa dalam jumlah banyak dalam waktu bersamaan. Televisi dengan
berbagai acara yang ditampilkan telah mampu menarik minat pemirsanya , dan mampu
membius pemirsanya untuk selalu menyaksikan berbagai tayangan yang disiarkan televisi.
Terlebih lagi TV merupakan media yang menyuguhkan tampilan melalui bentuk audio visual
(suara dan gambar) sehingga tentunya membuat masyarakat lebih tertarik kepada televisi
daripada media massa lainnya. Banyaknya audien televisi mejadikannya sebagai medium
dengan efek yang besar terhadap orang, kultur dan juga terhadap media lain. Sekarang televisi
adalah media massa dominan (Vivian, 2008:225).
Beberapa jenis dan bentuk pengembangan documenter televisi meliputi expository
documenter (penutur tunggal narrator), documenter drama, news feature, reality show dan
investigasi. Kami sebagai jurnalis ingin mebuat sebuah produk jurnalistik dalam bentuk news
feature dengan format documenter yang nantinya akan di publikasikan melalui media televise.
Alasan menggunakan format documenter karena konten didalamnya lebih lengkap, yaitu
seperti unsur informasi, ilmu pengetahuan, dan yang dominan unsure hiburan yang kreatif
(fachrudin,2012:314).Kami ingin mengangkat salah satu kesenian tradisional yang mulai
terpinggirkan bahkan mulai ditinggalkan oleh anak muda khususnya adalah kesenian
i
wayang.Wayang selama ini kita kenal sebagai kekayaan budaya jawa.Wayang telah menjadi
etos dan pandangan hidup masyarakat jawa.Bahkan wayang menjadi esensi budaya jawa.Bagi
masyarakat Jawa, wayang tidaklah hanya sekedar tontonan tetapi juga tuntunan.Wayang bukan
hanya sekedar sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai media komunikasi, media
penyuluhan dan media pendidikan.Wayang telah menjadi asset kebudayaan nasional, maka
kewajiban itu berarti terletak di pundak masyarakat Indonesia seluruhnya.Tetapi tentulah
masyarakat Jawa khususnya yang harus merasa lebih terpanggil untuk nguri-uri kekayaan
budayanya yang indah dan sarat nilai-nilai budaya yang adiluhung ini.
Berbicara mengenai upaya pelestarian wayang masih terhitung sedikit terutama
generasi muda. Salah satunya komunitas koboy (komplotan bocah wayang) yang berpusat di
Sobokartti yang melakukan kegiatan pelestarian dan pengenalan wayang dengan pelatihan
dalang bagi anak maupun remaja dan proses pembuatan wayang dengan berbagai medium.
Meskipun mereka bukan pelaku seni atau orang yang terlibat dalam kegiatan pewayangan
namun kegiatan yang mereka lakukan dengan mengenalkan wayang melalui workshop ke
sekolah-sekolah atau tempat-tempat umum, sudah menjadi salah satu cara pelestarian terhadap
wayang. Meski hanya workshop, setidaknya kegiatan itu mampu memberi pesan untuk
mengenalkan tentang wayang terlebih dahulu kepada anak-anak dan orang tua, apabila
kedepannya wayang tetap tidak diminatipun itu bukan merupakan kegagalan para koboy, yang
terpenting adalah masyarakat yang terutama anak-anak mengetahui bahwa kita mempunyai
peninggalan kebudayaan yang sangat bernilai yaitu wayang. Koboy sangat berperan dalam
melestarikan wayang meski tidak mampu meneruskan kebudayaan sebagai pelaku, setidaknya
koboy dapat meneruskan tongkat estafet kepada generasi muda, yang seharusnya tongkat
estafet tersebut dibawa oleh orangtua untuk anak-anaknya namun terbentur orang tua jaman
sekarang banyak yang tidak peduli atau malah tidak mengenal tentang pewayangan, maka para
i
orang tua sendiri tidak mampu berperan untuk mengenalkan wayang kepada anak-anaknya
didalam sistem pelestarian kebudayaan wayang saat ini.
1.2 Kerangka Pemikiran
1. Jurnalistik dalam Dokumenter
Jurnalistik didefinisikan sebagai seni dan ketrampilan mencari, mengumpulkan,
mengolah, menyusun dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara
indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya, sehingga terjadi
perubahan sikap, sifat pendapat, dan perilaku khalayak sesuai dengan kehendak para
jurnalisnya. (Suhandang, 2004:21).
Video dokumenter merupakan sebuah produk jurnalistik berbentuk soft news yang
bertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan namun disajikan secara menarik (Morrison,
2008:211). Sehingga dokumenter pun menjadi salah satu dari sekian media yang dapat
digunakan untuk menyampaikan informasi, pendidikan, pengaruh dan sekaligus hiburan untuk
kahalayak atau cakupan massa. Video dokumenter dapat diputar dan dipertunjukan kepada
khalayak dan target audience melalui ruang-ruang komunitas maupun secara massive yaitu
televisi. Televisi sendiri telah menjadi media komunikasi massa yang tidak terpisahkan dengan
masyarakat. Masyarakat dari segala usia termasuk di dalamnya adalah remaja yang sangat
akrab dengan televisi. Menurut Vivian (2008:16) televisi merupakan salah satu media yang
tidak menuntut audiensnya untuk terlalu aktif , bahkan cukup pasif saja (cool media). Media
seperti televisi, radio dan film yang diputar pada televisi merupakan jenis-jenis media yang
masuk kedalam kategori itu.
i
2. Gaya Bertutur dan Strukur Dokumenter
Dalam pembuatan dokumenter ini, kamipara jurnalis memilih menggunakan gaya
rekonstruksi pada umunya bentuk ini dapat ditemui pada documenter investigasai dan sejarah,
termasuk pula pada film etnografi dan antropologi visual. Dalam tipe ini, pecahan-pecahan
atau bagian –bagian peristiwa masalampau maupun masa kini disusun atau direkonstruksi
berdasarkan fakta sejarah.Pada saat merekonstruksi suatu peristiwa, latarbelakang sejarah,
periode, serta lingkungan alam dan masyarakatnya menjadi bagian dari konstruksi peristiwa
tersebut.Konsep penuturan rekonstruksi terkadang tidak mementingkan unsur dramatic tetapi
lebih terkonsentrasi pada pemaparan isi sesuai kronologi peristiwa (Ayawaila, 2008: 40-43).
Diharapkan pembuatan documenter dengan gaya rekonstruksi dapat membangunkan kembali
pemahaman tentang wayang sebagai seni tradsisi yang menjadi pusat tatanan nilai dengan
nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.Seperti halnya video documenter koboy ini yang
membandingkan kondisi kesenian wayang jaman dahulu yang banyak diminati,
sertamerupakan sebagai pusat referensi tatanan nilai dan tatanan hidup, namunberbeda pada
saat sekarang ini, padahal wayang dahulu lebih rumit dibanding dengan wayang jaman
sekarang yang sudah berinovasi dari segi cerita dan bahasa agar dapat diterima. Perkembangan
jaman dengan munculnya media-media baru, peran wayang sebagaipusat tatanan nilai tergeser
oleh media-media baru tersebut.
1.3. Konstribusi Karya
News feature ini dibuat sebagai tugas akhir untuk persyaratan kelulusan dalam Program Studi
S-1 jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP. Selain itu juga dapat dimanfaatkan untuk :
1. Media dalam mengenalkan kesenian wayang kepada generasi muda sehingga tumbuh rasa
cinta dan bangga generasi muda terhadap kesenian wayang.
i
2. Sarana untuk menumbuhkan kesadaran banyak pihak untuk terlibat dalam upaya menjaga
eksistensi kesenian wayang.
1.4 Konsep film
Bentuk Dokumenter Tematis
`Struktur penuturan ini biasanya digunakan apabila fokus cerita adalah sebuah objek lokasi
yang merupakan tempat sejumlah orang melakukan aktivitasnya. Seperti halnya Perkumpulan
Koboy dimana merupakan sebagai tempat berkumpulnya para para pencinta atau penggiat
kesenian wayang dikalangan anak muda dalam melakukan kegiatan-kegiatannya, yang berpusat di
Sobokartti.
Dalam “Koboy Melukis Pusaka Jawa” penceritaan diawali dengan pernyataan-pernyataan dari
ketiga narasumber mengenai permasalahan semakin terasingnya dan antusiasme yang kurang
generasi muda terhadap kesenian wayang, kemudian upaya yang dilakukan oleh koboy untuk
menumbuhkan rasa cinta dan bangga di generasi muda terhadap kesenian wayang dan diakhiri
dengan pernyataan-pernyataan narasumber mengenai eksistensi kesenian wayang dan upayaupaya
yang dilakukan untuk menarik minat generasi muda terhadap kesenian wayang.
1.7. Personel dan Job Description
Karya bidang ini dibuat oleh tim yang terdiri dari 3 mahasiswa dalam sebuah sistem kerja yang
dirancang sedemikian rupa untuk penilaian yang independen dalam laporan yang disusun.
Personil dan Job description tersebut sebagai berikut :
1. Rizka Putra Dinanti (D2C607042)
 Producer : Penanggung jawab dalam suatu produksi acara
 Lobi dengan pihak stasiun televisi untuk penayangan
i
 Lobi Narasumber
 Penanggung jawab anggaran untuk produksi
2. Wisnuadi Trianggoro (D2C009129)
 Juru Kamera (cameraman) : melakukan riset lokasi riset narasumber, riset stockshoot kota
semarang, melakukan pengambilan gambar wawancara, melakukan pengambilan gambar
saat kegiatan objek dokumenter, memindahkan file untuk editor.
 Editor : bertugas memilih dan menyambung gambar atau siaran audio.
3. Yuniawan Eko (D2C009136)
 Program Director/Sutradara : Orang yang bertanggung jawab dalam mengarahkan suatu
proses produksi acara radio atau televisi.
 Penulis Naskah/Reporter : Orang yang berprofesi sebagai peliput atau pencari berita,
menulis naskah atau melaporkan (to report) suatu event atau peristiwa atau kejadian pada
media radio tau televisi.
 Pra Produksi
- Sutradara menentukan ide dan merumuskan konsep mengenai apa yang akan disampaikan
- Sutradara menentukan bagaimana kemasan produk news features yang di dalamnya
ditentukan pendekatan, bentuk penuturan dan struktur.
- Sutradara melakukan riset mengenai pendalaman tema, objek lokasi, dan pemilihan subjeksubjek
yang akan menjadi tokoh dalam news features.
- Sutradara menuangkan ide dalam treatment.
- Sutradara menulis naskah skenario
- Sutradara menentukan audio dan visual dalam scenario
 Produksi
- Sutradara menentukan format dan pemilihan shot saat melakukan produksi
i
- Sutradara menentukan lokasi, latar belakang, dan posisi narasumber saat wawancara,
sutradara mempertimbangkan siapa narasumber yang diwawancara termasuk kelengkapan
mengenai usia dan profesi narasumber.
 Paska Produksi
- Sutradara menyeleksi gambar yang layak dan sesuai naskah scenario kemudian membuat
naskah editing dengan tujuan menentukan visualisasi struktur cerita.
Sutradara memberikan naskah editing kepada editor, kemudian selama proses editing
sutradara mendampingi editor sebagai tempat bertanya.
PENUTUP
Membuat sebuah film baik itu fiksi ataupun non fiksi diperlukan riset yang matang. Dengan
cara mengumpulkan data atau informasi melalui observasi mendalam mengenai subjek, peristiwa, dan
lokasi sesuai tema yang akan diangkat. Riset secara mendalam sangat dibutuhkan karena news faeture
tidak disajikan dalam sisi estetika saja tetapi juga kelengkapan informasi seusai dengan peristiwa
nyata. Secara umum dalam sebuah news features terdapat fakta-fakta yang ingin disampaikan dalam
bentuk informasi kepada masyarakat. Dalam pembuatan video news faeture ini mengalami tiga tahap,
pra produksi, produksi, dan paska produksi. Berikut beberapa kesimpulan yang dokumentaris dapatkan
selama proses pembuatan news faeture “Koboy Melukis Pusaka Jawa”
Kesimpulan
1) Pemilihan KOBOY ( Komplotan Bocah Wayang) sebagai subjek utama dalam video
ini disesuaikan dengan tema yang diangkat yaitu pengenalan wayang sebagai kesenian yang
mulai jauh di kalangan generasi muda. KOBOY yang beranggotakan anak- anak muda yang
memiliki minat dan kepedulian besar terhadap eksistensi wayang di tengah-tengah generasi
muda .Mereka mempunyai komitmen kuat untuk menumbuhkan rasa cinta dan bangga pada
i
generasi muda terhadap kesenian wayang. Pemilihan KOBOY didasarkan pada kesamaan visi
yang sama dengan tujuan dibuatnya video News Features ini yaitu berupaya mengenalkan
wayang kepada generasi muda sehingga tumbuh rasa cinta dan bangga terhadap wayang.
2) Pemilihan Cakra Semarang TV sebagai media yang akan mempublikasikan video
News Features kami dikarenakan salah satu program di Cakra Semarang TV yaitu Program
Sluman-Slumun yang mempunyai kesamaan dengan konten yang kami angkat yaitu upaya
pengenalan keberagaman budaya salah satunya wayang. Program Sluman-Slumun sendiri
merupakan tayangan yang bercerita mengenai tempat-tempat yang memiliki history atau
sejarah di Semarang dan menceritakan keberagaman budaya yang ada di Semarang. Seperti
Koboy yang merupakan salah satu komunitas wayang yang berpusat di Sobokartti.
3) Pemilihan narasumber dan tokoh utama dalam video News Features mempunyai
peranan penting. Keberadaan narasumber dapat mempermudah sutradara dalam
mengembangkan ide cerita dan menjadi daya tarik dalam cerita. Pihak-pihak yang menjadi
narasumber dalam News Features ini merupakan sosok-sosok yang mempunyai kepedulian
yang besar terhadap perkembangan kesenian wayng dan memiliki pemahaman yang baik
berkaitan dengan upaya-upaya untuk menjaga eksistensi kesenian wayang. Dalam penentuan
narasumber diperlukan riset pendahuluan terlebih dahulu untuk mengetahui kapasitas dan
kompetensi para narasumber dalam menjawab permasalahan yang kami angkat.
4) News Features “Koboy Melukis Pusaka Jawa” ini dibuat dengan menyasar target
audience dengan kisaran umur 18-35 baik laki-laki maupun perempuan tanpa membedabedakan
kelas ekonomi maupun social. Dalam pembuatan News Features ini bahasa yang
digunakan bersifat formal dan informatif yang disesuaikan dengan karakteristik audience.
Pemilihan bahasa tersebut diharapkan audience bisa memahami makna yang disampaikan
dalam News Features ini
i
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ayawaila, Gerzon R. (2008). Dokumenter dari Ide sampai Produksi. Jakarta : FFTV -IKJ
PRESS
Muhammad, Djawahir. (2009). Semarang Sepanjang jalan kenangan, Semarang : Pustaka
Semarang 16
Muhammad, Djawahir. (2011). Gambang Semarang Sebagai seni pernakan Cina, (belum
diterbitkan)
Morisson. (2008). Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio dan Televisi.
Jakarta : Kencana.
Wibowo, Fred. 1997. Dasar-Dasar Produksi Program Televisi. Jakarta : PT Gramedia
Widiasarana Indonesia
Widagdo, Bayu dan Gora Winastwan (2007). Bikin Film Indie itu Mudah. Yogyakarta : C.V
Andi Offset
Jurnal
Dhanang Respati Puguh, dkk, 1999. Penataan Kesenian Gambang Smearang sebagai Identitas Budaya
Semarang. laporan Penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi. Tahun I Anggaran 1998/1999.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Diponegoro.
Internet
Budiman, Amen. 1974. “Gambang Semarang”, dalam Suara Merdeka 9 Pebruari 1974
Er Maya Nugroho, 2010. “Gambang Semarang Tak Lagi Gamang”, dalam Suara Merdeka.com
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/layar/2010/12/08/723/Gambang-Semarang-Tak-Lagi-
Gamang
Jodhi Yudono, 2010. “Gambang Semarang yang Gamang” dalam Kompas.com.
http://nasional.kompas.com/read/2010/09/18/06273414/
i
Timur Arif Riyadi, 3013. “Regenerasi Tak Boleh Mati”, dalam Jurnal Nasional, Sabtu, 5 Jan 2013, di
unduh pada 27 april 2013, http://www.jurnas.com/halaman/12/2013-01-05/231037
Timur Arif Riyadi, 3013. “Klangenan bersama Gambang Semarang”, dalam Jurnal Nasional, Sabtu, 5
Jan 2013, di unduh pada 27 april 2013, http://www.jurnas.com/halaman/12/2013-01-05/231036
http://www.tempo.co/read/news/2012/12/13/112447876/Kesenian-Gambang-Semarang-Kembali-
Dimunculkan

Fulltext View|Download

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.