skip to main content

Representasi Ibu Tunggal dalam Drama When the Camellia Blooms

*Larasati Setya Putri  -  Prodi S1 Ilmu Komunikasi
Hapsari Dwiningtyas Sulistyani  -  Prodi S1 Ilmu Komunikasi
Amida Yusriana  -  Prodi S1 Ilmu Komunikasi

Citation Format:
Abstract
Representasi ibu tunggal dalam media massa masih sering ditampilkan dengan figur yang kurang baik. Hal ini terjadi karena beredarnya banyak stigmatisasi mengenai ibu tunggal. Pada tahun 2019, salah satu media populer dari negara Korea Selatan merilis sebuah drama korea yang berjudul When the Camellia Blooms sebagai upaya untuk memberikan penggambaran yang lain dari sosok ibu tunggal. Penelitian ini ingin melihat bagaimana penggambaraan ibu tunggal dalam drama ini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana representasi ibu tunggal di dalam drama korea When the Camellia Blooms. Metode penelitian menggunakan analisis semiotika John Fiske. Dalam analisisnya, John Fiske menggunakan konsep the codes of television yang terbagi dalam tiga tahapan yakni level realitas, level representasi, dan level ideologi untuk melihat bagaimana kode-kode tersebut bekerja dalam sebuah tayangan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada empat tema besar yang ditemukan untuk membentuk representasi ibu tunggal yaitu peran ibu tunggal dalam rumah tangga, pandangan kepada ibu tunggal secara sosial, kompleksitas hubungan romantisme ibu tunggal, dan keputusan resistensi yang dipilih ibu tunggal.Dari keempat tema hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa representasi ibu tunggal dalam drama When the Camellia Blooms yaitu sebagai sosok supermom karena dapat melaksanakan peran ganda, memiliki kemampuan untuk melakukan perlawanan, dan memiliki kontrol atas dirinya sendiri tanpa pengaruh orang lain.
Fulltext View|Download
Keywords: Representasi Ibu Tunggal, When the Camellia Blooms, Analisis Semiotika John Fiske

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.