skip to main content

REPRESENTASI FATHERHOOD DALAM FILM MIRACLE IN CELL NO. 7 (2022)

*Alvina Amallia Putri Damayanti  -  Prodi S1 Ilmu Komunkasi
Lintang Ratri Rahmiadji  -  Prodi S1 Ilmu Komunikasi
Primada Qurrota Ayun  -  Prodi S1 Ilmu Komunikasi

Citation Format:
Abstract
Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai fatherless country menurut survei Fatherhood Institute’s Fairness in Families Index. Ini dikarenakan mengakarnya nilai patriarki dalam masyarakat yang membedakan peranan gender dalam rumah tangga, dimana ibu adalah pengasuh utama anak dan ayah adalah pencari nafkah utama. Film sebagai media massa dinilai mampu menampilkan realitas dalam masyarakat. Film Miracle in Cell No. 7 menampilkan hubungan ayah dan anak yang berbeda dengan konstruksi dalam masyarakat patriarki. Tujuan penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan representasi fatherhood dalam film Miracle in Cell No. 7. Teori yang digunakan dalam penelitian ialah teori representasi Stuart hall yang didukung dengan konsep fatherhood Nicholas Townsend. Pengaplikasian metode analisis semiotika John Fiske dalam penelitian dilakukan dengan tiga level, yakni level realitas, representasi, dan ideologi. Dari penelitian yang dilakukan, ditemukan terdapat dua tokoh ayah yang memiliki sifat kebapakan yang berbeda. Tokoh utama ayah digambarkan berbeda dengan ayah dalam masyarakat patriarki pada umumnya, dimana ayah mengadopsi seluruh elemen fatherhood ideal Nicholas Townsend, yakni: (1) emotional closeness yang ditunjukkan pada sesi emotional sharing antara ayah dan anak; (2) elemen provision yang ditampilkan pada penetapan standar materi dalam kehidupan anak; (3) elemen endowment yang ditunjukkan pada sosok ayah yang mengantar jemput dan pengajaran nilai moral; serta (4) elemen protection yang ditunjukkan pada usaha perlindungan pada anak dari ancaman fisik dan ketidakpastian. Sedangkan tokoh ayah antagonis ditunjukkan sebagai ayah yang absen. Meskipun demikian, bentuk fatherhood ideal pada ayah tokoh utama ditampilkan dalam bingkai disabilitas yang kemudian membuat representasi fatherhood pada ayah disabilitas dalam film menjadi representasi fatherhood yang subordinat. Hal ini dikarenakan penggambaran fatherhood pada tokoh ayah antagonis mengarah pada bentuk fatherhood yang dominan dan fatherless. Terlebih dalam akhir cerita, tokoh utama ayah ditunjukkan kalah karena adanya keterbatasan dan ketidakberdayaan melawan tokoh ayah antagonis yang cenderung fatherless. Film ini kemudian secara ideologis mendukung ideologi dominan mengenai peranan ayah dalam pengasuhan anak, bahwa fatherhood ideal yang ditampilkan dalam film muncul karena adanya keterbatasan yang dimiliki oleh tokoh utama.
Fulltext View|Download
Keywords: Representasi, Fatherhood, Film, Semiotika

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.