skip to main content

INTERAKTIVITAS DALAM CUITAN AKUN TWITTER PARTAI POLITIK @GERINDRA PADA KASUS PEMERKOSAAN “SEMUA KEMBALI LAGI PADA KELUARGA KORBAN”

*Arlina Satiti Mugi Laras  -  Prodi S1 Ilmu Komunikasi
Triyono Lukmantoro  -  Prodi S1 Ilmu Komunikasi
Adi Nugroho  -  Prodi S1 Ilmu Komunikasi

Citation Format:
Abstract
Interaktivitas menjadi salah satu karakteristik dari media sosial yang memungkinkan organisasi mengembangkan hubungan antara organisasi dan publik melalui dialog. Twitter digunakan sebagai alat komunikasi oleh parpol di Indonesia dalam membina hubungan dengan publik secara efektif, utamanya saat menjelang Pemilu. Partai Gerindra melalui akun Twitter-nya cenderung mengonstruksi suatu pandangan masyarakat melalui isu-isu yang berkembang dan membentuk pandangan-pandangan baru untuk bisa meraih suara publik. Metode yang digunakan adalah analisis Van Dijk yang meliputi struktur makro, superstruktur dan struktur mikro. Adapun, analisis tersebut berfokus pada permasalahan sosial yang dihadapi masyarakat, yaitu kasus pemerkosaan. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa telah terjadi sentimen negatif dari warganet akibat tanggapan @Gerindra soal kasus pemerkosaan. Partai Gerindra lebih banyak mewacanakan bahwa kasus pemerkosaan ini tidak ada sangkut pautnya dengan urusan partai. Artinya, dalam hal ini partai Gerindra tidak berupaya untuk meningkatkan citra partai dengan menunjukkan kelebihannya, melainkan lebih banyak menampilkan konten keengganan dalam mengawal kasus pemerkosaan dan bersikap tidak empati terhadap korban pemerkosaan. Penelitian ini juga menemukan bahwa reaksi partai politik terhadap kasus pemerkosaan dapat mempengaruhi tingkat elektabilitas sebuah partai. Pada kasus ini, warganet cenderung melihat moralitas kader partai melalui beberapa indikator, seperti sejauh mana partai bisa memberikan jaminan keamanan dan dukungan bagi korban kekerasan seksual dan seberapa besar kekuatan politis yang turut ikut campur dalam mempengaruhi proses penyelesaian hukum pidana. Temuan ini mengandung pemikiran bahwa para politisi punya kemampuan mengarahkan kehendak dan keinginan dari institusi tersebut. Sehingga, apabila publik telah mempersepsikan moralitas politisi itu buruk, maka publik akan menganggap bahwa partai tersebut tidak layak untuk dipilih, karena seorang kader dapat memberikan pengaruh tersendiri, termasuk citra dan elektabilitas lembaga politik, sebab mereka menjadi agen/perantara bagaimana partai politik tersebut berjalan.
Fulltext View|Download
Keywords: Interaktivitas, Twitter, Partai Politik, Analisis Van Dijk

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.