BibTex Citation Data :
@article{IO34986, author = {Rifka Safira and Sunarto Sunarto}, title = {CAPTAIN MARVEL: DOMINASI MASKULIN DALAM KESETARAAN GENDER PEREMPUAN}, journal = {Interaksi Online}, volume = {10}, number = {3}, year = {2022}, keywords = {Perempuan dalam Film, Dominasi Maskulin, Kesetaraan Gender Perempuan}, abstract = {Berbagai stereotip perempuan yang menjadi subordinat laki-laki dalam penampilannya di media mulai menunjukkan perubahan dimana posisi perempuan mulai ditampilkan lebih maskulin, dan dianggap mulai menghilangkan sifat-sifat feminin pada dirinya. Seperti yang ditampilkan pada film Captain Marvel, dimana film ini dengan jelas membalik ekspektasi peran dan identitas gender yang selama ini dianut oleh Hollywood karena sosok maskulin yang ditampilkan sebagai pahlawan bukan laki-laki melainkan seorang perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk membongkar dominasi karakter maskulin pada perempuan dalam mencapai kesetaraan gender pada film Captain Marvel. Dalam proses menganalisis, penelitian ini menggunakan Teori Standpoint dan juga Aliran Feminisme Liberal. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis dengan tipe deskriptif kualitatif dan juga menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Hasil penelitian didapatkan dengan melalui observasi pada dialog dan visualisasi pada film Captain Marvel, serta berdasarkan dokumentasi dari sejumlah informasi dalam literatur, jurnal, dan juga media online. Hasil penelitian menunjukkan bahawa tokoh Carol Danvers dalam film Captain Marvel secara keseluruhan ditampilkan sebagai sosok yang memiliki karakter maskulin yang dominan pada dirinya, seperti kompetitif, aktif, agresif, mandiri, percaya diri, perkasa, pemberani, mampu berfikir rasional dan juga menjadi pemimpin. Film ini menggambarkan bagaimana perempuan yang awalnya direndahkan kemampuannya namun pada akhirnya ia mampu mendapatkan kesetaraan gender dengan karakter maskulin yang ditonjolkannya, dimana terlihat masih adanya ideologi patriarki dalam film ini yang meyakini bahwa kualitas maskulinitas laki-laki lebih unggul atau superior dari kualitas feminitas perempuan, sehingga tingkat maskulinitas seseorang menjadi tolak ukur kesuksesan perempuan, dan membuat perempuan harus menghilangkan sisi feminin dalam dirinya untuk dapat setara dengan laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun film ini menjunjung nilai-nilai kesetaraan gender, namun perempuan tetap digambarkan masih terperangkap dalam budaya patriarki. Dalam artian, untuk setara dengan laki-laki perempuan tetap diharuskan menggunakan standarisasi parameter kelelakian.}, pages = {619--631} url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/34986} }
Refworks Citation Data :
Last update:
Interaksi Online, is published by Undergraduate Program of Communication Science, Universitas Diponegoro, Jln. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275; Telp. (024) 7460056, Fax: (024)7460055
Interaksi Online by http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
situs slot 4d
toto slot 88