skip to main content

PENGALAMAN KOMUNIKASI WANITA DALAM MEMAKNAI BODY SHAMING

*Erisa Dwi Syafira  -  Program Study S1 Ilmu Komunikasi
Wiwid Noor Rakhmad  -  Program Study S1 Ilmu Komunikasi
Muhammad Bayu Widagdo  -  Program Study S1 Ilmu Komunikasi

Citation Format:
Abstract
Berkembangnya institusi patriaki yang mana mendominasi media yang didalamnya terdapat iklan kecantikan dan tubuh ideal, menjadikan masyarakat memiliki pemahaman terkait tubuh ideal. Hal tersebut memiliki dampak pada wanita yang tidak memenuhi standar tubuh ideal, sehingga mendapat perlakuan body shaming. Body shaming seringkali dianggap remeh dan candaan semata. Sehingga dari tahun ke tahun jumlahnya semakin banyak, di Indonesia sendiri terdapat 966 kasus yang ditangani oleh POLRI di tahun 2018, dan jumlah tersebut tidak merefleksikan jumlah sebenarnya dalam lapangan, karena lebih banyak korban memilih untuk diam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses korban dalam memaknai dan mengatasi body shaming yang dialaminya, dikarenakan setiap orang mempunyai cara tersendiri. Teori yang digunakan dalam penelitian ini merrupakan Teori Standpoint dan Teori Feminis, dengan Aliran Feminis Radikal dan Level Komunikasi Interpersonal. Paradigma yang digunakan adalah paradigma kritis dengan teknik analisis fenomenologi oleh Clark Moustakas. Subjek dalam penelitian merupakan wanita yang pernah ataupun sedang mengalami body shaming dengan indepth interview sebagai metode pengumpulan data. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku body shaming umumnya diawali pada masa remaja yang dilakukan oleh teman sebaya. Namun seiring bertambah dewasa, intensitas body shaming semakin bertambah dikarenakan kesadaran akan pentingnya penampilan. Informan tidak hanya mendapat perlakuan body shaming oleh teman sebaya, melainkan juga oleh keluarga. Body shaming yang dialami keempat informan seputar bentuk tubuh, warna kulit, dan juga bentuk mata. Informan mengalami body shaming secara verbal dan juga non verbal hingga ucapan yang mengarah pada pelecehan seksual oleh teman laki-laki di tempat ramai, yang membuat informan mengalami penurunan kepercayadirian karena merasa penampilannya tidaklah menarik. Selain itu, informan seringkali merasa sensitif karena merasa sedih. Informan dalam penelitian melakukan upaya untuk terhindar dari body shaming dengan melakukan diet, banyak mengkonsumsi makanan, menggunakan skincare dan make-up. Perlawanan informan terhadap body shaming ditunjukkan dengan melakukan body positivity dengan upaya menerima diri sendiri yang dapat mengurangi rasa tidak percaya diri.
Fulltext View|Download
Keywords: Dominasi, Body Shaming, Wanita, Body Positivity

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.